Hindari 4 Kesalahan Ini dalam Mengajarkan Keuangan pada Anak
Tak bisa dipungkiri, uang adalah hal yang sangat penting dalam kehidupan kita sehari-hari. Uang ada di sekitar kita. Anak-anak kita pun terbiasa dengan uang bahkan sejak mereka masih kecil.
Tidak sedikit orang tua yang mulai mengajarkan edukasi keuangan kepada anak-anaknya sejak kecil dengan harapan agar mereka bisa menjadi orang dewasa yang bijak dalam memandang dan memanfaatkan uang. Ketahui Trik Ajarkan Literasi Keuangan Sesuai Usia Anak lebih lengkap.
Akan tetapi, dalam mengajarkan keuangan pada anak, ternyata ada beberapa kesalahan yang harus dihindari oleh orang tua. Ligwina Hananto, Lead Financial Trainer di QM Financial menyarankan agar para orang tua sebaiknya menghindari hal-hal berikut:
1. Menyuruh Anak Menabung Semua Uangnya
Tunggu, jangan panik dulu! Menabung adalah hal baik yang perlu dilakukan oleh semua orang, termasuk anak-anak. Akan tetapi, Ligwina mengatakan bahwa menabung ada di urutan terakhir setelah Menghasilkan Uang, Berbagi, dan Berbelanja dalam empat pilar keuangan yang harus dimiliki setiap orang. Baca 4 Pilar Utama Pelajaran Keuangan untuk Anak Sejak Dini untuk tahu lebih lengkap mengenai empat pilar keuangan yang harus diajarkan pada anak.
Ligwina menjelaskan, “Kalau belum apa-apa anak sudah disuruh menabung, dia kehilangan tiga skill yang di atasnya. Begitu dewasa, sudah bekerja dan menghasilkan uang, dia bingung. Karena dia terlewat, bahwa uang itu harus diupayakan dulu, dipakai, dan berbagi untuk orang lain.”
Baca juga: Mengajarkan Anak Menabung untuk Membeli yang Diinginkan
2. Tidak Pernah Mengajarkan Anak Belanja
Nah, berkaitan dengan empat pilar tadi, orang tua harus ingat bahwa ada poin ‘berbelanja’. Ligwina mengatakan, “Para pemboros di luar sana, waktu kecil semua diajari menabung. Tapi, jarang yang diajari berbelanja.”
Lebih lanjut, ia menjelaskan,” “Biasanya, kan, dalam pelajaran keuangan, berbelanja dianggap negatif, ya. Menurut saya, berbelanja itu penting sekali. Karena pada saat berbelanja, kita berlatih mengambil keputusan. Kalau sejak kecil anak tidak diajari berbelanja, kemungkinan waktu besar, dia akan gagal menabung.”
Ligwina menyarankan orang tua agar memberikan anaknya kesempatan untuk membelanjakan uangnya sendiri, entah itu untuk membeli mainan, melakukan hobinya, dan lain sebagainya. Menurut Ligwina, ketika orang tua menyuruh anak hanya menabung semua uangnya, ia tidak memberikan kesempatan kepada anak untuk membandingkan harga, memilih, serta membuat keputusan yang terbaik.
3. Menganggap Anak Terlalu Kecil untuk Urusan Uang
Sering kali, orang tua menganggap anak terlalu kecil untuk urusan uang, sehingga begitu mereka mendapatkan uang, baik dari keluarga besar atau hadiah, uang tersebut otomatis langsung masuk ke kantung orang tua dan anak tidak tahu apa-apa. Ligwina mengingatkan bahwa prinsipnya orang tua hanya bertugas menyimpan uang anak. Jangan gunakan uang anak untuk alasan apa pun apalagi merasa itu adalah milik bersama (orang tua), karena itu adalah hak anak. Anak juga harus tahu berapa jumlah uang yang dimilikinya dan ajak mereka membuat anggaran yang bisa dibagi, dibelanjakan, serta ditabung. Dari situlah mereka akan belajar dasar dari manajemen keuangan.
