Buku Anak Tentang Edukasi Seks, Perlukah Orang Tua Khawatir?
Baru-baru ini, sebuah buku anak dengan ilustrasi kartun yang menceritakan tentang anak mulai mengeksplorasi tubuh, ramai dibicarakan di media sosial, dan meresahkan banyak orang tua. Buku berjudul ‘Aku Berani Tidur Sendiri’ dianggap dapat membuat pembacanya, terutama anak-anak, bisa meniru aktivitas seksual yang dipaparkan secara gamblang dalam buku tersebut.
Berbeda dari buku edukasi seks pada anak untuk dibaca orang tua, buku ini menurut penulis dan penerbit memang khusus dibaca anak, dengan catatan tetap dalam bimbingan orang tua. Meskipun begitu, banyak orang yang tidak setuju dengan isi buku ini. Untuk meredam keresahan orang tua, KPAI meminta penerbit untuk tidak menjual kembali buku yang sebenarnya sudah ditarik dari peredaran ini.
Namun benarkah bacaan-bacaan sejenis buku di atas benar-benar tidak boleh dibaca oleh anak? Herdiana Hakim, S.Hum., M.Sc., M.Ed., pemerhati buku anak lulusan Sastra dan Literasi Anak di University of Glasgow, Inggris, memiliki pendapat lain soal isu buku ini. Ia menyayangkan ditariknya buku tersebut dari peredaran. Menurutnya jika memang ada konten yang kurang tepat, bisa didiskusikan terlebih dahulu oleh pihak terkait, untuk mencari jalan tengah. Misalnya, orang tua, penerbit, penulis, bahkan jika diperlukan anak pun bisa dilibatkan.
“Tujuan dari buku ‘Aku Berani Tidur Sendiri’ sebenarnya baik. Buku ini diterbitkan di bawah seri ‘Aku Bisa Melindungi Diri’ yang bermaksud mengajarkan anak menjaga tubuhnya. Penulis dan penerbit juga mengacu pada pendapat psikolog. Selain menggambarkan potensi masalah terkait tubuh dan seksualitas yang bisa dialami anak, buku itu juga memberikan solusi berupa tips dan pesan untuk anak dan orang tua,” jelas Herdiana.
Pada kasus yang mencuat, terdapat gambar anak sedang mengeksplorasi bagian intim tubuhnya, dan foto gambar inilah yang menjadi viral. Padahal, menurut Herdiana, ada pesan edukasi di halaman selanjutnya. “Penulis dan penerbit menyertakan solusi apa yang perlu orang tua lakukan apabila anak mengalami hal demikian. Akan tetapi, yang di-capture hanya bagian masalahnya, kemudian di-share ke media sosial, sehingga memunculkan pandangan kontra dari berbagai pihak,” ujar Herdiana yang juga aktif menulis review buku anak di situs www.SiKancil.org.
Meski demikian, Herdiana mengemukakan bahwa kekurangan dari buku tersebut adalah menunjukkan secara gamblang isu seksualitas yang masih tabu dalam pandangan masyarakat. Hal ini diperparah dengan tidak adanya pendampingan dari orang tua saat anak membaca buku. “Seharusnya orang tua juga ikut menjadi pembaca aktif karena anak masih memerlukan bimbingan ketika membaca buku tersebut.”
Agar tidak kecolongan, jika ingin memberikan buku pada anak, baik tentang pendidikan seks atau buku-buku yang lain, Herdiana memberikan tip berikut ini:
- Pertama-tama, orang tua harus rileks dan menempatkan perspektif bahwa pendidikan seks bukan hal tabu. Ini agar anak pun tidak segan datang pada Mama jika ada yang membuatnya bingung atau resah.
- Sebelum mengajak anak membaca buku, lakukan obrolan pembuka. Misalnya dimulai dengan pertanyaan: “Apa yang kamu tahu tentang hal ini?” dan “Apa sih yang membuat kamu penasaran tentang ini?”
- Sebelum memberikan buku pada anak, orang tua harus mengetahui terlebih dahulu isi dari buku itu. Ini penting untuk mengantisipasi konten yang tidak layak dibaca anak. Biar bagaimanapun, orang tualah yang bertanggung jawab pertama kali melakukan filter untuk memilah buku apa yang boleh dibaca anak secara langsung, buku yang masih perlu pendampingan, dan buku yang belum saatnya dibaca anak.
- Pola pikir dan gaya pengasuhan setiap orang tua bisa jadi berbeda-beda. Oleh sebab itu, penilaian terhadap buku pun bisa sangat subyektif. Misalnya, buku tertentu yang dinilai oleh psikolog pantas untuk anak, belum tentu menurut orang tua juga demikian. Semua berpulang pada gaya pengasuhan masing-masing orang tua yang ingin diterapkan pada anak.
- Pada negara-negara maju, buku anak yang mengangkat isu seksualitas atau hal lain yang dianggap tabu juga kerap mengundang pro-kontra, kok. Bedanya, topik yang dibahas biasanya lebih mengarah pada bagaimana anak dapat dibekali pengetahuan untuk melindungi diri mereka. Ini merupakan langkah preventif yang bisa diterapkan anak terhadap ancaman predator seksual.
Ingin mengedukasi anak lewat buku pendidikan seks yang tepat? Berikut ini rekomendasi buku dari Herdiana. Ditulis oleh Robyn Soetikno dan diterbikan oleh Rak Buku, ada empat judul di bawah seri “I Am Me Series” yang disajikan dalam dua bahasa dan ilustrasi manis. Dampingi anak ketika membacanya, ya.
1. I’m Changing
Buku panduan untuk anak yang mulai merasakan perubahan pada tubuhnya.
2. I’m Little Lady
Menceritakan bagaimana anak perempuan menghadapi menstruasi pertamanya.
3. I’m Growing Up
Buku yang membantu anak merasa nyaman dengan tubuhnya yang sedang berkembang.
4. I’m Perfect
Tentang pengalaman perubahan perilaku seiring pubertas dan bagaimana anak didorong untuk percaya diri.
Baca juga: 8 Buku Ini Mengajarkan Anak Bersyukur