Yang Perlu Diperhatikan Orang Tua Jika Ingin Anak Jadi Atlet
Ada beberapa orang tua yang beranggapan, punya anak yang menjadi atlet profesional itu enak.
Selain sehat dan memiliki jiwa kompetitif yang baik, anak mampu menghasilkan uang setiap kali memenangkan pertandingan.
Ya, alasan itu ada benarnya juga. Tapi, apakah Anda sadar bahwa untuk menjadi atlet yang langganan juara itu ternyata tak semudah yang Anda bayangkan.
Berikut ini adalah beberapa hal yang harus diperhatikan, jika Anda atau anak Anda ingin menjadi atlet:
Anak Harus Menyukainya
Ya, iya, lah. Kan, anak yang akan menjalaninya, jadi anak harus cinta dengan olahraga itu.
Yakinkan Sekali Lagi
Apa Anda, terutama anak, sudah yakin dengan keputusan itu? Di usia anak yang masih sangat muda, mungkin sulit baginya menyadari hal-hal yang akan ia lakukan, jika ia ingin terjun secara serius di bidang olahraga.
Jadi, bantu ia mendapatkan gambaran apa yang harus ia lakukan sebagai atlet: jam latihan yang padat, makan tidak boleh sembarangan, waktu bermain sedikit (karena sudah lelah berlatih dan membagi waktu dengan sekolah), target-target yang harus dicapai setiap hari, bulan, dan tahun, dan sebagainya.
Persiapkan Diri
Sebagai orang tua, Anda juga sudah harus siap dengan biaya kebutuhan latihan anak.
Begitu juga memersiapkan mental saat menghadapi anak cedera saat berlatih, kalah saat bertanding, atau ketika anak malas latihan.
Anda juga harus pandai mengatur jadwal antara anak berlatih dan sekolah, serta membagi waktu Anda dalam mengurus anak dan rumah tangga.
Sedangkan untuk anak, ia tidak hanya harus menyiapkan diri secara fisik, tetapi juga mental yang kuat.
“Anak akan masuk jalur kompetitif, jadi ia harus memiliki sikap tidak mau kalah. Karena tujuan ia ikut pertandingan, kan, pastinya menang. Sikap kompetitif itu, selain bertujuan mengalahkan lawan, tetapi juga dirinya sendiri, yakni bagaimana mengalahkan rasa lelah dan sakit saat berlatih dan bertanding. Jadi sisi psikologisnya juga harus diperhatikan orang tua,” ujar dr. Michael Triangto, dokter kesehatan olahraga dari Rumah Sakit Mitra Keluarga Kemayoran, Jakarta.
Baca juga: Makanan Sehat untuk si Atlet Cilik
Buat Target
Target tidak hanya di bobot latihan, tetapi juga pertandingan-pertandingan yang harus diikuti.
Misalnya, setelah anak memenangkan kejuaraan tingkat regional tahun ini, tahun depan ia harus ikut kompetisi di tingkat nasional, dan seterusnya.
Sesuaikan Kemampuan
Jika anak tidak bisa mencapai target, jangan memaksa ia meneruskan jalur ini. Lalu ke depannya bagaimana?
Ingat, masa depan anak masih panjang. Ada baiknya anak melakukan hal lain yang lebih berguna bagi masa depannya.
“Pendidikan akademiknya enggak terlalu bagus. Nah, kalau anak juga tidak berprestasi di bidang olahraga, bagaimana anak bisa hidup di masa depan? Jadi orang tua harus menyiakan plan B, C, bahkan sampai Z, jika anak tidak mampu mencapai target,” terang dr. Michael.
Tidak Selalu Sehat
Dr. Michael menjelaskan fakta mengejutkan bahwa tubuh seorang atlet tidak selalu sehat.
Di luar dari penyakit genetik, seseorang yang berolahraga di jalur kompetitif biasanya menjadi tidak sehat karena beban latihan yang tinggi. Dan tidak jarang, bobotnya di luar kemampuan si atlet, sehingga memungkinkan mereka mengalami cedera, depresi, dan lain-lain.
Pembentukan fisik yang tidak wajar pun bisa dialami atlet. Misalnya, jangan harap atlet angkat besi bisa mendapatkan tubuh tinggi, atau atlet maraton bertubuh kekar.
Jangan Paksa
Perhatikan setiap perubahan pada perilaku anak.
Ketika anak sudah malas latihan, trauma, dan patah semangat, jangan abaikan.
Diskusikan ini dengan anak, dan tanyakan apakah ia mau melanjutkan ini. Jangan malah sebaliknya, menyalahkan dan memaksa anak untuk meneruskan jalur.
Itu tidak akan membuatnya berhasil. (Ester Sondang)
Baca juga: Calon atlet panjat tebing
Foto 123RF