4 Ketakutan Orang Tua yang Menyebabkan Anak Jadi Tidak Disiplin
Kegagalan menumbuhkan kedisiplinan pada anak-anak bisa disebabkan lantaran takut untuk memberikan konsekuensi pada anak, lho. Padahal, konsekuensi sangat dibutuhkan untuk membantu anak-anak belajar mengenai kesalahannya dan berlatih membuat keputusan yang lebih baik di kemudian hari.
Seorang dokter anak di Children’s Hospital of Wisconsin, AS, Kenneth D. Strzelecki, D.O., mengatakan, “Ketika Anda menjadi orang tua, tidak apa-apa untuk memberikan konsekuensi kepada anak-anak. Yang terjadi adalah, orang tua kadang masih salah memahami perbedaan antara hukuman dan konsekuensi. Ketika anak melanggar peraturan, mereka berpikir bahwa mereka harus memberikan hukuman seperti pukulan atau cubitan. Padahal, konsekuensi tidak bisa diartikan demikian.
Donna Matthews, Ph.D., penulis buku Beyond Intelligence : Secrets for Raising Happily Productive Kids mengatakan bahwa konsekuensi yang tepat sebenarnya memotivasi anak Anda untuk berperilaku baik. Konsekuensi dapat memberi anak keterampilan yang dibutuhkan untuk menjadi orang dewasa yang sukses. Di samping itu, selalu melindungi anak dari konsekuensi juga bisa menjadi pertanda bahwa Anda adalah orang tua overprotective yang juga tak baik untuk perkembangan si kecil.
Baca juga: 3 R, Aturan Memberi Konsekuensi kepada Anak
Akan tetapi, sering kali orang tua masih saja takut untuk memberikan konsekuensi lantaran beberapa hal ini:
1. Takut Anak-Anak Kesal
Tidak ada hal lain yang lebih ingin Anda nikmati selain bersenang-senang dengan si kecil. Ketika Anda memberikan konsekuensi padanya, kemungkinan kesar ia akan menunjukkan kekesalannya. Tapi, itu bukan berarti Anda harus membatalkan konsekuensi yang sudah disepakati.
Anak-anak perlu belajar menghadapi perasaan negatif dalam hidup. Karena, itu adalah bekal kecakapan hidup yang akan ia pelajari dari proses pendisiplinan. Tak hanya mereka, Anda sebagai orang tua pun harus belajar menghadapi perasaan negatif saat merasa tak kuasa memberikan konsekuensi.
Justru, Anda akan merugikannya dengan tidak membantunya belajar bagaimana mengatur emosi. Oleh karenanya, selain menindaklanjuti pelanggarannya dengan konsekuensi, maka latihlah mereka untuk mengelola emosinya sekaligus.
Baca juga: 4 Tipe Orang Tua Dilihat dari Caranya Merespons Emosi Anak
2. Takut Tidak Didengar
Ada suatu saat orang tua memiliki kekhawatiran bahwa anaknya tidak akan mendengarkan mereka. Mereka takut anak-anak tidak akan pernah mematuhi apa yang mereka katakan. Ini adalah salah satu contoh ketidakpercayaan diri yang dimiliki orang tua.
Saat mengamati bahwa konsekuensi Anda tidak efektif atau anak-anak tidak mau mematuhinya, maka evaluasi kembali mengapa strategi Anda tidak berfungsi, misalnya saja apakah karena instruksi yang tidak efektif atau karena ada gangguan lain yang membuat si kecil tidak konsentasi. Menghindari mendisiplinkan hanya akan memperburuk masalah.
Baca juga: 15 Cara Agar Anak Mau Mendengarkan Anda
3. Takut Dicap Sebagai Orang Tua Jahat
Ini adalah salah satu kesalahan dalam mengasuh anak. Saat Anda memiliki ketakutan ini, artinya Anda hanya melihat dari jangka pendek. Anak-anak mungkin menilai Anda jahat karena Anda menghentikan waktu bermainnya atau menyuruhnya mengelap tumpahan cat air yang ia hasilkan. Akan tetapi, dalam jangka panjang, ini adalah hal yang sangat baik untuk membantunya belajar disiplin dan membuat prioritas.
Lagipula, setelah memberikan konsekuensi, Anda perlu terlibat perbincangan untuk mengevaluasi apa yang sesungguhnya terjadi bersama si kecil. Momen tersebut juga bisa dimanfaatkan sebagai momen untuk saling meminta maaf dan memaafkan.
4. Takut Pada Pasangan
Kadang-kadang ada perbedaan pendapat antara suami dan istri dalam mengasuh anak. Misalnya saja, mama ingin si kecil lebih disiplin soal makanan manis dan screen time. Akan tetapi, papa malah melonggarkannya.
Yang penting untuk diperhatikan adalah bahwa penerapan konsekuensi harus dilakukan secara konsisten dan kompak. Artinya, pandangan suami dan istri harus sejalan tentang konsekuensi. Jangan karena takut pada pasangan yang berbeda pendapat, Anda jadi tidak bersikap konsisten. Karena bisa saja Anda memberi konsekuensi saat pasangan tidak ada namun membiarkan si kecil bebas dari konsekuensi saat pasangan ada di rumah.
Bila pasangan Anda selalu membebaskan si kecil dari konsekuensi, sementara Anda menerapkannya diam-diam, maka kemungkinan besar anak-anak hanya akan menilai Anda sebagai pihak orang tua yang jahat. Aduh, akan ada drama bad cop dan good cop di rumah yang dampaknya tidak akan baik. Anak-anak akan melihat orang tuanya tidak kompak.
Di samping itu, inkonsistensi juga akan membuat mereka bingung. Oleh karenanya, sangat penting untuk menyepakati aturan bersama pasangan. Anak-anak akan tumbuh lebih disiplin bila kedua orang tuanya seiya-sekata dalam menegakkan auran.
Baca juga:
Si Kecil Suka Membandingkan Anda Dengan Orang Tua Lain?
Ajarkan Anak Mengenal Aturan
4 Kiat Anak Mau Mematuhi Aturan
4 Manfaat Mengajak Anak Membuat Kesepakatan
LTF
FOTO: FREEPIK
Topic
#usiasekolah #parenting #parentingstyle