Melatih Delay Gratification, Keterampilan Penting untuk Anak
Jujur saja, momen saat anak menodong untuk dibelikan mainan di sebuah toko adalah momen dilematis. Pertama, ia mungkin merengek atau bahkan marah pada Anda ketika tidak dibelikan. Kedua, Anda mungkin saat itu tidak memasukkan barang tersebut ke dalam daftar yang ingin dibeli atau sedang tidak memegang jumlah uang yang cukup. Kalau Mama dan Papa, apa yang biasanya dilakukan?
Anda mungkin lega bila anak mau menerima jawaban, “Oke, kita menabung dulu ya, untuk beli itu. Sekarang uang kita hanya cukup untuk beli yang ini saja,” dan bersabar menunggunya. Artinya, anak termasuk patient postponer atau anak-anak yang bisa menunda kepuasan/delayed gratification. Ini adalah kemampuan sosial yang dibutuhkan untuk mengontrol diri dengan cara menunda kepuasan demi mendapat hasil yang lebih memuaskan.
Tapi, bagaimana bila anak justru berteriak, “Sekarang! Mau sekarang!” diiringi pernyataan bahwa Anda pelit atau jahat? Bila ia sering demikian, Anda harus waspada dengan kemungkinan ia tumbuh menjadi instant gratifier. Bila terlalu dituruti atau dimanjakan, anak-anak instan gratifier akan tumbuh menjadi anak yang tidak sabar dan tidak memiliki keterampilan menunda kepuasan.
David J. Bredehoft, Ph.D., pengajar psikologi keluarga di Concordia University, Kanada, mengatakan bahwa penting bagi anak-anak untuk menguasai keterampilan delay gratification atau menunda kepuasan. Sebab, keterampilan ini berdampak jangka panjang. Anak-anak yang mampu menunda kepuasan sejak anak-anak akan tumbuh menjadi pribadi yang lebih punya daya juang dan daya tahan untuk menghadapi tekanan, mampu menentukan tujuan, dan lebih optimis.
David menyebut beberapa cara yang bisa Anda lakukan untuk melatih kemampuan delay gratifications:
-
Contohkan kesabaran dan tunda kepuasan
Tak ada salahnya bagi Anda untuk memberitahu si kecil benda yang Anda ingin beli namun masih Anda upayakan. Dengan demikian, ia akan belajar bahwa tak semua keinginan memang bisa langsung terwujud.
-
Ajari anak membuat rencana
Ketika tahu apa yang diinginkan oleh anak, bantu mereka untuk menetapkan tujuannya dan mengembangkan rencana untuk mencapainya, misal mengurangi jajan dan mengalokasikannya untuk menabung atau mencari uang tambahan.
-
Hadiahi keberhasilan mereka
Hadiah bisa berupa apa saja, bahkan apresiasi sekalipun. Hadiah juga bisa berupa tambahan uang di hari-hari terakhir periode menabung yang sudah ia tentukan sehingga ia bisa membeli barang yang ia inginkan lebih cepat dari rencana. Hadiah juga bisa berupa barang yang harganya lebih rendah dibanding yang ia inginkan.
-
Tahan memanjakan diri
Memberi anak terlalu banyak, mengasuh mereka secara berlebihan, dan atau tidak memiliki aturan dan tugas rumah tangga akan menurunkan kemampuan mereka untuk menunda kepuasan atau delay gratifications. Jika individu tidak dimanjakan sejak anak-anak, mereka cenderung menunda kepuasan, tidak materialistis, merasa bersyukur, dan bahagia.
Baca juga:
Mengapa Literasi Keuangan Penting Dikenalkan pada Anak Sejak Dini?
Trik Ajarkan Literasi Keuangan Sesuai Usia Anak
Sejak usia 3 tahun, Balita Anda Sudah Dapat Memahami Konsep Keuangan
Solusi Masalah Keuangan di Masa Pandemi: Hindari Utang, Mulai Berdagang
7 Prinsip Keuangan yang Perlu Diajarkan Pada Anak
LELA LATIFA
FOTO: FREEPIK