Mengapa Selera Humor Tiap Anak Berbeda?


 


Senangnya melihat sekumpulan anak-anak yang sedang tertawa bersama-sama. Rasanya hati juga ikut senang. Mereka bisa ikut meramaikan suasana.
 
Akan tetapi, coba amati anak Anda saat berkumpul dengan teman-temannya, Ma. Di saat satu anak bisa tertawa terbahak-bahak karena suatu hal, ada satu anak justru tidak bereaksi apa-apa pada hal tersebut. Sebaliknya, anak itu berekspresi datar di saat anak-anak lain tertawa.
 
Anna Surti Ariani, psikolog dari Universitas Indonesia mengatakan bahwa sekalipun berada di kelompok usia yang sama, maupun lingkungan yang sama, satu hal yang dianggap lucu oleh seorang anak belum tentu dianggap lucu oleh anak yang lain. Artinya mereka punya selera humor masing-masing.
 
Memangnya apa, sih, yang membentuk selera humor anak-anak? Berikut ini penjelasan Anna Surti:


1. Usia

Menurut Anna, kemampuan anak-anak menangkap dan memproduksi humor berkembang sesuai pertambahan usianya. Yang membuat balita tertawa seperti memakai gagang sapu untuk berpura-pura bermain gitar tentu tidak lucu bagi anak SD. Begitu juga ketika anak SD bercanda dengan temannya tentang pengalaman yang mereka anggap lucu, belum tentu akan membuat balita tertawa.

2. Kemampuan Berbahasa

Seiring meningkatnya kemampuan berbahasanya, kosa katanya juga akan betambah. Oleh karena itulah, mereka mulai bisa menemukan kata-kata yang menurutnya akan membuat orang lain tertawa. Mereka juga akan belajar mereproduksi cerita lucu yang pernah ia dengar dari orang lain ke versinya sendiri.

3. Kemampuan Berpikir Abstrak

Tahukah Anda apa yang membuat sesuatu lucu dan ditertawakan? Karena ada sesuatu yang tidak sesuai, tidak logis, atau tidak rasional antara konsep yang sesungguhnya dengan situasi tertentu. Itulah definisi humor. Untuk menangkap dan memproduksi humor, diperlukan kemampuan berpikir di luar logika dan rasionalitas tersebut. Kemampuan berpikir abstrak tiap anak yang berbeda-beda tentu akan memengaruhi selera humor mereka.

4. Selera Humor di Rumah

Selera humor anak juga merupakan representasi selera humor keluarga di rumah. “Nilai-nilai yang ditanamkan orang tua sangat berpengaruh. Contohnya jika orang tuanya tertawa pada humor-humor slapstick seperti menertawakan orang yang jatuh, maka hal itu juga berpengaruh pada selera humor anak,” ujar Anna memberi contoh. Lebih lanjut ia mengatakan bahwa anak yang besar di keluarga dengan selera humor seperti itu akan menganggap bahwa mengganggu atau berbuat usil pada temannya seperti menjitak tiba-tiba, meletakkan permen karet di celana temannya sebagai humor.

5. Jenis Kelamin

Jenis kelamin juga menjadi penentu perbedaan selera humor anak-anak. Anak perempuan cenderung memiliki perkembangan verbal dan bahasa yang lebih cepat daripada anak laki-laki, oleh karenanya mereka lebih banyak mengekspresikan humor melalui cara ini. Mereka bisa meledek atau membuat cerita yang lucu.
 
Sedangkan, anak laki-laki cenderung menunjukkan humor dengan cara fisik. Itulah mengapa humor yang bersifat slapstick lebih mudah diterima bagi anak laki-laki tapi tidak bagi perempuan. Dan ketika anak laki-laki melakukan humor slapstick kepada teman perempuannya, mereka bisa menjadi sangat terganggu.
 
 
Baca juga:
4 Manfaat Humor Bagi Perkembangan Kognitif Anak
Inilah Kelebihan Anak yang Humoris
Menstimulasi Sifat Humoris Anak [Part 1]
Menstimulasi Sifat Humoris Anak [Part 2]
Tahapan Anak Punya Rasa Humor
 
 
(LELA LATIFA)
FOTO: FREEPIK
 
 
 

 
 
 

 





Follow Us

angket

Most Popular

Instagram Newsfeed

@parentingindonesia