Pandemi Memengaruhi Kesehatan Mental Anak
Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa pandemi COVID-19 yang telah menyebar bergitu cepat memengaruhi kesehatan mental anak. Penelitian yang dilakukan di Provinsi Hubei, Cina—tempat virus Corona pertama kali ditemukan, yang diterbitkan dalam JAMA Pediatrics, menunjukkan bahwa sampel sebanyak 2330 anak sekolah mengalami tanda-tanda tekanan emosional.
Mereka harus menjalani lockdown. Selama satu bulan pandemi berlangsung, dilaporkan bahwa 22,6% dari mereka mengalami gejala depresi dan 18,9% menunjukkan gejala kecemasan.
Roxane Cohen Silver, psikolog sosial di University of California, AS, mengatakan bahwa hal tersebut terjadi lantaran anak-anak mengalami kesepian saat lockdown ataupun isolasi. Akan tetapi, tingkat stres tersebut tidak rata. Anak-anak yang lebih dekat dengan daerah krisis akan mengalami kecemasan yang lebih akut menurut Silver.
Mengutip dari Time, ia mengatakan, “Dampak pada rasa aman anak bergantung pada sejauh mana pengaruh keluarga. Jika ada kerugian atau jika keluarga mengalami perubahan drastis dalam konsekuensi ekonomi mereka, peristiwa ini akan membentuk pandangan anak-anak terhadap dunia.”
Silver juga mengatakan bahwa usia juga bisa menjadi faktor besar dalam seberapa berat pandemi berdampak pada anak-anak secara emosional. Amatannya, anak-anak yang masih sangat kecil mungkin tidak melihat ada yang berbeda kecuali bahwa orang tua mereka tidak akan bekerja di kantor. “Untuk anak-anak yang lebih kecil, bersama orang tua mereka secara penuh waktu dianggap sebagai nilai tambah,” kata Silver. Tetapi anak-anak usia sekolah umumnya sudah bisa membaca kecemasan orang tua di sekitar mereka.
Pandemi ini juga berdampak lebih berat pada anak-anak yang sebelumnya juga sudah berjuang dengan masalah kesehatan mental. Profesor Psikologi Robin Gurwitch di Duke University Medical Center, North Carolina, AS, mengatakan bahwa mereka kesulitan untuk menjalani layanan terapi dengan profesional kesehatan mental. Sebab, banyak layanan ditutup. Di samping itu, bila ada yang menjalankan terapi lewat Zoom atau Skype pun juga sering terjadi kendala.
Ciptakan Waktu Mengobrol Terbuka
Psikiater Joshua Morganstein, ketua komite dimensi psikiatri bencana American Psychiatric Association, mengatakan, “Ketika anak-anak benar-benar sedih atau kesal, hadiah terbaik yang dapat diberikan orang tua kepada mereka adalah waktu.” Ia menjelaskan, "Duduklah bersama mereka dan beri mereka waktu. Waktu untuk menunggu dan dengarkan apa yang mereka katakan." Ia mengatakan ini membuat anak tahu bahwa Anda akan mencoba memahami apa yang mereka alami dan yakin bahwa ia akan selalu aman bersama Anda.
Morganstein menyarankan orang tua untuk berkata jujur bila memang tidak mengetahui jawaban dari pertanyaan anak-anak. Tawarkan untuk mencarinya bersama. “Jujur dan terus terang sebenarnya adalah cara mengajar anak Anda untuk merasa penuh harapan,” katanya.”
Anda bisa menyimak lebih lengkap tentang menjaga kesehatan mental anak selama pandemi bersama Roslina Verauli, M.Psi., Psi., Psikolog Klinis Anak, Remaja, dan Keluarga, di acara Live Meet Up, Instagram Liver @parentingindonesia pada Kamis, 8 Oktober 2020, jam 16.00 WIB.
Baca juga:
5 Cara Mencegah Stres Karena Corona
Irama Musik Pengaruhi Fungsi Mental Anak
Ketrampilan Sosial dan Mental Anak
Mengelola Ketakutan Anak-Anak tentang Corona
9 Cara Mengatasi Mental Habit Yang Buruk
(LELA LATIFA)
FOTO: FREEPIK
Topic
#corona #coronavirus #covid19 #covid-19