Sudahkan Anda Bersyukur?
Seluruh dunia juga tahu menjadi mama bukanlah profesi yang santai. Di hari yang (sepertinya) tidak sibuk pun, terkadang pikiran kita susah beristirahat. Urusan bersyukur pun kerap terlewatkan! Berbeda dari berterima kasih yang muncul setelah menerima kebaikan, bersyukur adalah menerima diri apa adanya. Lebih dari itu, kekurangan tidak dipandang sebagai kendala, tapi bagian dari keutuhan diri kita. Penelitian dari McCullough dkk. (2002) yang dimuat dalam Jurnal Psikologi Kepribadian dan Sosial menemukan bahwa orang yang bersyukur lebih bahagia, lebih jarang depresi dan stres, serta lebih puas atas hidup maupun hubungan sosialnya.
Hal ini dikuatkan oleh penelitian selanjutnya yang berkesimpulan bahwa orang yang bersyukur mempunyai cara positif dalam mengatasi kesulitan mereka, bercermin pada pengalaman lampau, mencari dukungan orang lain, dan menyisihkan waktu jika mengalami masalah (Wood, Joseph & Linley, 2007). Yang menarik, kita tidak perlu menunggu waktu beribadah atau bahkan menjadi orang yang begitu religius untuk bersyukur. Jadi kapan? Setiap saat! Di setiap aktivitas kita, apa pun itu, dorongan rasa syukur itu mudah dikenali, asalkan kita mau sedikit sensitif dan memperlambat kegiatan kita sejenak.
Saat memungut mainan anak yang berserakan, rasakan syukur karena anugerah sehat sehingga bisa bebersih, masih ada rezeki untuk membelikan anak mainan, bahkan rumah untuk bernaung. Saat anak rewel dan menangis manja, tarik napas panjang dan tersenyumlah, lihat betapa lucu wajahnya bahkan saat menangis dan bersyukur karena kehadirannya dalam hidup Anda. Hingga menjelang tidur, ingatlah beberapa highlight di hari itu, Anda mengurus anak dan suami, mendapat undangan reuni, terpeleset di dapur, dimarahi bos, dapat arisan, ditilang polisi, apa pun itu adalah bagian dari diri Anda.
Semua disyukuri, bukan menjadi bahan keluhan berkepanjangan. Bersyukur adalah aktivitas yang sangat personal, namun berdampak positif ke orang lain, minimal keluarga dan para teman dekat pasti merasakan aura positif yang Mama pancarkan setelahnya. Jadi, sudahkan Anda bersyukur hari ini?
Foto : TPG News
Hal ini dikuatkan oleh penelitian selanjutnya yang berkesimpulan bahwa orang yang bersyukur mempunyai cara positif dalam mengatasi kesulitan mereka, bercermin pada pengalaman lampau, mencari dukungan orang lain, dan menyisihkan waktu jika mengalami masalah (Wood, Joseph & Linley, 2007). Yang menarik, kita tidak perlu menunggu waktu beribadah atau bahkan menjadi orang yang begitu religius untuk bersyukur. Jadi kapan? Setiap saat! Di setiap aktivitas kita, apa pun itu, dorongan rasa syukur itu mudah dikenali, asalkan kita mau sedikit sensitif dan memperlambat kegiatan kita sejenak.
Saat memungut mainan anak yang berserakan, rasakan syukur karena anugerah sehat sehingga bisa bebersih, masih ada rezeki untuk membelikan anak mainan, bahkan rumah untuk bernaung. Saat anak rewel dan menangis manja, tarik napas panjang dan tersenyumlah, lihat betapa lucu wajahnya bahkan saat menangis dan bersyukur karena kehadirannya dalam hidup Anda. Hingga menjelang tidur, ingatlah beberapa highlight di hari itu, Anda mengurus anak dan suami, mendapat undangan reuni, terpeleset di dapur, dimarahi bos, dapat arisan, ditilang polisi, apa pun itu adalah bagian dari diri Anda.
Semua disyukuri, bukan menjadi bahan keluhan berkepanjangan. Bersyukur adalah aktivitas yang sangat personal, namun berdampak positif ke orang lain, minimal keluarga dan para teman dekat pasti merasakan aura positif yang Mama pancarkan setelahnya. Jadi, sudahkan Anda bersyukur hari ini?
Foto : TPG News