Ingat tidak, Ma, bagaimana dongeng-dongeng lawas tentang kehidupan para putri selalu diakhiri dengan kalimat, “Putri dan Pangeran pun menikah dan hidup bahagia selamanya. Tamat.” Ini adalah narasi fairy tale yang sering kita dengar sejak masa kanak-kanak. Memang, pernikahan di benak banyak orang adalah sesuatu yang indah.
Akan tetapi, kita perlu realistis. Carol Ummel Lindquist, Ph.D., psikolog di California, penulis Happily Married with Kids mengingatkan bahwa pernikahan Anda bukanlah fairy tale. Ada berbagai drama yang akan Anda hadapi di dalam pernikahan, terutama setelah kehadiran si kecil.
Carol mengatakan bahwa kehadiran anak bisa menjadi pengacau terbesar bagi hubungan pernikahan Anda. Butuh banyak energi untuk menjaga pernikahan Anda tetap harmonis. Berbagai masalah yang disampaikan oleh Carol berikut sering menjadi penghambat bagi kemulusan hubungan Anda dan pasangan:
- Saling Iri dengan Pembagian Tugas
Saat belum punya anak, tentu saja pekerjaan Anda tak akan sebanyak sekarang. Kadang ada perasaan saling iri antara Anda dan suami, tentang siapa yang harus memandikan anak-anak, menemani mereka makan, mengantar-jemput sekolah atau les, mengajari mereka untuk mengerjakan PR, serta menyelesaikan pekerjaan rumah yang menumpuk.
Apalagi, saat Anda lelah dan melihat pasangan Anda sedang duduk-duduk dengan ponsel di tangannya. Anda mungkin berpikir, “Enak sekali kamu tidak melakukan apa pun!” Nah, angkat tangan siapa yang sering mengalami ini? Untuk mengatasi ini, Carol menyarankan pembagian tugas yang jelas dan adil agar tidak ada lagi perasaan iri yang merusak hubungan Anda.
- Perbedaan Standar dan Cara Mengasuh
Berbagi tentang filosofi pengasuhan bersama pasangan menjadi hal yang menggairahkan. Akan tetapi, pada pelaksanannya, sering kali Anda dan pasangan memiliki perbedaan cara yang memicu perdebatan. Misalnya saja, Mama dianggap lebih disiplin dan Papa dianggap lebih santai. Anda dan pasangan juga sering kali memiliki standar yang berbeda sehingga sering memunculkan konflik.
Dengan anak yang masih bayi, Mama sering kehilangan gairah seks akibat terlalu lelah mengurus anak. Selain itu, saat anak tidur pun, alih-alih berhubungan seks, hal yang diinginkan Mama adalah tidur. Ini akan semakin menantang dengan balita yang masih tidur sekamar dengan Anda. Tentu saja, Anda dan suami takut bayi terbangun. Akhirnya, seks dilakukan dengan terburu-buru dan tanpa foreplay.
- Couple Time = Family Time
Anda tak lagi bisa leluasa menikmati waktu berdua dengan pasangan. Waktu bersama pasangan artinya adalah family time, sebab anak pasti mengekor di belakang Anda berdua. Kurangnya couple time ini membuat koneksi Anda dan suami menurun. Koneksi yang buruk rentan membuat Anda lebih sering beradu pendapat, merasa tidak dipahami, dan tidak bisa mendapatkan hubungan yang berkualitas.
Ini sering dikeluhkan oleh semua orang yang sudah menikah dengan anak. Tekanan waktu di tengah tuntutan peran membuat Anda dan suami kehilangan me time. Saat Anda tidak punya waktu untuk sendiri, Anda jadi lebih rentan stres. Ini akan berpengaruh buruk pada hubungan Anda.
Nah, angkat tangan yang sering mengalami ini? Anda tahu betul bahwa Kakek dan Nenek anak Anda memang sangat menyayanginya? Akan tetapi, mereka kadang kelewat jauh intervensi pada pengasuhan si kecil. Bahkan, sering kali apa yang mereka lakukan bertentangan dengan prinsip pengasuhan Anda. Susah memang mengatasi ini. Akan tetapi, lebih tegas menyampaikan prinsip Anda pada kakek-nenek akan membantu.
Dulu sebelum menikah, mertua Anda baik dan kelihatan sangat menyayangi Anda. Tapi, saat sudah menikah, kenapa mereka lebih sering sewot ya, kepada Anda? Rasa-rasanya semua yang Anda lakukan salah. Anda dianggap sebagai istri dan ibu yang tak becus.
Carol menjelaskan bahwa hal tersebut wajar terjadi. Orang tua perempuan dari anak laki-laki sering merasa kehilangan power saat anaknya menikah. Ada berbagai kecemasan pada diri mereka yang membuat mereka takut kehilangan kasih sayang dan perhatian dari anaknya. Bila Anda berkonflik dengan mertua, minta suami Anda menjadi penengah yang mampu mengakomodasi kedua belah pihak ya, Ma!
Punya anak membuat Anda punya pengeluaran ekstra, apalagi bila ia semakin bertambah usia. Urusan ini termasuk sensitif dan bisa memicu permasalahan bila tidak ada keterbukaan antara Anda dan pasangan.
Baca juga:
10 Kunci Pernikahan Sehat
The Silent Killer dalam Pernikahan
Resep Pernikahan Bertahun-tahun Anti Hambar
Me Time Mama Setelah Melahirkan
LTF
FOTO: SHUTTERSTOCK