10 Fakta Puasa Keluarga Urban
Puasa tahun ini bisa jadi berbeda dengan puasa tahun-tahun sebelumnya. Jika dahulu lebih dimaknai sebagai kegiatan individu menjalankan ibadah puasa saja, kini banyak hal telah berubah. Era media sosial dan internet ikut mewarnai puasa di tahun-tahun belakangan ini. Banyak orang lebih terkoneksi dengan adanya kemajuan teknologi digital. Sesuatu yang dahulu tak terlalu populer atau bahkan tidak ada, sekarang bermunculan dan menjadi sebuah kebiasaan baru. Makna puasa pun menjadi luas dan lebih melampaui batas. Katakan saja, tradisi, makna, kebiasaan hingga pernik Ramadan, tak dipungkiri banyak hal yang berbeda di puasa kali ini.
Berikut 10 fakta puasa keluarga urban yang dihimpun dari berbagai sumber dan media sosial:
1. Menghias Rumah Sambut Ramadhan
Mengecat dan menghias rumah jelang Lebaran mungkin sudah lumrah dilakukan sejak zaman Anda kecil dulu. Sekarang, kita masih tetap pada kebiasaan menghias rumah agar nampak indah di hari yang fitri. Namun, kegiatan mendekorasi sudah mulai dilakukan sejak menjelang Ramadan. Hiasannya pun tak lagi terbatas pada bunga-bunga segar seperti zaman mama kita dulu, tapi bisa berupa aneka lampu hias yang mengadaptasi kemeriahan tradisi memasang lampu fanus di Mesir atau dekorasi lampu hias di Palestina. Lampu-lampu hias inilah yang bisa menjadi penyemangat anak menyambut Ramadan. Suasana rumah yang semarak akan membuatnya tetap ceria saat menanti waktu buka puasa ataupun melihat suasana malam Ramadan sembari menunggu saat salat Tarawih bersama. Selain lampu hias, keluarga urban juga mulai kreatif mengajak anak-anaknya untuk berkreasi membuat flag banner bertulisan “Marhaban Ya Ramadan” atau “Selamat Berpuasa”. Bahannya, bisa dari kertas manila yang ada di sekitar rumah, kertas krep, bahkan gambar unduhan dari internet. Tempelkan di dinding ruang keluarga atau ruang makan, sebagai pengingat bagi anak bahwa bulan yang suci telah tiba.
2. Repot Jadi Tuan Rumah Acara Buka Puasa
Jauh dari sanak saudara bukan halangan bagi keluarga urban masa kini untuk menikmati buka puasa yang menyenangkan. Rekan kerja, tetangga, maupun keluarga teman-teman anak selalu bisa menjadi keluarga baru. Otomatis, ada banyak acara buka puasa bersama yang harus diatur untuk berkumpul dan bersilaturahmi dengan mereka semua. Nah, tradisi berbuka puasa bersama ini tak lagi sesederhana membatalkan puasa bersama-sama. Selain bertujuan mempererat tali silaturahmi, buka puasa bersama (bukber) ini juga telah menjadi sebuah syarat sosial dan bagian dari tradisi puasa di perkotaan. Dan, Anda mungkin saja membutuhkan tenaga profesional untuk membantu menyiapkan segala keperluan bukber, mulai dari penyedia jasa dekorasi dan katering. Pokoknya, diusahakan semaksimal mungkin agar acara bukber layak masuk Instagram dan media sosial lainnya.
3. Kartu Ucapan di Media Sosial
Lupakan kartu ucapan tradisional yang dikirim melalui pos. Kini, masyarakat urban lebih menyukai kartu ucapan berbentuk digital. Ucapan selamat berpuasa ataupun permohonan maaf kini lebih banyak dikirim lewat fasilitas instant messaging (Whatsapp, FB messenger, atau BBM). Kalaupun berbentuk kartu ucapan, biasanya akan dikirim lewat media sosial seperti Instagram, Facebook, Path dan sejenisnya. Kartu ucapan digital ini sangat customize, bisa berupa hanya rangkaian kata, gambar atau foto pribadi, ilustrasi, hingga animasi. Semua berlomba-lomba berkreasi seunik mungkin, dengan sedikit harapan bisa mendapat banyak like. Tapi tetap saja, tujuan utamanya adalah supaya kartu ucapan bisa menyampaikan maksud kepada orang yang dituju.
4. Tren Belanja Online
Di keluarga urban, jika suami dan istri sama-sama bekerja, waktu untuk berbelanja adalah sesuatu yang sulit didapat. Tapi tidak masalah, karena untuk berbelanja kebutuhan santap sahur, keluarga urban selalu bisa mengandalkan aplikasi penyedia jasa belanja online. Sebut saja seperti HappyFresh, Fish ‘n Blues, dan PasarMinggu.co, aplikasi-aplikasi tersebut bisa membantu membelikan aneka bahan makanan keperluan sahur. Cukup browsing via ponsel beberapa menit, aneka sayur dan bahan makanan lain pun segera meluncur ke rumah. Masak sahur pun kini tak lagi menjadi suatu keharusan. Ada begitu banyak kemudahan yang ditawarkan oleh online marketplace dan jasa pengiriman makanan berbasis android, misalnya Food Panda, Go-Food, dan sebagainya. Pokoknya, Anda sekeluarga bebas memilih makanan apa pun dari resto di mana pun. Tak hanya urusan makanan, tren belanja online juga semakin mempermudah para keluarga urban ini untuk membeli baju lebaran, mukena, dan berbagai keperluan lain untuk menyambut Lebaran. Beberapa toko busana online yang telah memiliki pengikut fanatik di media sosial, bahkan melempar koleksi terbaru menjelang Lebaran. Para pelanggan pun setia menanti promo khusus atau pengumuman penjualan koleksi terbatas ini, yang membuat para mama selalu pasang mata di media sosialnya masing-masing.
