Masalah Saat Anak Belajar Menulis
Bagi si kecil, menulis merupakan upaya dan proses belajar yang cukup berat. Apalagi, berbeda dengan masa ketika Anda sekolah 20 – 25 tahun lalu, balita kini sudah terpapar aneka gadget, peralatan games, dan komputer. Bahkan sebelum mereka bisa membaca atau menulis. Tombol ponsel, tombol papan ketik, atau layar sentuh sudah sedemikian mereka akrabi. Tanpa banyak kerja keras, tangan mungil itu bisa ‘memanggil’ barisan huruf dan gambar-gambar di layar. Tak perlu repot-repot menulis.
Alzena Masykouri, psikolog anak di Klinik Kancil yang juga seorang pengajar, menyatakan penggunaan gadget bisa menghambat aspek kesiapan fisik anak. “Anak jarang menjalani kegiatan fisik melalui bermain, yang sebenarnya melatih kesiapannya untuk menulis. Misalnya, anak tidak lagi bermain kasti, lempar bola, atau memanjat, sehingga otot lengannya kurang terlatih. Dalam kegiatan fisik, anak akan melatih pemahamannya mengenai sequencial (tahapan/ urutan) dan kesadaran akan lingkungan sekitar. Ini kurang dialami oleh anak yang lebih banyak duduk diam, asyik sendiri menggerakkan hanya jari tertentu. Belum lagi kondisi mata yang terpaku hanya satu titik menyebabkan kesulitan bergerak dan fokus ketika menyalin tulisan atau membaca yang menuntut otot mata untuk bergerak.”
Selain masalah dengan terpaparnya gadget kepada balita, biasanya ada beberapa hal lain yang melatari gangguan menulis. Bisa saja anak mengalami masalah :
• Memori, sehingga ia selalu lupa pada ejaan, tata bahasa, atau tanda baca.
• Bahasa, yang membuatnya tak memahami ejaan atau struktur kalimat.
• Visual atau urutan, maka ia sulit menentukan spasi antar huruf/ kata secara konsisten atau sulit menyampaikan gagasan secara berurutan.
• Dysgraphia, yaitu sejenis gangguan saraf yangditandai dengan kesulitan menulis.
• Attention deficit hyperactivity disorder (ADHD)
Photo: Getty Images