Terapi Lumba-lumba untuk Anak Autis
Selain terapi musik, okupasi, wicara dan tingkah laku, berbagai terapi alternatif juga ditawarkan untuk penyadang autisme. Salah satunya terapi lumba-lumba. Apa itu?
Lumba-lumba mempunyai gelomba sonar (gelombang suara dengan frewkuensi tertentu) yang dapat merangsang otak manusia untuk memproduksi energi yang ada dalam tulang tengkorak, dada, dan tulang belakang pasien sehingga dapat membentuk keseimbangan antara otak kanan dan kiri.
Selain itu, gelombang suara dari lumba-lumba juga dapat meningkatkan neurotransmitter. Itu sebabnya beberapa ahli menyatakan terapi lumba-lumba baik untuk para penderita gangguan saraf. Terapi lumba-lumba bahkan disebut mampu meningkatkan kemampuan bicara dan keahlian motorik anak autistik.
Lalu bagaimana dan seperti apa terapinya? Terapi ini awalnya dikembangkan Dr.David Nathanson, Ph.D. dari The Dolphin Human Therapy Centre di Florida, Amerika Serikat, pada awal 1980-an. Dalam sesi terapi yang berlangsung di kolam renang, pasien diminta berenang, menyentuh, memberi makan, hingga mengelus lumba-lumba. Tentunya yang digunakan adalah lumba-lumba jinak yang sudah terlatih. Selanjutnya, program terapi didesain sesuai kebutuhan anak dengan bimbingan khusus.
Saat ini, baru ada dua tempat di di Indonesia yang memiliki fasilitas terapi lumba-lumba yakni di Bali dan Pulau Bidadari. Karena keterbatasan ini, sebuah situs kemudian menawarkan produk CD Terapi Anak Autis yang disebut-sebut menyerupai terapi lumba-lumba. Gelombang Sonar yang dihasilkan oleh lumba-lumba direkam, dan ditiru pola gelombangnya untuk diproduksi secara digital.
Baca artikel penting tentang autisme lainnya, di sini!