Baca juga: Sejak usia 3 tahun, Balita Anda Sudah Dapat Memahami Konsep Keuangan
4. ‘Membayar’ Anak untuk Melakukan Pekerjaan Rumah Tangga
Apakah Anda terbiasa memberikan uang kepada anak setiap mereka melakukan pekerjaan rumah tangga seperti menyapu, mengepel, mencuci piring, atau menyiram tanaman? Ligwina bercerita, ada satu yang tidak dilakukannya berkaitan dengan uang: membayar anak untuk mengerjakan pekerjaan rumah tangga. “Di rumah saya, pekerjaan rumah tangga tidak boleh diduitin.”
Menurut Ligwina, cara orang tua mengajarkan keuangan akan memengaruhi kehidupan anak sampai ia dewasa kelak. Pelajaran keuangan untuk anak, dalam pandangan Ligwina, dampaknya bukan hanya pada kemampuan anak mengelola uangnya, melainkan juga pada hubungan, komunikasi, etika, serta daya juang anak.
“Hubungan kita dengan uang memengaruhi hubungan kita dengan manusia,” ujarnya. Oleh karenanya, dalam berpraktik di rumah, Ligwina mengaku selalu berhati-hati soal nilai uang karena dirinya tidak ingin membangun pemahaman pada anak-anaknya bahwa hubungan antarmanusia adalah hubungan yang sangat transaksional. Ia tidak berharap hubungan antara dirinya dengan anak-anak menjadi seperti itu. “Kita nggak mau, kan, sedikit-sedikit anak bilang, ‘Bayar dulu, dong!’,” tuturnya.
Nah, Mama-Papa bisa mencoba 6 Tip agar Anak Gemar Membantu Orang Tua.
Baca juga:
Uang Pulsa Anak, Bagaimana Mengaturnya?
4 Resolusi Keuangan yang Akan Menyelamatkan Keluarga Anda
4 Resolusi Keuangan yang Akan Menyelamatkan Keluarga Anda
8 Ide Menghasilkan Uang untuk Anak-anak
5 Langkah Mengelola Uang Angpau Anak Jangka Panjang
LTF
FOTO: FREEPIK
Tidak sedikit orang tua yang mulai mengajarkan edukasi keuangan kepada anak-anaknya sejak kecil dengan harapan agar mereka bisa menjadi orang dewasa yang bijak dalam memandang dan memanfaatkan uang. Ketahui Trik Ajarkan Literasi Keuangan Sesuai Usia Anak lebih lengkap.
Akan tetapi, dalam mengajarkan keuangan pada anak, ternyata ada beberapa kesalahan yang harus dihindari oleh orang tua. Ligwina Hananto, Lead Financial Trainer di QM Financial menyarankan agar para orang tua sebaiknya menghindari hal-hal berikut:
1. Menyuruh Anak Menabung Semua Uangnya
Tunggu, jangan panik dulu! Menabung adalah hal baik yang perlu dilakukan oleh semua orang, termasuk anak-anak. Akan tetapi, Ligwina mengatakan bahwa menabung ada di urutan terakhir setelah Menghasilkan Uang, Berbagi, dan Berbelanja dalam empat pilar keuangan yang harus dimiliki setiap orang. Baca 4 Pilar Utama Pelajaran Keuangan untuk Anak Sejak Dini untuk tahu lebih lengkap mengenai empat pilar keuangan yang harus diajarkan pada anak.
Ligwina menjelaskan, “Kalau belum apa-apa anak sudah disuruh menabung, dia kehilangan tiga skill yang di atasnya. Begitu dewasa, sudah bekerja dan menghasilkan uang, dia bingung. Karena dia terlewat, bahwa uang itu harus diupayakan dulu, dipakai, dan berbagi untuk orang lain.”
Baca juga: Mengajarkan Anak Menabung untuk Membeli yang Diinginkan
2. Tidak Pernah Mengajarkan Anak Belanja
Nah, berkaitan dengan empat pilar tadi, orang tua harus ingat bahwa ada poin ‘berbelanja’. Ligwina mengatakan, “Para pemboros di luar sana, waktu kecil semua diajari menabung. Tapi, jarang yang diajari berbelanja.”
