Seni Komunikasi dengan Orang Tua Anak Autis
Kami yakin, pastilah tak ada mama yang berniat menyinggung perasaan mama lain yang memiliki anak dengan autisme, baik lewat perbuatan maupun perkataan. Bahkan, yang sering terjadi, Anda justru akan memberi kalimat-kalimat penguat bernada empati, atau pujian terhadap kelebihan yang dimiliki si anak.
Beberapa di antara Anda mungkin senang memberi rekomendasi tempat terapi, teknik pengobatan, atau informasi sekolah inklusi yang bagus, dengan niat benar-benar tulus membantu.
Meski begitu, tak semua mama yang memiliki anak dengan autisme menerima dengan baik hal ini. Memiliki anak dengan autisme memang merupakan sebuah tantangan yang tidak mudah. Jadi, jangan tersinggung bila kalimat yang Anda anggap positif akan ditanggapi secara negatif oleh orang tua yang memiliki anak dengan autisme.
Berikut adalah komentar, pertanyaan, atau ucapan yang sebaiknya tidak Anda katakan kepada mereka:
1. “Anak dengan autisme biasanya jenius di satu bidang. Si anak jenius di bidang apa?”
2. “Dia tidak terlihat seperti anak autis, kok. Dia kelihatan normal-normal saja.”
3. “Tuhan tidak memberi cobaan di luar batas kemampuan Anda. Sabar, ya!”
4. “Sepupu saya juga ada yang mengalami autisme, jadi saya tahu perasaan Anda.”
5. “Apakah kakak/adiknya juga autisme?”
6. “Sudah coba terapi yang diiklankan di TV itu?”
7. “Duh, anakku itu cerewet banget, susah distop omongannya!”
8. “Pasti capek, ya, mengurus anak dengan autisme?”
9. “Apakah papanya bisa menerima kondisi anak?”
10. “Apa, sih, yang menyebabkan anak mengalami autisme?”