Inspirasi Para Mama Ajarkan Kasih Sayang pada Anak
Beragam cara yang diajarkan oleh para Mama untuk menumbuhkan welas asih pada anak. Berikut ini sharing pengalaman para Mama dari komunitas Parenting Indonesia.
Ariza Umami
Mama dari Satria Kevin Harfa’iqbi (7)
Menumbuhkan sifat welas asih kepada anak bisa dilatih dengan cara mengajarinya untuk mengasihi dan menyayangi orang-orang terdekat. Misalnya, orang tua, saudara, teman bermain, teman sekolah, dan orang yang baru dikenalkan. Cara yg paling sederhana adalah membangun kedekatan secara emosional antara adik dengan kakak, ataupun saudara yang lain. Dengan demikian, anak pun akan tumbuh sifat welas asih, sayang kepada saudara dan orang lain. Kita hebat karena persaudaraan, kita satu karena kasih sayang.
Margaret
Mama dari Charles Maverick Zenawy (17 bulan)
Saya yakin, pada dasarnya setiap bayi terlahir memiliki hati yang suci dan welas asih, tinggal bagaimana kita sebagai orang tua memberikan contoh yang semakin menguatkan anak untuk tetap memilikinya. Contoh yang paling sederhana yang bisa diterapkan, kalau melihat nenek sedang capai, saya ajarkan anak untuk memijat (menyentuh) sang nenek dengan tangan-tangan mungilnya. Atau, saat melihat ada bayi yang menangis, saya bisiki dia, “Nah, ada dede menangis. Ayo, kakak sayang dede-nya”, sambil saya arahkan tangannya untuk memegang dan mengelus sayang si bayi yang menangis. Dengan mengarahkan anak cara menyayangi orang lain atau saudaranya, ia akan mudah tersentuh, menyayangi dan peduli terhadap orang lain. Selain mengajarinya secara langsung, saya juga yakin anak dapat belajar sikap welas asih dari kebiasaan yang diperlihatkan oleh orang tuanya.
Egah
Mama dari Arsa Egri Susanto (5)
Ketika kami melihat seorang penjual di jalanan yang lanjut usia, saya mengajarkan Arsa agar bersikap welas asih dengan membeli barang dagangannya. Tujuannya, agar Arsa mengerti bahwa kita perlu membantu bapak tua yang berjualan tersebut dengan memberikan sebagian dari rezeki kita. Selain mengajarkan berbagi kasih sayang kepada orang yang lemah, saya juga mengajarkan Arsa untuk memiliki sikap welas asih kepada temantemannya dengan menyayangi dan ringan tangan kepada teman-temannya.
Mona Anggiani
Mama dari Aisyah Altisia Nareswari (5)
Saya tergabung dengan salah satu komunitas yang memiliki program CSR (Community Social Responsibility), yang kegiatannya antara lain adalah mengunjungi panti asuhan, menjenguk anak-anak yang sakit (di salah satu yayasan). Kadang-kadang, saya juga melibatkan Aisyah saat berkegiatan sosial. Kebetulan, salah satu program di sekolah Aisyah adalah berbagi dengan anak yatim piatu, jadi anak sudah terbiasa dengan sikap welas asih kepada orang lain yang kurang beruntung atau sedang ditimpa kemalangan. Selain itu, saya juga mengajari anak saya agar dapat menyisihkan sedikit uang dari keluarga saat Lebaran, untuk diberikan kepada temannya yang tidak memiliki ayah atau ibu. Kadang, saya juga mengajaknya ikut memberikan mainannya yang masih baik kepada anak-anak pengidap kanker. Menurut saya, proses pembelajaran seperti ini perlu dijalankan secara terus menerus.
Imelda
Mama dari Gendhis (2,5)
Gendhis suka sekali jajan, entah biskuit atau permen. Biasanya, saya sengaja membelikan ia biskuit atau permen dalam kemasan yang besar, dan selalu mengingatkan ia untuk membaginya kepada teman-teman di daycarenya. Padahal, di usia 2,5 tahun, konsep berbagi sebenarnya belum terlalu dimengerti oleh Gendhis. Di rumah pun, saya dan suami suka pura-pura minta makanan atau minuman yang sedang ia nikmati, dengan harapan, ia belajar juga untuk tidak pelit kepada orang lain. Tidak selalu berhasil, sih, apalagi kalau itu kesukaannya. Tetapi suatu saat, ketika ia tengah asyik menjilati sesendok peanut butter favoritnya, tiba-tiba ia menjulurkan sendoknya kepada saya, dan bilang, "Ini, Mama, makan."
