Agar Anak Tak Berlebihan Makan Mi
Penelitian menunjukkan, mereka yang banyak mengonsumsi mi akan lebih berisiko mengalami kegemukan. Jadi, sebaiknya karbohidrat anak bervariasi antara beras merah, oatmeal, roti gandum, atau pasta yang kaya serat.
Bagaimana caranya? Sabar, konsisten, dan jangan mudah menyerah. Percayalah, ketika lapar, semua terasa nikmat. Manusia (anak) yang sehat, pusat laparnya di otak akan bekerja normal. Jadi, manusia sehat tidak akan membiarkan dirinya mati kelaparan.
Anda bisa mencoba berbagai strategi untuk mengubah kebiasaan makannya. Pertama, membuat perjanjian dengan anak. Misalnya, jatah makan mi hanya 1x dalam seminggu. Peraturan tersebut diulang-ulang, dan semua orang di rumah harus konsisten dan kompak. Sebaiknya, pengurangan dilakukan secara perlahan-lahan.
Kedua, Anda perlu mengurangi porsi mi anak setiap kali makan (sebagian karbohidratnya diganti karbohidrat lainnya, seperti kentang, jagung). Semakin lama, jumlah mi yang dimakan setiap kalinya berkurang. Ketiga, sering-sering ajak anak makan bersama teman sebaya, dimana teman-temannya tidak ada yang makan mi. Keempat, semua anggota keluarga tidak ada yang makan mi.
Anak pasti berontak, marah, dan tidak mau makan untuk jangka waktu tertentu. Saat dia mengamuk, tunggui saja untuk mencegah anak cedera terbentur benda keras, misalnya. Tetapi, Anda tetap tidak bergeming. Selama fase menolak makan, jangan memberi susu lebih banyak sebagai pengganti makanannya.
Susu akan membuat dia kenyang (meski hanya sebentar) dan tidak bisa menggantikan makanannya. Sediakan camilan sehat, seperti es krim dengan buah (fruit milkshake), keju potongan dengan roti atau pure kentang, kukusan sayur dengan saus mayonnaise buatan sendiri, roti, telur puyuh rebus, otak-otak ikan bentuk mini, dll. Pasti butuh waktu lama, namun pasti bisa. Semakin ditunda, semakin sulit mengubah kebiasaan ini. Selamat mencoba, ya.