Hindari 6 Kebohongan Ini pada Anak
Anda paling tidak suka kalau anak Anda berbohong, sekecil apa pun, bukan. Namun, coba diingat-ingat lagi, pernahkah Anda berbohong kepadanya? Mungkin Anda merasa kebohongan Anda demi kebaikannya, seperti mengatakan di makanannya tidak ada sayuran sama sekali, padahal Anda ‘menyembunyikannya’ di menu makannya, karena Anda tahu dia akan menolak jika ada sayuran. “Daripada nggak mau makan, dan saya sudah lelah memaksa,” mungkin itu alasan Anda.
Atau, ada juga kebohongan-kebohongan yang Anda anggap ‘kecil’ dan tidak akan memiliki dampak buruk bagi anak. Celakanya, bahkan ketika anak tahu Anda membohonginya, Anda merasa tidak apa-apa dan berkelit lagi.
Hati-hati, ya, Ma dan Pa….. Dikatakan oleh Dr. Kate Roberts Ph.D, psikolog keluarga juga asisten profesor psikiatri di Brown University Medical School, Amerika Serikat, saat anak mengetahui kebohongan orang tuanya, ia akan selalu berusaha melawan perkataan orang tuanya sebagai wujud ketidakpercayaan terhadap orang lain dan dirinya sendiri. “Padahal kemampuan memercayai diri merupakan bagian utama dari kerangka kepribadian yang sehat,” ujar Kate.
Baca juga: Lakukan Ini Bila Terlanjur Bohong pada Anak
Sayangnya, masih banyak orang tua yang kerap berbohong dengan alasan, demi anak. Berikut ini beberapa kebohongan yang umum dilakukan orang tua, dan bagaimana seharusnya sikap Anda.
1. Mengatakan bahwa mama dan papa masih saling mencintai namun tak bisa hidup bersama lagi. Padahal, orang dewasa yang bercerai biasanya sudah tidak bisa saling mencintai. “Cukup katakana kepada anak bahwa Anda dan pasangan sudah tidak menikah lagi sehingga tidak bisa hidup seatap,” ujar Kate.
2. Mengatakan bahwa mama ada rapat penting, padahal ia hanya lupa memenuhi janji dengan si kecil. Seharusnya, Anda cukup memohon maaf saja dan menerima konsekuensi kemarahan si kecil. Dari sini anak akan belajar tentang kejujuran, permintaan maaf jika melakukan kelalaian atau kesalahan, dan menerima konsekuensinya. Kelak, jika dia melakukan kesalahan, anak tidak akan mencari-cari alasan yang buntutnya adalah berbohong. Dia juga akan tahu bahwa berbuat salah adalah manusiawi, namun ada konsekuensinya, dan jika berkaitan dengan orang lain maka ia perlu mengakui dan memperbaikinya.
Baca juga: Kapan Mama Bohong pada Anak?
3. Mengatakan bila semua baik-baik saja, padahal Anda tengah dalam proses perceraian. Anda perlu mengatakan sejujurnya, bila tengah memiliki masalah atau perbedaan dengan pasangan. Jika Anda khawatir anak akan merasa sedih, karena akan kehilangan kasih sayang orang tua, Anda bisa mengatakan bahwa urusan perbedaan itu tidak ada pengaruhnya dengan rasa sayang mama dan papa kepadanya.
4. Mengatakan hal lain untuk menghindarkan anak melakukan sesuatu. Seperti, mengatakan bahwa binatang memiliki kutu yang sangat berbahaya, padahal Anda hanya tak ingin repot mengurus hewan piaraan anak. Seharusnya Anda cukup mengajak anak berjanji mengurus hewan piaraan dan memberinya konsekuensi bila ia tak menepati janji. Ini juga mengajari anak untuk bertanggung jawab dan
5. Mengatakan hal lain untuk membujuk anak tak menangis lagi. Padahal sebaiknya anak perlu melogika saja hal-hal yang membuatnya sedih atau takut. Biarkan dia menangis jika dia memang sedih, karena emosi apa pun perlu diterima dan divalidasi. Temani dia, katakan Anda akan tetap ada bersamanya hingga dia sudah selesai dengan rasa sedih dan tangisnya. Kalau dia ingin memeluk Anda, berikan pelukan paling hangat untuknya.
Baca juga: Menghadapi Anak Sensitif yang Mudah Menangis
6. Menyangkal perasaan anak, saat kehilangan sesuatu. Padahal penyangkalan ini hanya akan membuat anak merasa sendiri dan tak bisa memahami diri. Sebaliknya, orang tua perlu mengajak anak memahami bahwa sesuatu bisa saja hilang namun ia perlu menghargai yang masih ada.
Baca juga:
Alasan Tak Boleh Berbohong pada Anak
Bolehkah Berbohong pada Anak?
Foto: 123rf
Updated: Desember 2021
Topic
#duniamama