Lebih lanjut, ia menjelaskan,” “Biasanya, kan, dalam pelajaran keuangan, berbelanja dianggap negatif, ya. Menurut saya, berbelanja itu penting sekali. Karena pada saat berbelanja, kita berlatih mengambil keputusan. Kalau sejak kecil anak tidak diajari berbelanja, kemungkinan waktu besar, dia akan gagal menabung.”
Ligwina menyarankan orang tua agar memberikan anaknya kesempatan untuk membelanjakan uangnya sendiri, entah itu untuk membeli mainan, melakukan hobinya, dan lain sebagainya. Menurut Ligwina, ketika orang tua menyuruh anak hanya menabung semua uangnya, ia tidak memberikan kesempatan kepada anak untuk membandingkan harga, memilih, serta membuat keputusan yang terbaik.
3. Menganggap Anak Terlalu Kecil untuk Urusan Uang
Sering kali, orang tua menganggap anak terlalu kecil untuk urusan uang, sehingga begitu mereka mendapatkan uang, baik dari keluarga besar atau hadiah, uang tersebut otomatis langsung masuk ke kantung orang tua dan anak tidak tahu apa-apa. Ligwina mengingatkan bahwa prinsipnya orang tua hanya bertugas menyimpan uang anak. Jangan gunakan uang anak untuk alasan apa pun apalagi merasa itu adalah milik bersama (orang tua), karena itu adalah hak anak. Anak juga harus tahu berapa jumlah uang yang dimilikinya dan ajak mereka membuat anggaran yang bisa dibagi, dibelanjakan, serta ditabung. Dari situlah mereka akan belajar dasar dari manajemen keuangan.
Baca juga: Sejak usia 3 tahun, Balita Anda Sudah Dapat Memahami Konsep Keuangan
4. ‘Membayar’ Anak untuk Melakukan Pekerjaan Rumah Tangga
Apakah Anda terbiasa memberikan uang kepada anak setiap mereka melakukan pekerjaan rumah tangga seperti menyapu, mengepel, mencuci piring, atau menyiram tanaman? Ligwina bercerita, ada satu yang tidak dilakukannya berkaitan dengan uang: membayar anak untuk mengerjakan pekerjaan rumah tangga. “Di rumah saya, pekerjaan rumah tangga tidak boleh diduitin.”
Menurut Ligwina, cara orang tua mengajarkan keuangan akan memengaruhi kehidupan anak sampai ia dewasa kelak. Pelajaran keuangan untuk anak, dalam pandangan Ligwina, dampaknya bukan hanya pada kemampuan anak mengelola uangnya, melainkan juga pada hubungan, komunikasi, etika, serta daya juang anak.
“Hubungan kita dengan uang memengaruhi hubungan kita dengan manusia,” ujarnya. Oleh karenanya, dalam berpraktik di rumah, Ligwina mengaku selalu berhati-hati soal nilai uang karena dirinya tidak ingin membangun pemahaman pada anak-anaknya bahwa hubungan antarmanusia adalah hubungan yang sangat transaksional. Ia tidak berharap hubungan antara dirinya dengan anak-anak menjadi seperti itu. “Kita nggak mau, kan, sedikit-sedikit anak bilang, ‘Bayar dulu, dong!’,” tuturnya.
Nah, Mama-Papa bisa mencoba 6 Tip agar Anak Gemar Membantu Orang Tua.
Baca juga:
Uang Pulsa Anak, Bagaimana Mengaturnya?
4 Resolusi Keuangan yang Akan Menyelamatkan Keluarga Anda
4 Resolusi Keuangan yang Akan Menyelamatkan Keluarga Anda
8 Ide Menghasilkan Uang untuk Anak-anak
5 Langkah Mengelola Uang Angpau Anak Jangka Panjang
LTF
FOTO: FREEPIK
Topic
#usiasekolah #parenting #parentingstyle #keuangan