8 Masalah yang Bikin Anak Sulit Beradaptasi dari TK ke SD
Masalah #7
Lupa Mencatat Tugas Sekolah
“Surat apa? Ibu Guru tidak kasih apa-apa.” Dian, mama Raisa (6), tahu dari grup ibu-ibu sekelas Raisa bahwa ibu guru memberi surat pengumuman tentang kegiatan ekstra kurikuler.
Ketika bertanya pada anak, ia menatap Dian dengan pandangan tidak mengerti. Dian gemas sekali, “Sudah berkali-kali ia selalu lupa memberikan surat dari guru tentang berbagai pengumuman d sekolah. Pernah saya hampir melewatkan hari penerimaan rapor!”
Zola (6) sering sekali mengembalikan map berisi pekerjaan rumahnya dalam keadaan utuh belum dikerjakan di meja gurunya. Setelah beberapa kali dijelaskan, baru ia paham bahwa lembar kerja yang berada dalam map berjudul pekerjaan rumah adalah tugas yang harus dikerjakan di rumah dan dikembalikan esok harinya.
Ketika anak masuk SD, Anda bisa berharap gurunya sudah memercayai dia untuk menyampaikan pesan pada Anda, berupa surat atau formulir yang harus dilengkapi. Si kecil juga sudah dipercaya untuk bertanggung jawab, seperti mengerjakan pekerjaan rumah. Jika anak mudah lupa, Anda bisa membantunya dengan cara-cara sederhana:
- Sediakan tempat khusus untuk menyimpan tas, map, dan buku penghubung, serta berbagai pernak pernik sekolah. Bisa juga, Anda membuat semacam kotak pos bersama si kecil. Ajari ia untuk meletakkan semua pesan, surat, buku penghubung untuk Mama di kotak itu setiap pulang sekolah.
- Buat rutinitas membongkar isi tas dan menatanya kembali untuk esok hari pada waktu yang sama, misalnya sepulang sekolah.
- Biarkan si kecil yang melakukan semuanya, seperti meletakkan kotak bekal dan botol minum di dapur, menunjukkan buku penghubung dan surat yang didapat pada Anda, lalu meletakkan PR di meja belajar.
- Perlahan-lahan, libatkan anak untuk menyiapkan dan memastikan dirinya membawa barang-barang yang ia butuhkan sebelum berangkat sekolah.
Masalah #8
Berselisih dengan Teman
“Aku pukul saja soalnya dia mengejekku.” Rashad dan Ardi menemui gurunya sambil terisak-isak. Keduanya berselisih di lapangan sekolah dan saling memukul. Rosario, mama Brahm, bercerita bahwa ia pernah terkejut ketika Brahm mencakar temannya. Selidik punya selidik, ternyata dia marah karena merasa tersinggung ditertawakan teman setelah jatuh akibat didorong.
Di SD, anak ebih banyak bermain bersama teman sebayanya atau kakak kelasnya tanpa pengawasan guru. Seperti layaknya anak yang sedang belajar mengembangkan keterampilan sosialnya, anak mungkin terlibat konflik dengan temannya.
Anak usia 6 - 7 tahun juga belum terlalu terampil mengemukakan perasaan atau pendapatnya secara verbal. Tak heran, beberapa konflik berakhir dengan saling pukul atau menangis.
Anak usia ini masih perlu belajar bagaimana menyelesaikan konflik dengan teman secara asertif. Pada masalah ini diharapkan orang tua dan guru bisa bekerja sama membuat anak-anak dapat menyelesaikan masalahnya dan bisa bermain bersama lagi.
Baca juga: Bantu Anak Adaptasi Saat Masuk SD
Sudahkah Si Kecil Siap Sekolah?
Beberapa pertanyaan di bawah ini bisa membantu Anda melihat kesiapan si kecil sebelum masuk SD. Bila ia belum menguasainya, Anda bisa membantunya berlatih di rumah.
- Apakah ia sudah mengenal nama bunyi semua huruf?
- Apakah ia sudah bisa membuat, dan mengidentifikasi pola sederhana?
- Apakah ia bisa menulis namanya, sekurangnya nama panggilan?
- Apakah ia mengenal dan bisa menyebutkan semua nama warna dasar?
- Apakah ia sudah mengerti dan bisa menyebutkan kata-kata dengan bunyi awal atau bunyi akhir yang sama?
- Apakah ia sudah bisa membandingkan atau mengenal lawan kata, seperti lebih besar, lebih kecil, lebih panjang, panas dan dingin, dll?
- Apakah ia sudah berbicara dalam kalimat yang lengkap?
- Apakah ia bisa melakukan perintah lisan? (Gambarlah garis merah di atas gambar kucing, lingkari gambar awan biru)
- Apakah ia mengenal nama-nama hari dan paham penggunaan kata hari ini, kemarin, dan besok?
- Apakah ia sudah bisa menggambar bentuk dalam ukuran besar dan kecil?
(Dok. FG)
Foto: 123rf