5. Zakat Online
Lembaga amil zakat yang dahulu dikelola oleh yayasan, pengurus masjid, organisasi masyarakat, ataupun organisasi kemanusiaan, kini semakin banyak ditemukan di mana-mana, termasuk dunia maya. Ini disebabkan, masyarakat sudah semakin sadar akan pentingnya mengeluarkan zakat sebagai salah satu bentuk kewajiban terhadap agama. Luasnya kalangan yang ingin mengeluarkan zakat, membuat lembaga amil zakat ini harus lebih fl eksibel dalam memberi layanan penjemputan zakat. Disamping menyediakan booth temporer di pusat perbelanjaan yang siap melayani administrasi pembayaran zakat, lembaga ini juga memanfaatkan teknologi digital untuk menjaring zakat. Salah satunya, menjalankan layanan zakat online di platform aplikasi berbasis android, misalnya dompetdhuafa. Sistem pembayarannya pun tak lagi terbatas pada transfer, tapi juga bisa menggunakan PayPal.
6. Ngabuburit di Restoran dan Pusat Perbelanjaan
Melewatkan petang menunggu beduk magrib atau disebut juga ngabuburit, kini memiliki banyak pilihan aktivitas yang dapat dilakukan. Di perkotaan, banyak keluarga urban yang memilih mengajak anak-anak menunggu waktu berbuka puasa sembari berbelanja di mal atau restoran. Pilihan ngabuburit di pusat perbelanjaan memang sudah menjadi konsekuensi kehidupan perkotaan. Para mama yang tak memiliki banyak waktu untuk berbelanja keperluan sahur, akhirnya memanfaatkan waktu yang ada di jelang petang untuk pergi berbelanja sekaligus mengajak si kecil pergi keluar. Mengajak anak berbuka puasa di restoran, juga dinilai cukup menghemat waktu mama yang tak sempat memasak makanan buka puasa. Selain praktis, ini juga bisa menjadi semacam reward bagi anak-anak yang sedang belajar puasa.
7. Ikut Pesantren Kilat
Bulan puasa adalah bulan yang baik untuk menanamkan bekal agama sebanyak-banyaknya kepada anak. Pesantren kilat pun jadi pilihan para keluarga urban sebagai wadah memperdalam ilmu agama. Pesantren kilat kini tak hanya diselenggarakan oleh lembaga keagamaan atau pondok pesantren. Sekolah-sekolah juga marak menyelenggarakan pesantren kilat untuk anak-anak. Pesantren kilat ini memiliki lama penyelenggaraan yang berbeda-beda, ada yang 3 hari, 15 hari, 21 hari hingga 30 hari. Bagi pesantren kilat yang berada di luar kota, biasanya mensyaratkan persertanya adalah anak berusia 10 hingga 18 tahun untuk alasan kemandirian. Masing-masing penyelenggara juga menerapkan kurikulum yang berbeda untuk para peserta pesantren kilat. Mulai dari memberikan pengetahuan agama, membaca dan menghafal Al Qur’an, belajar tata cara salat, hingga kelas tambahan seperti belajar bahasa Inggris dan bahasa Arab. Tak hanya itu, mereka juga mengemas pesantren kilat menjadi liburan produktif anak yang menyenangkan dengan berbagai kegiatan, seperti kelas boga, kerajinan tangan, outbound, bela diri dan masih banyak lagi.
8. Pamer Anak Puasa di Medsos
Urusan memamerkan anak di media sosial tetap jalan di bulan puasa. Para orang tua seakan memiliki banyak materi tambahan tentang anak-anaknya untuk di-posting di media sosialnya, misalnya “Alhamdulillah, Arif berhasil melewati puasa hari pertamanya!” Atau, ada juga yang mengunggah foto anak mengenakan baju koko sambil bersiap-siap salat tarawih. Momen sahur yang biasanya ‘muram’ karena mata mengantuk pun kini sudah hampir sirna. Anak harus ceria karena Mama akan memotretnya saat sedang menyantap makanan sahur. Tidak apa-apa, toh, ini bisa menjadi penyemangat para mama (dan si kecil) selama menjalankan ibadah puasa.
9. Muncul Komunitas Pengajian
Semua orang berlomba-lomba menuai pahala di bulan yang suci yang ini. Salah satunya, dengan menghadiri kajian keagamaan atau pengajian. Para anggota komunitas ini membuat jadwal temu selama bulan Ramadan untuk sama-sama belajar soal agama, didampingi seorang ahli, guru agama, atau ustadz/ustadzah.
10. Seragam & Foto Lebaran
Hari yang dinantikan pun tiba. Idul Fitri identik dengan berkumpul bersama keluarga besar. Acara utamanya tentu saja bermaaf-maafan, dan kemudian dilanjutkan dengan makan ketupat bersama. Setelah itu, dilanjutkan dengan foto bersama dan tak lupa memasangnya di media sosial. Supaya foto keluarga tampak bagus, busana yang dikenakan pun harus kompak, dong. Tak hanya nuansa warna baju yang sama, kalau bisa corak, motif, dan modelnya pun serupa.