Anak Suka Mengadu
“Ma, Aidan merusak remote!” “Gabriel nggak mau menggosok gigi!” Anak terus menerus mengadu selagi bisa. Kini, ada hightech twist: anak bisa mengirim foto remote yang rusak ke ponsel Anda, ‘melapor’ semuanya secara detail via SMS atau WhatsApp, agar Anda menghukum adiknya. “Mudah, kan? Daripada keduanya harus berteriak-teriak melaporkan apa yang sedang terjadi,” kata Kristi Miller, konsultan keluarga dan pendidik orang tua yang menulis buku tentang bagaimana anak bisa belajar menjadi anggota masyarakat digital yang baik.
Di balik mulut ‘si tukang mengadu’, sebenarnya ada seorang anak yang ‘haus’ akan kekuasaan. Plus, dia masih belajar tentang perbedaan antara bertanggung jawab secara sosial dan menjadi ‘mata-mata’. Jadi, Anda juga jangan bereaksi secara berlebihan, ya. “Jadikan hal ini sebagai laporan semata, dan cobalah untuk tidak bersikap emosional,” saran Miller.
Kalau, misalnya, anak mengadu bahwa adiknya mematahkan tangan patung kayu mama, katakan saja, “Mama merasa sedih karena patung Mama terjatuh. Tapi, tidak apa-apa, patung itu masih bisa diperbaiki, kok.” Dari sini, ia bisa tahu bahwa tindakan adiknya bukan akhir segalanya, di mana ini mungkin saja adalah rencananya.
Lalu, bila mungkin, tanyalah si kakak untuk mengetahui sebenarnya apa tujuannya selalu melaporkan ini itu. Jika ia selalu mendekati Anda sambil mengeluh kalau temannya tidak mau berbagi buku, katakan padanya, “Kayaknya kamu ingin teman kamu bergantian membaca buku, ya? Bolehkah Mama membantu mengatakannya pada temanmu?”
Menurut Miller, “Jelaskan apa yang menjadi kebutuhannya dan beritahu cara mengatakan sesuatu begitu timbul masalah. Dengan begitu, ia bisa menyelesaikan masalahnya sendiri.” Gunakan taktik ini sesering mungkin dan pada akhirnya si kecil pun tidak akan selalu mengadu. Bagaimana kalau Anda lupa akan hal ini? “Jangan takut,” kata Miller. “Anak akan memberi Anda cukup banyak kesempatan untuk melakukan berbagai taktik yang ada.”