3 Cara Pakai Masker Ini Salah, Ancam Kesehatan Pernapasan Anda
Tinggal dan/atau bekerja di kota besar, seperti Jakarta, apalagi Anda memiliki mobilitas tinggi dan sering beraktivitas di luar ruangan, membuat masker menjadi salah satu benda yang wajib ada di tas.
Bukan apa-apa, risiko Anda terpapar polusi udara sangat tinggi, mengingat kualitas udara di Jakarta masih di bawah ambang batas yang disyaratkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), jika dilihat dari indikator particulate matter (PM) 2,5.
PM 2,5 adalah salah satu polutan paling berbahaya berbentuk partikel halus yang berasal dari emisi transportasi, industri, dan pembangkit tenaga listrik. Agar bisa dikatakan bersih, WHO mensyaratkan, udara di sebuah kota harus mengandung tak lebih dari 25 mikrogram PM 2,5 untuk setiap meter kubik udara.
Sementara dari hasil pengukuran Greenpeace Indonesia di 19 lokasi di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi selama Februari-Maret 2017, dilansir dari kompas.co.id, di wilayah perumahan di Cibubur, Jakarta Timur, saja, tingkat PM 2,5 rata-rata selama dua bulan itu berada di angka 103,2 mikrogram per meter kubik udara.
“Setiap hari, masyarakat menghirup udara, baik yang berguna untuk tubuh (O2), maupun polutan, seperti hasil emisi gas buang (CO2), yang berbahaya bagi tubuh. Emisi gas buang kendaraan bermotor merupakan salah satu sumber polusi udara terbesar sehingga berpotensi membahayakan kesehatan, seperti penyakit pernapasan dan penyakit lain. Tanpa upaya pencegahan yang tepat, masyarakat, terutama para komuter di kota-kota besar, yang kerap menghadapi kondisi tersebut, berisiko mengalami dampak buruk dari polusi udara,” ungkap DR. dr. Agus Dwi Susanto, Sp.P(K), Perwakilan Divisi Paru Kerja dan Lingkungan, Departemen Pulmonologi FKUI - RS Persahabatan.
Baca juga: Alasan Polusi Picu Penuaan Dini
Ya, paparan polusi udara terus-menerus, dikatakan oleh dr. Agus, bisa menyebabkan saluran napas menjadi hipersensitif, sehingga penurunan fungsi paru pun akan lebih cepat terjadi.
Akibatnya, berbagai macam penyakit paru, mulai dari infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), paru-paru kronis, asma, bahkan kanker paru-paru, bisa timbul.
Tak hanya itu, pembuluh darah jantung pun berisiko retak, dan plak di pembuluh darah akibat radikat bebas muncul. Infeksi akibat radikal bebas itu bisa membentul bisul-bisul di pembuluh darah bisa pecah kapan pun, dan mengakibatkan minrain, stroke, dan kematian mendadak.
Dr. Agus menambahkan, “Penggunaan masker merupakan upaya pencegahan primer dan sekunder untuk melindungi diri dari polutan yang dapat menurunkan kondisi kesehatan tubuh seseorang. Namun demikian, penggunaan masker tentunya harus disesuaikan dengan kebutuhan.”
Baca juga: Kebiasaan Sehat Ini Dapat Kurangi Risiko Terkena Stroke
Rendahnya tingkat kesadaran masyarakat terhadap penggunaan masker yang tidak tepat, dikhawatirkan oleh dr. Agus, akan memberikan dampak buruk terhadap kesehatan.
Contohnya, penggunaan masker yang baik untuk proteksi sehari-hari seharusnya memiliki filter yang berguna untuk menyaring debu, kotoran dan partikel mikro.
“Oleh karenanya sangat penting bagi masyarakat untuk memilih jenis masker apa yang sesuai dengan kondisi dan kegiatan mereka,” tambah dr. Agus.
Selain harus disesuaikan dengan kebutuhan, cara pemakaian masker yang tidak benar pun, kata dr. Agus, akan mengurangi efektivitas proteksi masker tersebut.
Di bawah ini adalah beberapa cara pemakaian yang salah:
Dipakai bolak-balik
Meski terlihat tipis, umumnya masker yang dijual di pasaran memiliki sejumlah lapisan dengan fungsi masing-masing.
Misalnya, ada masker yang memiliki 4 lapisan, terdiri dari lapisan luar untuk mencegah masuknya debu dan kotoran, bantalan berpori untuk memudahkan sirkulasi pernapasan, filter karbon aktif yang merupakan serat dengan material khusus untuk menangkap partikel mikro dan gas buang organik kendaraan bermotor, dan terakhir, lapisan dalam dengan banyan yang nyaman untuk penggunaan lebih lama.
Ada juga masker dengan lapisan luar yang bersifat anti-air. Jika bagian luar masker malah Anda letakkan di dalam, tentu tidak efektif lagi fungsinya, kan?
DIgunakan berhari-hari
Biasanya, masker sekali pakai hanya efektif melindungi Anda dalam waktu maksimal 8 jam setelah dibuka dari kemasannya. Selain itu, masker yang dipakai berhari-hari juga bisa menjadi sarang kuman penyebab infeksi saluran pernapasan.
Memang ada masker tertentu yang bisa dicuci dan digunakan lagi, tetapi itu pun maksimal hingga 3 kali pemakaian agar filternya tetap efektif menangkap polusi.
Dipasang tidak menutupi hidung, mulut, dan dagu dengan rapat
Masker sebaiknya menempel atau rapat di wajah Anda, termasuk bagian sampingnya, sehingga efektif menyaring gas-gas maupun partikel udara yang datang dari samping juga.
Jangan lupa juga menekan kawat yang ada di bagian atas masker pada hidung – sesuaikan dengan bentuk hidung Anda – agar masker lebih nyaman dipakai.
Tarik bagian bawah masker hingga melewati dagu juga, ya. (Imelda Suryaningsih)
Baca juga: Polusi di Lampu Merah
Foto Pixabay