Jadi Orang Tua yang Suka Bermain
Untuk bermain dengan anak, Anda perlu menjadi orang tua yang menyukai dan mau bermain. Menurut Lawrence J. Cohen, seorang psikolog yang juga penulis buku Playful Parenting, setiap orang tua sesungguhnya bisa menjadi playful parent, asalkan ada kemauan. Dengan ikutnya orang tua bermain akan membuat hubungan anak dan orang tua semakin erat. Tak hanya itu, Cohen menambahkan, melalui permainan yang dilakukan, orang tua juga bisa mengerti problem dan kesulitan yang sedang dihadapi anaknya, sehingga bisa membimbing anak untuk menemukan solusinya.
Namun, menjadi playful parents juga ada aturannya. Supaya maksud Anda mengajaknya bermain agar membuat anak senang hatinya, serta mampu mengembangkan dirinya, bisa tercapai. Ini tipnya:
1. Bermainlah permainan yang disukai anak.
Bermain itu membahagiakan anak jika anak senang melakukannya, Karena itu, inisiatif untuk memilih alat atau aktivitas bermain sebaiknya datang dari anak. Jangan mentang-mentang Anda baru membelikannya robot-robotan terbaru dan canggih, Anda memastikan anak ingin memainkannya terus ini. Belum tentu, lho, Ma. Siapa tahu ia ingin permainan lain.
2. Kritik? Tahan dulu.
Saat bermain bricks, anak salah meletakkan potongan yang sesuai, Anda langsung mengoreksi letaknya. Anda pun melontarkan ungkapan kritis: “Jangan begitu caranya.” atau “Kok, jelek, sih, jadinya?” dan sebagainya. Dijamin, kesenangan anak langsung sirna dan berubah jadi bete. Dunia si kecil adalah dunia trial and error. Jika memang salah, betulkan secara halus. Misalnya untuk peletakan puzzle Angry Bird yang salah, Anda sambil bercanda bisa mengatakan: “Ade, mulut burungnya, kok, jadi beo cemberut gitu, ya?” Selanjutnya biarkan anak yang membetulkannya.
3. Anak ‘penguasa’ permainan.
Walaupun masih kecil, anak sudah punya keinginan tampak powerful. Jadi, sesekali biarkan ia jadi guru bagi Anda. Biarkan ia mengoreksi kesalahan Anda.
4. Stop menggurui!
Memberikan arahan saat memulai permainan boleh-boleh saja, tapi jangan terlalu detil seperti guru terhadap anak didiknya. Secara garis besar saja, dan langsunglah mulai pada permainannya. Terlalu banyak arahan malah akan membuat anak bingung dan berpikir, “Ini sedang bermain atau lagi belajar, sih?”
5. Tak usah jaga image
Anda menemani anak ke taman, tapi tak mau bermain bola bersama, karena tak sesuai dengan image mama yang anggun. Atau Anda menolak membopong anak di punggung karena akan membuat kaos Anda tersingkap di punggung.
6. Jangan overprotektif
Kentara sekali saat bermain bersama anak di luar ruang. “Awas jatuh!”, “Awas terpeleset!”, “Jangan naik-naik tangga!”, ”Jangan lari-lari!”, dan ribuan larangan yang Anda teriakkan atas nama melindungi anak dari kecelakaan, plus diimbuhi mimik cemas. Bukannya menstimulasi anak, justru bermain di luar ruang itu mengecilkan rasa percaya diri anak.
7. Jadikan kebiasaan
Bermain bersama anak bukan hanya ketika Anda sedang mood untuk bermain atau pekerjaan off. Buatlah mengajak anak bermain ini sebagai kebiasaan dan kebutuhan untuk orang tua dan anak. Percayalah selalu ada waktu bermain, sesempit dan sesibuk apapun waktu Anda.
8. Tak selalu bersama
Orang tua perlu bermain bersama anaknya, tapi tak berarti selalu bermain bersama anak seharian. Anak perlu memahami juga bahwa orang tua perlu waktu untuk mengerjakan kegiatannya sendiri. Dan, anak pun perlu dibiarkan main sendirian untuk melatih berimajinasi, serta bermain bersama teman-teman sebayanya agar kemampuan sosialnya berkembang.