5 Penyebab Anak Jadi Pengadu
Sebenarnya mengadu merupakan latihan berkomunikasi bagi si kecil dengan lingkungannya. Pengaduan mereka umumnya tidak bermaksud buruk. Mereka hanya mengungkapkan sesuatu yang menurutnya benar sesuai sudut pandangnya. Si kecil hanya belum mampu menempatkan diri pada keadaan orang lain, karena balita memandang segala sesuatu dari sudut pandang dirinya, atau egosentris.
Faktor Pendorong:
1. Manipulatif
Saat anak Anda kesal pada seseorang, ia akan mencari 'korban' untuk diadukan pada Anda, dengan harapan Anda akan memarahi si 'korban.'
“Bunda, Mbak nakal. Tadi itu pipiku diginiin, nih.” Padahal belum tentu pengasuhnya melakukan hal itu padanya, atau mungkin menyolek pipinya sekadar mengingatkan anak Anda agar tidak mengemut saat makan.
Cara mengatasi:
Jangan langsung percaya, amati dengan cermat perilaku pengasuh anak Anda. Sejauh itu tidak berbahaya, biarkan saja pengaduan anak Anda.
2. Cari Perhatian
Saat ini anak sedang berada dalam masa pengenalan diri. Ia ingin agar orang lain juga mengenal dirinya. Karena masih egosentris, ia ingin agar semua orang memerhatikan dirinya. Menurut si kecil, ketika ia mengadu, Anda langsung mendengarkannya. Bahkan langsung membelanya dan menyalahkan orang yang sedang dijadikan bahan aduannya. Tidak penting apakah si kecil merasa disakiti atau tidak. Buatnya, ia punya pengalaman bahwa Anda langsung memberikan perhatian lebih saat ia mengadukan sesuatu.
Cara Mengatasi:
Tahan diri Anda untuk segera menghampiri orang yang ia adukan. Terima dulu informasi dari si kecil, kemudian ajak anak untuk mendatangi si subjek tadi, tanpa raut wajah atau nada suara yang marah.
3. Minta Bantuan
Ini merupakan salah satu alasan positif saat mengadu. “Bunda, Callista tidak mau bermain boneka bersamaku.” Sebenarnya ia ingin meminta bantuan pada Anda untuk menyelesaikan masalah yang sedang dihadapinya. Ia merasa ditolak karena Callista tidak mau diajak bermain. Apalagi si kecil sedang dalam tahap mulai tertarik pada teman sebaya dan punya dorongan kuat untuk melakukan kontak dengan mereka. Namun, ia belum terlalu mahir menjalin pertemanan.
Cara Mengatasi:
Dorong si kecil untuk mengatasi masalahnya. Tanyakan, kira-kira mengapa Callista tidak mau berteman dengannya. Tidak perlu langsung Anda berikan solusi agar ia latihan bicara dan menyelesaikan masalah.
4. Meniru
Jangan lupakan istilah ‘peniru ulung’ pada anak seusia ini. Pandangannya tidak pernah lepas dari lingkungannya. Ia sibuk mengamati gerak-gerik orang dan siap meniru. Kalimat Anda, “Nanti Bunda bilangin ke Ayah, lho, kalau kamu tidak mau makan!” Ini juga ditirunya.
Cara Mengatasi:
Introspeksi, baik Anda maupun anggota keluarga lain di rumah. Cek kembali sikap dan perilaku semua orang selama ini, kemudian hilangkan kebiasaan mengancam mengadukan perilaku si kecil pada Ayah, yang seolah-olah punya otoritas lebih tinggi daripada Bunda.
5. Bentuk Protes
Yang dimaksud di sini adalah protes atas pelanggaran yang dilakukan orang lain. Anak sudah mulai paham aturan-aturan sederhana. Misalnya membuang sampah di tempat sampah atau meletakkan kembali barang yang habis dipakai. Jadi, pada saat si kecil melihat Ayahnya melempar sampah ke jalan atau tidak membereskan koran setelah dibaca, ia langsung mengadu pada Anda. Sebab si kecil juga ingin orang lain mengikuti aturan seperti yang ia lakukan.
Cara Mengatasi:
Langsung berikan dukungan sebagai pertanda bahwa Anda setuju dengan yang ia katakan. Lalu ajak si kecil menghampiri ‘tersangka’ dan minta si kecil untuk mengingatkan bahwa yang dilakukan ‘tersangka’ tadi tidak benar.
Baca juga:
Cara Mama Papa Hadapi Anak Mengadu