Alergi Pada Anak Semakin Meningkat
Ternyata, alergi memiliki dampak negatif yang bisa memengaruhi kualitas hidup dan beban ekonomi keluarga, hingga beban ekonomi negara, menurut Prof. dr. Sofyan Ismael, Sp.A(K), anggota Forum Nasional Sadar Alergi (ForNASA), dalam jumpa pers mengenai pencegahan primer alergi. ForNASA adalah kumpulan berberapa institusi serta para profesional dengan berbagai latar belakang yang memiliki kepedulian tinggi terhadap alergi.
"Alergi perlu diwaspadai, karena bisa menjadi pembuka jalan untuk penyakit imunologi lainnya dalam siklus hidup manusia. Kemajuan ekonomi di Indonesia berakibat baik terhadap penurunan prevalensi penyakit infeksi, namun yang harus diwaspadai adalah disertai peningkatan prevalensi alergi," ujar Dokter Spesialis Penyakit Dalam, Konsultan Alergi Imunologi Prof. DR. dr. Samduridjal Djauzi, Sp.PD-KAI.
Sementara Dokter Spesialis Anak Sub-Spesialis Alergi-Imunologi dari RSCM, DR. dr. Zakiudin Munasir, Sp.A(K), mengungkapkan, pencegahan primer alergi paling sederhana dan efektif adalah memberi ASI eksklusif selama 6 bulan pertama kehidupan.
"Tetapi, bila atas indikasi medis bayi tidak bisa mendapat ASI, IDAI merekomendasikan penggunaan formula hidrolisat parsial whey dan formula hidrolisat esktensif kasein untuk mengurangi risiko alergi dan beban ekonomi pada saat yang sama. Formula tersebut tidak bisa menggantikan manfaat ASI," katanya.
Nah, apa yang bisa kita lakukan? Menurut Ketua Sub Divisi Feto-Maternal RSCM, DR. dr. Noroyono Wibowo, Sp.OG(K), orang tua harus memiliki kesadaran alergi dan penyakit yang berhubungan dengan imunologi sejak memasuki masa kehamilan. Anda pun lebih waspada dan melakukan tindakan pencegahan primer alergi sejak dini. Caranya? Mengakses www.sadaralergi.com. Pencegahan sedini mungkin bisa membantu keluarga (bahkan negara) menghemat beban ekonomi yang bisa terjadi. Dan, keuntungan yang didapat akan memengaruhi juga kualitas hidup anak yang lebih baik.