Dukungan Untuk Anak Disleksia
Sebagai orang tua, Anda jangan bersedih dan putus harapan jika anak divonis menderita disleksia. Di sinilah peran orang tua diperlukan untuk mengatasi kondisi anak dengan gangguan belajar ini:
- Kompak sebagai orang tua. Mama dan papa sama-sama memahami gangguan anak dan mendukung program terapi anak. Kekompakan ini juga diperlukan untuk mendukung home program yang diberikan terapis. Terapi biasanya maksimal hanya 1 jam. Karena itu perlu program terapi di rumah untuk mempercepat perbaikan si kecil. Untuk menjalankkanya, orang tua bisa meminta bantuan anggota keluarga, seperti kakek, nenek atau tante. Bahkan ART dapat dilibatkan.
- Orang tua juga perlu menjelaskan kepada anak tentang disleksia atau gangguan belajar lainnya yang dialaminya. Tujuannya agar anak paham tentang kondisi yang dialaminya dan mau mengkuti terapi. Jika anak masih kecil, penjelasan tak perlu detail dengan istilah yang membuatnya bingung. Jelaskan saja kesulitan yang dialaminya dibandingkan dengan teman sebayanya. Misalnya: “Adek suka capek, ya, saat membaca? Nah, Adek mau, kan, dilatih supaya bisa seperti teman-teman?”
- Buat disiplin positif. Anak dengan gangguan belajar itu sudah bingung dengan problemnya sendiri. Kalau lingkungannya tidak ‘pasti’ dalam hal keteraturan, dia akan tambah bingung. Makanya, ia perlu lingkungan dengan kebiasaan yang sama dari hari ke hari. Misalnya, bangun pagi harus pukul 5. Pokoknya bangun, setelah itu tidur lagi boleh saja. Kebiasaan yang stabil ini sangat membantu mengurangi uring- uringan anak.
- Berikan instruksi satu per satu. Jangan berikan perintah/instruksi panjang dalam satu waktu yang pendek. Misalnya: “Adek, Mama minta tolong kamu ke rumah Ibu RT untuk kasih uang iuran sampah. Uangnya sudah disiapkan di atas meja makan. Nanti, juga mampir ke warung ya. Beli telur 1kg dan minyak goreng 0,5 kg. Ambil uang buat belanja ini di laci lemari Mama. Pakai uang yang Rp50 ribu saja.” Kemungkinan besar, instruksi seperti ini tidak akan dijalankan sempurna.