5 Cara Kompak dengan Guru Anak
Apakah Anda sedang berencana menghadap kepala sekolah setelah mendapati anak Anda mengeluh tentang gurunya berulang kali? Sebelum mengkonfrontasikan kondisi ini ke pihak guru maupun sekolah, mungkin Anda berminat mencoba cara berikut ini untuk mencari tahu apa yang sesungguhnya terjadi :
Langkah 1 : Menjadi Reporter
Ketika anak membuat kesimpulan, "Bu guru jahat!", Mama perlu mencari tahu apa yang dimaksud ‘jahat’ oleh si kecil. Tanyakan apa yang terjadi pada anak dengan cara santai, agar anak tidak merasa diinterogasi ataupun berusaha melebih-lebihkannya. ‘Jahat’ bisa berarti, "Bu guru memaksaku mengerjakan tugas", yang memang sudah menjadi aturan sekolah. Tujuan menjadi reporter ini untuk mendapatkan gambaran konkrit dari sudut panjang anak Anda.
Langkah 2: Menjadi Penasehat
Minta anak Anda menceritakan apa yang dia alami lalu tuliskan (sehingga tidak ada yang terlupa). Katakan padanya Anda akan sampaikan ke gurunya. Beri waktu dan kesempatan pada si kecil mengelaborasi ceritanya karena sulit baginya mengingat setiap detail kejadian.
Tujuannya agar si anak mengerti bahwa Anda peduli dengan pengalaman buruknya, tapi tidak ikut menyalahkan guru. Ada baiknya Mama bilang, "Mama dan Papa akan bicara dengan guru, mengapa kamu merasa demikian." Si kecil pun merasa didukung sang mama tanpa langsung menyalahkan guru. Lagipula, Anda kan belum mengetahui apa yang sesungguhnya terjadi sebelum berbincang dengan gurunya.
Langkah 3: Menjadi Diplomat
Kalaupun akhirnya Mama memutuskan berbicara dengan guru tersebut, buatlah perjanjian, bukan disambil ketika mengantar ataupun menjemput anak. Gunakan kalimat yang tidak menuduh, misalnya “Saya menemui Ibu/Bapak karena ada masalah dengan anak saya, dan mungkin Anda bisa membantu bersama-sama mencari jalan keluarnya.”
Sebisa mungkin gunakan kata-kata sesuai penjelasan anak Anda kepada pihak guru. Hal ini dapat mengurangi potensi situasi yang emosional. Cobalah bersikap netral karena sebesar apapun Anda menyayangi anak, tetap saja mereka mungkin berbuat salah.
Idealnya, guru akhirnya akan bekerjasama, agar masalah ini tidak buntu. Namun jika memang karakter guru tersebut yang menurut Anda adalah sumber masalah. Anda bisa menjadikan kondisi ini sebagai bagian dari pembelajaran bagi anak. Terangkan padanya kalau kita mungkin saja bertemu orang yang tidak riang dan sering cemberut, namun bukan berarti orang tersebut membenci kita. Jika menurut Anda penyebab masalah ini lebih serius dari ekspresi sang guru, dan guru tersebut memang tidak pantas mengajar anak Anda, silakan lanjut ke langkah berikutnya.
Langkah 4: Menjadi Pelapor
Tujukan laporan Anda kepada siapapun atasan guru tersebut, apakah koordinator guru ataupun langsung Kepala Sekolah. Harap lakukan hal ini apabila menurut Anda pendekatan persuasif langsung kepada guru bersangkutan tidak berhasil.
Seperti langkah sebelumnya, gunakan kalimat tidak menuduh, namun tunjukkan niat Anda ini demi kebaikan anak. Tetap ceritakan dengan menggunakan kata-kata yang dikatakan anak Anda. Biasanya Kepala Sekolah akan melakukan mediasi ataupun secara tertutup berbicara dengan guru bersangkutan. Tentunya Anda siap dengan konsekuensi pencopotan posisi sebagai ‘ortu favorit guru’. Asalkan anak Anda kembali riang bersekolah, tidak masalah ya ‘Ma.
Langkah 5: Menjadi Tegas
Jika semua usaha halus gagal, apalagi jika guru tersebut semakin menekan si kecil, Anda bisa dengan tegas meminta anak Anda pindah kelas. Kepala Sekolah seringkali keberatan dengan hal ini namun Anda tekankan bahwa hal ini demi kebaikan si anak yang sekarang takut pergi ke sekolah. Kadang cara ini berhasil. Yang perlu orangtua lakukan adalah melakukan investigasi, tidak langsung membela anak. Apabila kejadian tersebut berulang dengan guru berbeda, faktor masalah bisa jadi adalah sekolah itu sendiri. Kalau begini, Mama mungkin perlu mencari sekolah baru. (Fina Khairaty/foto:dok.feminagroup)