5 Cara Merespon Kebohongan Balita


 

Balita mulai berbohong saat memasuki usia prasekolah. Ada berbagai alasan mengapa mereka berbohong, di antaranya adalah mereka belum bisa membedakan kenyataan dengan fantasi, menyangkal kesalahan, atau bahkan hanya ingin mengetahui reaksi orang lain.
 
Akan tetapi, Susanne Ayers Denham, Ph.D., profesor psikologi di George Mason University, Fairfax, Virginia, AS, mengatakan bahwa orang tua tidak perlu khawatir lantaran kebohongan balita adalah sesuatu yang wajar dan bukan merupakan petunjuk penyimpangan perilaku. Akan tetapi, tetap penting bagi Anda untuk mengajarkan dan melatih si keci untuk selalu berkata benar.
 
Apa sih, yang harus Anda lakukan ketika mengetahui balita Anda berbohong? Berikut ini Susanne memberitahukan langkah bijak merespon kebohongan balita:
 

1. Menunjukkan Kenyataan

Balita berbohong hanya karena mereka tidak bisa membedakan antara realita atau kenyataan dengan fantasi. Misal, saat ia mengompol, ia bisa saja mengatakan bahwa boneka kelincinya lah yang mengompol. Ini saatnya Anda mengajarkan kenyataan padanya. Anda bisa berkata padanya, “wah, celana adik basah. Yuk, kita ke kamar mandi untuk membersihkan bekas pipisnya.” Tanpa nada menuduh, kalimat ini akan membuatnya belajar bahwa bila celananya basah, artinya ia mengompol.
 

2. Hindari Menuduh

Hindari langsung menuduh bahwa ia melakukan kesalahan, ada baiknya untuk menanyakan padanya mengenai apa yang terjadi. Menuduhnya hanya akan semakin membuatnya tersudut dan semakin memperkuat kebohongan.
 

3. Pilih Kalimat yang Tepat

Daripada mengatakan, “Gimana, sih, kok bisa pecah?” lebih baik ganti dengan, “Guci ini pecah, ya. Apakah kamu tahu kenapa?”
 
Sering kali, orang tua menanyakan detail kejadian hanya untuk membuat anak mengaku. Akan tetapi, hal tersebut justru akan memicu pertempuran lantaran si kecil tidak mengaku. Anda pun akan lebih marah karena mengetahui ia berbohong.
 

4. Mendorong Pengakuan dan Memperbaiki Diri

Alih-alih mengatakan, “Ayo ngaku, kamu ambil permen temanmu, ya?” lebih baik ganti dengan, “Oh, kamu mengambil permennya karena kepingin nyoba, ya? Kamu bisa coba, kok. Tapi karena itu permen Adhi, dia kesal karena kehilangan permennya. Yuk, kita bagikan permenmu ke dia juga biar bisa saling mencoba rasanya.”
 
Dengan mengambil taktik ini, Anda tidak hanya menghindari konfrontasi, akan tetapi Anda juga telah mendorong pengakuan serta membimbingnya melalui proses perbaikan. Dalam jangka panjang, ia akan belajar mengetahui cara memperbaiki kesalahan.
 

5. Cegah Terjadi Kembali

Cegah kebohongan terjadi kembali dengan selalu mengapresiasi kejujurannya. Misal, saat ia mengatakan dengan jujur bahwa ia lah yang mematahkan sisir Anda, hindari mengatakan, “Tuh, kan, akhirnya ketahuan.” Sebaiknya ganti dengan, “Luar biasa, kamu memberi tahu Mama kalau sisir Mama patah. Kamu hebat. Sekarang Mama jadi tahu bagaimana hal itu terjadi.”
 
 
Baca juga:     
Arti Kebohongan Anak Berdasarkan Tingkat Usia
Lakukan Ini Jika Anak Berbohong
Alasan Anak Sering Berbohong
Alasan Tak Boleh Berbohong pada Anak
Penyebab Balita Berbohong
 
 
(LELA LATIFA)
FOTO: FREEPIK
 
 
 
 
 

 





Follow Us

angket

Most Popular

Instagram Newsfeed

@parentingindonesia