Skoliosis Bukan Penyakit Keturunan
Pernah melihat anak dengan posisi tubuh miring sebelah, atau tulang belakangnya tidak sama rata? Kondisi demikian dalam istilah medis disebut skoliosis, yaitu deformitas (kelainan) tulang belakang berupa lengkungan ke arah luar tubuh.
Sekitar 15-20% penyebab skoliosis, menurut dr. Ifran Saleh, SpOT (K), yang ditemui di acara seminar skoliosis Indonesia Scoliosis Community, beberapa waktu lalu di Jakarta, adalah kongenital (kelainan bawaan), di mana terjadi kegagalan dalam pembentukan, segmentasi tulang, atau bisa juga keduanya. Selain itu, skoliosis juga dapat muncul karena trauma, misalnya anak terjatuh, kemudian tulang belakangnya bengkok. Atau, karena neuromuscular (kegagalan fungsi sistem saraf dan otot), infeksi, dan penyakit mesenkimal (jaringan embrional yang terbentuk pada masa awal pembentukan embrio).
Baca juga: Skoliosis Pada Anak
Skoliosis dapat dialami oleh anak perempuan maupun laki-laki. Sebanyak 10-20% berkembang pada usia 3 sampai 10 tahun, dan hanya 1% saja pada usia yang lebih muda. Skoliosis sudah dapat muncul pada anak usia 3 tahun, dengan perbandingan kejadian antara laki-laki dan perempuan adalah 1:1. Namun pada usia di atas 10 tahun, skoliosis lebih sering dialami oleh anak perempuan dengan perbandingan 8:1.
Menurut dr. Ifran, belum diketahui kenapa anak perempuan lebih banyak skoliosis dibanding anak laki-laki. “Itulah kenapa skoliosis disebut idiopatik, penyebabnya belum diketahui. Namun, ada beberapa teori yang muncul. Di antaranya, kelainan hormon melatonin, otot lurik, jaringan lunak, trombosit, maupun faktor biokimia lainnya,” tambahnya.
Umumnya anak yang skoliosis memiliki postur tubuh yang ramping, susah gemuk, dan pada anak perempuan payudaranya besar sebelah. Ketika ditanya apakah skoliosis dapat disebabkan oleh faktor keturunan, dr. Ifran menjawab, “Skoliosis bukan keturunan. Penyebab paling banyak adalah idiopatik. Tapi, jika orang tua yang skoliosis, risiko anak terkena skoliosis memang lebih besar.” (Alika Rukhan)
Baca juga: Cara Sederhana Deteksi Skoliosis pada Anak
Foto: Pixabay