4 Hal yang Harus Dipelajari dan Dikuasai Anak Down Syndrome
Kecewa dan kalut. Mungkin itulah emosi yang muncul saat pertama kali Anda mengetahui bahwa si kecil ternyata mengidap sindroma Down. Bagaimana tidak? Kelainan genetik yang disebabkan adanya tambahan satu copy kromosom nomor 21 – itu sebabnya sering disebut sebagai trisomi 21 – tersebut umumnya ditandai dengan gangguan mental (ringan atau sedang), gangguan pertumbuhan tubuh, dan penampilan wajah yang khas. Anak penyandang sindroma Down pun berisiko lebih tinggi mengalami masalah kesehatan dibandingkan anak normal, seperti kelainan jantung, kesulitan menyusu dan makan, gangguan pada pendengaran (akibat infeksi telinga berulang), refl uks (masuknya isi lambung ke kerongkongan), gangguan mata, gangguan bernapas saat tidur, serta gangguan fungsi dari kelenjar gondok (tiroid).
Sah-sah saja, kok, Ma, memiliki perasaan negatif seperti itu, tetapi tak perlu berlarut-larutmemeliharanya. Mama harus segera menerima kondisi anak apa adanya. “Menerima adalah kunci,” tegas Nouf Zahrah Anastasia S.Psi, Head of Special Education di Sekolah Cita Buana, Jagakarsa, Jakarta Selatan. Sebab dengan menerima dan mencintai anak sebagaimana mestinya, orang tua pasti akan semaksimal mungkin memenuhi kebutuhan anak, membantunya, dan memfasilitasinya.
Baca juga: Faktor dan Risiko Anak Down Syndrome
“Jadi, ibarat mata minus yang butuh kacamata dan kita tidak bisa menerima kenyataan bahwa mata kita minus, maka kita tidak akan mendapatkan pertolongan yang seharusnya. Kita tidak pergi ke dokter mata, kita tidak pakai kaca mata,” ujar perempuan yang akrab disapa Anas itu memberikan analogi. Sebaliknya, penolakan dari orang tua justru bisa menghambat tumbuh kembang anak. Kata Anas, ”Semua berawal dari menerima.”
Bila Anda sudah bisa menerima dengan ikhlas, langkah berikut yang harus dilakukan adalah mencari bantuan. Mama bisa berkonsultasi dengan dokter atau psikolog, mengikuti perkumpulan atau komunitas. Jangan takut pergi ke luar rumah untuk mencari tahu karena dengan pergi ke luar rumah, Anda akan mendapatkan banyak informasi, semakin tertolong, dan tidak merasa sendirian lagi.
“Banyak ilmu yang bisa didapat sehingga orang tua mendapat pengetahuan yang cukup, dan bisa mendidik anak dengan benar. Jangan malu dengan kondisi anak,” kata Anas. “Kalau orang tua malu dan menutupi, itu, kan, berarti ada yang salah. Padahal, anak terlahir seperti itu, kan, tidak salah, bukan salah siapa-siapa, memang terberi seperti itu.” Lantas, bagaimana cara mendirik anak dengan sindroma Down? Apa saja yang harus diajarkan kepada mereka?
Belajar Empat Area
Menurut Anas, ada empat area yang harus dipelajari dan dikuasai oleh anak dengan sindroma Down. Pertama, kemampuan binadiri. Anak dengan sindroma Down perlu belajar mandi sendiri, menyisir rambut sendiri, memakai baju sendiri, dan bila perlu, belajar menyiapkan makanannya sendiri, serta hal-hal lain yang berhubungan dengan kemandirian.
Kedua, Mama perlu melatih kemampuan sosial komunikasinya. Anak dengan sindroma Down biasanya terlambat bicara, dan terkadang bicaranya pun tidak terlalu jelas. Itu sebabnya, dia perlu mendapatkan terapi wicara sejak dini untuk mengejar ketertinggalannya. Ajarkan pula tentang komunikasi dua arah.
Ketiga, Mama juga harus mengajarkan tentang kemampuan untuk menggunakan waktu luang. Ajak dia menikmati waktu luang dengan hal-hal yang bermanfaat bagi dirinya, misalnya mendengarkan musik atau membaca buku. Area terakhir yang harus dikuasai anak dengan sindroma Down adalah akademik. Bekali dia dengan pelajaran-pelajaran yang pada akhirnya bisa diterapkan di dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, dalam pelajaran matematika, dia tidak perlu belajar tentang logaritma atau trigonometri karena tidak langsung berhubungan dengan kehidupannya. Angka adalah hal penting yang harus dia pelajari.
Mengapa? Supaya kalau Mama minta tolong dia membeli 10 sabun, dia bisa menghitung jumlah sabun tersebut. “Membaca jam, menghitung uang, membaca kalender juga berhubungan dengan angka. Jadi, apapun materinya, harus fungsional,” kata Anas.
