Olahraga Untuk Anak Penyandang ADHD
Anak penyandang ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) memiliki kesulitan untuk fokus pada sesuatu dan mudah teralihkan perhatiannya. Selain itu, anak dengan ADHD juga sulit mengendalikan tindakannya sendiri. Padahal, kontrol fisik dan kemampuan konsentrasi adalah dua hal yang dibutuhkan saat olahraga.
Olahraga yang baik bagi anak adalah yang dapat membantunya memfokuskan energi dan menjadi sarana membangun kebugaran fisik tanpa membuatnya frustasi. Frustasi tersebut bisa dihindarkan dengan memilihkan jenis olahraga yang membuatnya terus bergerak dan minim waktu jeda. Waktu jeda yang lama dapat menjadi celah –yang ingin dihindari– untuk anak menjadi teralih perhatiannya atau menjadi bosan. Menurut hasil studi dari Journal of Pediatrics, jika olahraga yang dilakukan tepat, olahraga justru dapat memberikan manfaat terapi bagi anak dengan ADHD.
Jika ingin mencoba olahraga permainan, juru bicara American Council on Exercise, Debi Pillarella, menyarankan untuk melakukan olahraga yang bertempo cepat, seperti lari atau renang estafet. Olahraga individual lebih disarankan bagi anak penyandang ADHD karena dapat membantu mengembangkan kemampuan konsentrasinya tanpa perlu dibebani tekanan untuk bisa bermain dengan baik sebagai bagian dari tim. Olahraga seperti baseball, basket, dan sepakbola, selain bertempo lebih lambat dan punya banyak jeda, juga memerlukan kerja sama tim, sehingga kurang cocok bagi anak penyandang ADHD.
Selain itu, taekwondo atau karate juga baik; membuat anak dengan ADHD punya kesempatan memfokuskan dan mengisolasi energi mereka dalam waktu yang singkat untuk kemudian meluapkannya dengan kuat dan cepat. Ditambah lagi, pada olahraga bela diri ada beberapa kebiasaan yang menjadi ritual wajib. Pada anak ADHD, ritual ini baik karena berfungsi sebagai pembentuk perilaku. Tanpa rutinitas atau kebiasaan, kebanyakan anak ADHD sulit mengingat. Olahraga bela diri bisa menjadi pintu yang membantu anak ADHD menerima, mengembangkan dan menggunakan ritual di berbagai area hidupnya.
Setelah menjalani terapi, biasanya kemampuan atensi si kecil akan membaik dan hiperaktivitasnya akan menurun. Jika sudah menginjak fase tersebut, umumnya anak sudah bisa berpartisipasi dalam semua jenis olahraga, baik yang individual maupun beregu.