5 Hal yang Paling Sering Menguras Kesabaran Mama
Ada pepatah yang mengatakan bahwa hal yang paling sulit dari mengasuh anak-anak adalah menghadapi diri kita sendiri tapi versi kecil. Ya, bagaimana pun juga, anak-anak tumbuh membawa sebagian hal negatif dari diri yang justru tidak kita sukai, misalnya saja emosional, sedikit bossy, atau sensitif.
Jennifer Kolari, MSW, RSW, terapis anak dan keluarga, penulis Connected Parenting: How to Raise a Great Kids, mengatakan, “Pemicu (kemarahan) paling umum adalah anak mengingatkan Anda pada diri sendiri.”
Apa saja yang membuat orang tua mudah kehilangan kesabaran? Dan bagaimana mengatasinya?
-
Anak Tantrum
Memang tidak mudah untuk tetap tenang saat si kecil mulai merengek, meronta, bahkan berteriak. Telinga Anda jadi sangat panas saat mendengarnya. Tentu saja, sulit untuk menahan teriakan balik untuknya pada saat itu.
Akan tetapi, mencoba menarik napas panjang dan diam sebentar bisa membantu Anda lebih jernih dalam melihat masalah. Cobalah berkaca pada diri sendiri. Anda pasti kesal saat Anda menginginkan banyak hal tapi tidak terpenuhi. Oleh karenanya, cobalah tenang dan mencoba memahami maksud si kecil. Ketenangan Anda akan menular padanya.
-
Anak Membantah
Anda tentu kesal bukan main saat si kecil menolak permintaan Anda untuk gosok gigi sebelum tidur. Anak-anak usia 2 atau 3 tahun memang sedang berada di fase di mana mereka sering berkata “tidak” untuk apa pun yang Anda minta. Sebab, mereka sedang menegaskan pada dirinya sendiri bahwa mereka punya kekuasaan atas dirinya sendiri.
Ancaman seperti, “Oke, kamu nggak boleh main lagi!” seakan menjadi jalan pintas ketika menghadapi bantahan anak. Akan tetapi, cara ini tidak akan berhasil. Anda bisa dengan tenang memberikan mereka penjelasan seperti, “Wah, kamu yakin? Kita harus gosok gigi karena di dalam sana ada banyak kuman yang bisa merusak gigi kita. Ayo, kita usir kumannya!”
-
Anak Berkata “Aku Benci Mama!”
Kalimat ini tentu membuat panik. Pertama, Anda mungkin kesal. Kedua, Anda mungkin sedih. Ketiga, Anda mungkin khawatir tentang apakah Anda telah melakukan kesalahan besar sehingga si kecil membenci Anda.
Akan tetapi, apa yang dimaksud oleh anak-anak bukanlah seperti yang ada di dalam hatinya. Mereka mengucapkan kalimat tersebut untuk menunjukkan bahwa mereka marah atau kesal. Hanya saja, mereka belum punya kemampuan untuk mengartikulasikan emosi tersebut.
Jangan terpancing dulu. Duduklah sejajar dengan mata mereka. Usap lembut mereka dan tanyakan, “Kamu marah? Kamu kesal?” Kalimat ini bisa membantu mereka untuk mengidentifikasi emosinya. Sehingga, bila mereka merasakan emosi tersebut di kemudian hari, mereka lebih bisa mengomunikasikannya.
-
Anak Menyakiti Secara Fisik
Ada kalanya amukan anak-anak berubah menjadi benar-benar menyeramkan. Pukulan, tarikan, atau cubitan sering kali dilancarkan dan sulit dikontrol. Tentu saja hal ini membuat harga diri Anda sebagai orang tua terlukai. Pada saat seperti ini, Anda boleh berkata “Stop!” atau “No!” dengan tegas dan gestur yang menunjukkan bahwa Anda marah.
Akan tetapi, sampaikan pada mereka kemudian bahwa ketika mereka marah, mereka tidak boleh melukai orang lain. Sampaikan, “Kamu marah, ya? Kalau kesal, coba injak-injak kakinya ke lantai. Kalau dipukul itu sakit, lho. Kamu juga tidak mau dipukul, kan?”
-
Pertengkaran Kakak-Adik
Mengurus mereka dalam kondisi tenang saja tidak mudah, apalagi saat mereka berdua sedang sama-sama agresifnya. Sibling rivalry memang PR untuk orang tua yang memiliki lebih dari satu anak.
Anda bisa menegaskan tentang keadilan pada mereka. Sering-seringlah menghabiskan waktu berdua secara adil agar tidak ada yang cemburu.
Baca juga:
Wajib Tahu! Batasan Saat Marah pada Anak
Saat Hendak Marah Pada Anak, Lakukan 3M
Lakukan Ini Saat Marah Pada Anak
(LELA LATIFA)
FOTO: PIXABAY