Anak dengan sindroma Down juga harus bisa membaca dan perlu mempelajari pengetahuan umum. Penting untuk dia ketahui bahwa kayu dan besi itu berbeda. Kayu tidak bisa menghantarkan panas, sedangkan besi bisa menghantarkan panas. Sehingga, saat dia hendak memegang panci yang berisi air mendidih di atas kompor menyala, dia bisa berhati-hati.
“Keempat hal di atas penting dipelajari. Namun, semuanya tidak mungkin dipelajari sekaligus. Kemandirian adalah kemampuan yang paling pertama harus dipelajari oleh anak dengan sindroma Down dalam porsi lebih besar,” kata Anas.
Sah-sah saja, kok, Ma, memiliki perasaan negatif seperti itu, tetapi tak perlu berlarut-larutmemeliharanya. Mama harus segera menerima kondisi anak apa adanya. “Menerima adalah kunci,” tegas Nouf Zahrah Anastasia S.Psi, Head of Special Education di Sekolah Cita Buana, Jagakarsa, Jakarta Selatan. Sebab dengan menerima dan mencintai anak sebagaimana mestinya, orang tua pasti akan semaksimal mungkin memenuhi kebutuhan anak, membantunya, dan memfasilitasinya.
Baca juga: Faktor dan Risiko Anak Down Syndrome
“Jadi, ibarat mata minus yang butuh kacamata dan kita tidak bisa menerima kenyataan bahwa mata kita minus, maka kita tidak akan mendapatkan pertolongan yang seharusnya. Kita tidak pergi ke dokter mata, kita tidak pakai kaca mata,” ujar perempuan yang akrab disapa Anas itu memberikan analogi. Sebaliknya, penolakan dari orang tua justru bisa menghambat tumbuh kembang anak. Kata Anas, ”Semua berawal dari menerima.”
Bila Anda sudah bisa menerima dengan ikhlas, langkah berikut yang harus dilakukan adalah mencari bantuan. Mama bisa berkonsultasi dengan dokter atau psikolog, mengikuti perkumpulan atau komunitas. Jangan takut pergi ke luar rumah untuk mencari tahu karena dengan pergi ke luar rumah, Anda akan mendapatkan banyak informasi, semakin tertolong, dan tidak merasa sendirian lagi.
“Banyak ilmu yang bisa didapat sehingga orang tua mendapat pengetahuan yang cukup, dan bisa mendidik anak dengan benar. Jangan malu dengan kondisi anak,” kata Anas. “Kalau orang tua malu dan menutupi, itu, kan, berarti ada yang salah. Padahal, anak terlahir seperti itu, kan, tidak salah, bukan salah siapa-siapa, memang terberi seperti itu.” Lantas, bagaimana cara mendirik anak dengan sindroma Down? Apa saja yang harus diajarkan kepada mereka?
Belajar Empat Area
Menurut Anas, ada empat area yang harus dipelajari dan dikuasai oleh anak dengan sindroma Down. Pertama, kemampuan binadiri. Anak dengan sindroma Down perlu belajar mandi sendiri, menyisir rambut sendiri, memakai baju sendiri, dan bila perlu, belajar menyiapkan makanannya sendiri, serta hal-hal lain yang berhubungan dengan kemandirian.
Kedua, Mama perlu melatih kemampuan sosial komunikasinya. Anak dengan sindroma Down biasanya terlambat bicara, dan terkadang bicaranya pun tidak terlalu jelas. Itu sebabnya, dia perlu mendapatkan terapi wicara sejak dini untuk mengejar ketertinggalannya. Ajarkan pula tentang komunikasi dua arah.
Ketiga, Mama juga harus mengajarkan tentang kemampuan untuk menggunakan waktu luang. Ajak dia menikmati waktu luang dengan hal-hal yang bermanfaat bagi dirinya, misalnya mendengarkan musik atau membaca buku. Area terakhir yang harus dikuasai anak dengan sindroma Down adalah akademik. Bekali dia dengan pelajaran-pelajaran yang pada akhirnya bisa diterapkan di dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, dalam pelajaran matematika, dia tidak perlu belajar tentang logaritma atau trigonometri karena tidak langsung berhubungan dengan kehidupannya. Angka adalah hal penting yang harus dia pelajari.
Mengapa? Supaya kalau Mama minta tolong dia membeli 10 sabun, dia bisa menghitung jumlah sabun tersebut. “Membaca jam, menghitung uang, membaca kalender juga berhubungan dengan angka. Jadi, apapun materinya, harus fungsional,” kata Anas.
Anak dengan sindroma Down juga harus bisa membaca dan perlu mempelajari pengetahuan umum. Penting untuk dia ketahui bahwa kayu dan besi itu berbeda. Kayu tidak bisa menghantarkan panas, sedangkan besi bisa menghantarkan panas. Sehingga, saat dia hendak memegang panci yang berisi air mendidih di atas kompor menyala, dia bisa berhati-hati.
“Keempat hal di atas penting dipelajari. Namun, semuanya tidak mungkin dipelajari sekaligus. Kemandirian adalah kemampuan yang paling pertama harus dipelajari oleh anak dengan sindroma Down dalam porsi lebih besar,” kata Anas.