Seni Bernegosiasi dengan Anak
Masih ingat ketika Anda biasanya bertanya pada batita untuk melakukan sesuatu dan ia akan mengatakan, “Tidak”? Sekarang, ia tumbuh menjadi anak yang lebih besar, dan jawabannya mungkin menjadi, “Aku mau melakukannya asal… (sambil menunjukkan muka ‘boleh, kan?’).
Semua reward yang Anda berikan selama bertahun-tahun jika ia melakukan sesuatu yang baik telah meningkatkan ekspektasinya. Juga, kemampuan berbahasanya mengubahnya menjadi anak yang piawai bernegosiasi. Meski begitu, ini tidak berarti Anda akan kehilangan muka sebagai orang tua, Anda hanya perlu berpikir cepat saja untuk menyiasatinya. Beberapa contoh ini bisa membantu Anda:
Anda bilang: | “Waktunya ganti baju untuk pergi.” | “Tolong simpanan mainan kamu, ya.” | “Matikan lampu!” |
Anak bilang: | “OK, tapi aku yang milih bajunya, ya?” | “OK, asal Mama kasih aku uang” | “Wahh… Aku nggak boleh melek lebih lama lagi?” |
Anda bilang: | “Mama sudah menyiapkan semuanya. Kamu boleh memilih sepatu dan kaus kakinya.” | “Kamu akan mendapat uang kalau membantu Mama menata meja, dan bukan saat membereskan mainan kamu.” | “Karena kamu membaca dengan baik, boleh, deh, kamu tidur 10 menit lagi.” |
Mengapa Anda berdua sama-sama menang? | Ia tetap bisa belajar bagaimana memadupadankan pakaian, tapi Anda tidak kehilangan waktu. Juga, Anda tetap menghargai keinginannya untuk melatih kreativitasnya. | Anda tahu kalau anak ingin mendapatkan uang, dan menjelaskan bagaimana caranya. Anda juga menegaskan kalau ada beberapa hal yang harus dilakukannya sebagai anggota keluarga. | Anda memberi sedikit toleransi, namun menegaskan kalau Anda memberi kelonggaran dan ini sebenarnya tidak seharusnya dilakukan. Lalu, Anda memastikan tawaran Anda diimbangi dengan keinginan yang Anda harapkan. |