Tak Perlu Memata-matai, Lakukan 4 Hal Ini Ketika Anak Punya Medsos Sendiri
Rasanya sebagai orang tua tidak pernah lepas dari perasan cemas atau khawatir, ya. Mengingat ada banyak bahaya yang mungkin mengintai mereka, kita sering sekali diliputi kekhawatiran soal keamanan dan keselamatan anak, mengingat ada banyak bahaya yang mengintai mereka.
Baca juga: Waspada Penculikan di Tempat Umum, Jaga Indentitas Anak
Strategi Perlindungan Diri yang Harus Diajarkan Orang Tua
Kekhawatiran mungkin juga muncul ketika anak sudah punya medsos sendiri. Begitu mereka terhubung dengan dunia media sosial yang sangat luas dan tak terbatas, orang tua barangkali akan mengkhawatirkan dengan siapa anak berinteraksi, apa saja yang mereka ikuti, serta apakah mereka terhubung dengan informasi yang benar serta sesuai dengan nilai keluarga atau justru sebaliknya.
Tak jarang, kekhawatiran-kekhawatiran ini membuat orang tua jadi mencari cara sedemikian rupa untuk memata-matai aktivitas anak di medsos, mulai dari menggunakan aplikasi, meminta password anak, atau bahkan membaca langsung. Yosi Mokalu, Penyanyi dan Ketua Umum Siberkreasi menyampaikan pandangannya bahwa generasi alfa zaman sekarang sangat canggih, bahkan mungkin dibandingkan orang tuanya. Mereka bisa melakukan pencarian cara untuk membuka fitur yang di-lock atau di-block oleh orang tuanya. Bahkan, Yosi bercerita bahwa tidak sedikit anak-anak yang punya dua akun medsos untuk merahasikan aktivitas mereka di medsos. “Ya, mereka bikin dua akun. Yang satu boleh di-follow Mama-Papanya,” ujarnya.
Alih-alih memata-matai anak, ada baiknya orang tua melakukan beberapa hal yang disarankan oleh Yosi ini:
Syarat Punya Medsos
Ketika anak meminta izin untuk punya medsos, Mama-Papa bisa menyampaikan bahwa ada syarat yang harus dipenuhi anak. Sampaikan bahwa medsos bukan hanya sebuah privilege atau untuk mengikuti tren teman-teman yang lain, melainkan juga tanggung jawab. Tanggung jawab apa yang dimaksud oleh Yosi? Yakni tanggung jawab menjadi warga digital yang cakap dan siap terkoneksi dengan pengguna internet lain dengan baik.
“Digital technology itu kata kuncinya adalah internet. Internet itu interconnected-networking, terkoneksi dengan orang lain,” terang Yosi. Artinya, ketika memiliki medsos anak punya tanggung jawab untuk melindungi diri, sama seperti di dunia nyata, menerapkan sopan santun seperti saat berinteraksi di dunia nyata, dan lainnya. “Postingan kamu salah bisa membahayakan bukan cuma kamu, tapi juga keluargamu,” lanjut Yosi.
Mengingatkan Anak untuk Tidak Oversharing
Sama seperti dengan kehidupan kita sehari-hari, ada banyak orang yang tidak dikenal di medsos. Akan tetapi, yang berbeda adalah mereka bisa melihat apa yang kita unggah. Oleh karenanya ingatkan anak untuk tidak oversharing. Sebab, konten-konten tersebut bisa saja dijadikan sumber untuk membuat skenario tindak kriminal seperti penculikan, perampokan, atau penipuan. Waaah…, ini tentu bagian dari kekhawatiran orang tua, ya.
Menembus Digital Bubble
Sering kali orang tua khawatir mengenai apa saja yang diakses oleh anak. “Anak itu punya banyak bubble,” ucap Yosi. Sering kali, mereka berpikir bahwa orang tua tidak mengetahui dunia mereka. Sehingga ini menjadi boundaries bagi orang tua dan anak, terutama bila orang tua ingin memberikan aturan.
PR bagi orang tua dalam pandangan Yosi adalah belajar bagaimana menembus bubble tersebut. Alih-alih memata-matai apa yang mereka telusuri, menurut Yosi lebih baik orang tua juga belajar tentang apa yang mungkin dicari oleh anak, mulai dari PUBG, lagu favorit anak, drama Korea favorit anak, youtuber atau selebgram favorit mereka, dan lain sebagainya.
Dengan menunjukkan minat orang tua pada apa yang anak cari, menurut Yosi justru akan ada keterbukaan sendiri dari pihak anak. “Anak bisa tahu apa yang mereka cari itu bermanfaat dan orang tuanya mendukung,” terangnya.
Medium Menunjukkan Hal Positif
Daripada ‘jantungan’ menebak-nebak apa yang akan diunggah oleh anak, lebih baik dari awal sampaikan pada anak untuk selalu membuat unggahan yang bermanfaat bagi orang lain. Misalnya saja mengunggah video dia bermain musik alih-alih selfie, hasil karya alih-alih tren di medsos, kata-kata yang berasal dari pemikiran maupun buku alih-alih curhatan pribadi. Hal ini juga akan memberikan keuntungan bagi mereka, yakni mereka jadi bisa dikenal secara positif dan memiliki jejak digital yang baik. Saat ini, banyak perusahaan yang melakukan penelusuran kandidiat dengan cara melihat jejak digital, lho.
Bagaimana, Ma, Pa? Daripada menjadi polisi yang memata-matainya 24 jam dalam sehari, lebih baik mengomunikasikan ini semua pada anak Anda sejak awal. Jangan lupa selalu dampingi dan memberikan supervisi pada mereka.
Baca juga:
Uang Pulsa Anak, Bagaimana Mengaturnya?
Aktivitas Online Anak SD, Atur 2 Hal Ini!
7 Langkah Jaga Kesehatan Mata Anak Selama Sekolah Online
Jaga Postur Tubuh Anak Selama Sekolah Online
LTF
FOTO: FREEPIK
Topic
#usiasekolah #parenting #parentingstyle #digitalparenting