Ariza Umami
Mama dari Satria Kevin Harfa’iqbi (7)
Menumbuhkan sifat welas asih kepada anak bisa dilatih dengan cara mengajarinya untuk mengasihi dan menyayangi orang-orang terdekat. Misalnya, orang tua, saudara, teman bermain, teman sekolah, dan orang yang baru dikenalkan. Cara yg paling sederhana adalah membangun kedekatan secara emosional antara adik dengan kakak, ataupun saudara yang lain. Dengan demikian, anak pun akan tumbuh sifat welas asih, sayang kepada saudara dan orang lain. Kita hebat karena persaudaraan, kita satu karena kasih sayang.
Margaret
Mama dari Charles Maverick Zenawy (17 bulan)
Saya yakin, pada dasarnya setiap bayi terlahir memiliki hati yang suci dan welas asih, tinggal bagaimana kita sebagai orang tua memberikan contoh yang semakin menguatkan anak untuk tetap memilikinya. Contoh yang paling sederhana yang bisa diterapkan, kalau melihat nenek sedang capai, saya ajarkan anak untuk memijat (menyentuh) sang nenek dengan tangan-tangan mungilnya. Atau, saat melihat ada bayi yang menangis, saya bisiki dia, “Nah, ada dede menangis. Ayo, kakak sayang dede-nya”, sambil saya arahkan tangannya untuk memegang dan mengelus sayang si bayi yang menangis. Dengan mengarahkan anak cara menyayangi orang lain atau saudaranya, ia akan mudah tersentuh, menyayangi dan peduli terhadap orang lain. Selain mengajarinya secara langsung, saya juga yakin anak dapat belajar sikap welas asih dari kebiasaan yang diperlihatkan oleh orang tuanya.
Egah
Mama dari Arsa Egri Susanto (5)
Ketika kami melihat seorang penjual di jalanan yang lanjut usia, saya mengajarkan Arsa agar bersikap welas asih dengan membeli barang dagangannya. Tujuannya, agar Arsa mengerti bahwa kita perlu membantu bapak tua yang berjualan tersebut dengan memberikan sebagian dari rezeki kita. Selain mengajarkan berbagi kasih sayang kepada orang yang lemah, saya juga mengajarkan Arsa untuk memiliki sikap welas asih kepada temantemannya dengan menyayangi dan ringan tangan kepada teman-temannya.
Mona Anggiani
Mama dari Aisyah Altisia Nareswari (5)
Saya tergabung dengan salah satu komunitas yang memiliki program CSR (Community Social Responsibility), yang kegiatannya antara lain adalah mengunjungi panti asuhan, menjenguk anak-anak yang sakit (di salah satu yayasan). Kadang-kadang, saya juga melibatkan Aisyah saat berkegiatan sosial. Kebetulan, salah satu program di sekolah Aisyah adalah berbagi dengan anak yatim piatu, jadi anak sudah terbiasa dengan sikap welas asih kepada orang lain yang kurang beruntung atau sedang ditimpa kemalangan. Selain itu, saya juga mengajari anak saya agar dapat menyisihkan sedikit uang dari keluarga saat Lebaran, untuk diberikan kepada temannya yang tidak memiliki ayah atau ibu. Kadang, saya juga mengajaknya ikut memberikan mainannya yang masih baik kepada anak-anak pengidap kanker. Menurut saya, proses pembelajaran seperti ini perlu dijalankan secara terus menerus.
Imelda
Mama dari Gendhis (2,5)
Gendhis suka sekali jajan, entah biskuit atau permen. Biasanya, saya sengaja membelikan ia biskuit atau permen dalam kemasan yang besar, dan selalu mengingatkan ia untuk membaginya kepada teman-teman di daycarenya. Padahal, di usia 2,5 tahun, konsep berbagi sebenarnya belum terlalu dimengerti oleh Gendhis. Di rumah pun, saya dan suami suka pura-pura minta makanan atau minuman yang sedang ia nikmati, dengan harapan, ia belajar juga untuk tidak pelit kepada orang lain. Tidak selalu berhasil, sih, apalagi kalau itu kesukaannya. Tetapi suatu saat, ketika ia tengah asyik menjilati sesendok peanut butter favoritnya, tiba-tiba ia menjulurkan sendoknya kepada saya, dan bilang, "Ini, Mama, makan."