Anak Punya Media Sosial, Ajarkan 6 Hal Ini
Anak praremaja Anda sudah punya gadget dan diizinkan punya media sosial, nih, Ma? Momentum ini bukan hal yang biasa-biasa saja. Ini adalah sebuah tahapan baru bagi anak. Sebab, ia akan memasuki dunia baru yang belum pernah ia hadapi sebelumnya. Bagaimana pun, dunia maya di media sosial tak sama dengan interaksinya di dunia nyata.
Ellen Kusuma, Kepala Sub-Divisi Digital At-Risk, SAFEnet menyebut bahwa anak-anak punya kerentanan khusus di dunia digital, misalnya saja penyalahgunaan data atau kekerasan berbasis digital seperti cyber bullying.
Baca di sini untuk mengetahui bagaimana cara melindungi anak dari bullying, termasuk cyber bullying.
Bahkan, mereka juga masih memiliki risiko lain seperti penculikan yang menggunakan media sosial sebagai sumber informasinya. Oleh karenanya, agar mereka lebih ‘matang’ dalam memasuki dunia media sosial, peran orang tua dalam melakukan supervisi sangat diperlukan.
Ellen mengatakan bahwa salah satu kunci penting dalam keamanan digital adalah komunikasi yang transparan antara orang tua dan anak. Menurutnya, komunikasi ini sangat penting agar orang tua bisa mengetahui dan mengawasi apa saja yang dilakukan anak di dunia maya. Sekaligus, anak-anak jadi tahu apa yang harus dilakukan dan mau terbuka saat mereka mengalami kekerasan atau masalah di dunia maya.
Nah, apa saja yang perlu kita komunikasikan dengan anak saat mereka membuat akun media sosialnya untuk pertama kali?
1. Atur Keamanan
“Ibaratkan dengan rumah, kita bisa pasang pagar, bel, kunci,” ujar Ellen menyebut perumpaan yang bisa diajarkan pada Anak. Semua media sosial anak-anak perlu diamankan. Bimbing mereka membuat kata sandi yang kuat dan pastikan mereka menjaga kerahasiaannya.
2. Tentang ‘Siapa Saja Bisa’
Salah satu cara mudah menjelaskan tentang keamanan digital adalah dengan membuat anak-anak paham bahwa kata kunci di dunia digital adalah: ‘siapa saja bisa’.
Siapa saja bisa melihat unggahan mereka, siapa saja bisa membagikannya, siapa saja bisa mengirimkan pesan—termasuk yang tidak menyenangkan. Ini akan membuat mereka paham pentingnya menjaga data pribadi seperti alamat, nama sekolah, dan nomor telepon. Mereka juga akan lebih berpikir bijak saat akan mengunggah apa pun.
3. Tidak Mengaktifkan Fitur Lokasi
“Kan, kalau di dunia nyata juga kita nggak tiba-tiba memberi tahu orang asing tentang rumah kita di mana. Hal yang sama juga berlaku di dunia digital,” ujar Ellen. Hal ini bertujuan agar anak-anak jangan sampai mengaktifkan fitur lokasi karena bisa membuat posisi rumahnya, sekolahnya, tempat les, atau tempat lain yang sedang ia kunjungi diketahui orang lain.
4. Tentang Orang Asing
Orang tua juga perlu mendiskusikan bahwa sejalan dengan poin no.2, ada juga tambahan lain, yakni siapa saja bisa punya niat baik dan tidak baik. Ini adalah poin yang sangat penting dari Strategi Perlindungan Diri yang Harus Diajarkan Orang Tua
Oleh karenanya, anak-anak perlu berhati-hati saat ada orang asing yang membuka komunikasi, apalagi sampai mengajak bertemu. Minta pengertian pada anak-anak untuk mendiskusikannya dengan Anda sebagai orang tuanya terlebih dahulu.
5. Etika Berinteraksi Digital
“Harusnya sama, ya, etika antara interaksi offline dan online,” tutur Ellen. Poin ini bisa jadi pintu masuk menjelaskan pada anak bahwa mereka tetap harus mempraktikkan etika berkomunikasi seperti tidak berkata kasar yang menyakiti atau berkata kotor pada orang lain di media sosial, sekalipun ia tak bertemu langsung.
6. Fitur ‘Report’
Banyak orang tua yang hanya terjebak pada aturan mana yang boleh dan tidak boleh dilakukan di dunia digital. Namun, mereka lupa memberikan edukasi apa yang harus dilakukan bila anak-anaknya menerima kekerasan berbasis digital atau pengalaman yang tidak menyenangkan, seperti cyber bullying. Orang tua harus belajar dan juga mengajarkan anak-anak tentang fitur report saat itu terjadi.
Baca juga:
Pentingnya Mengenalkan Aturan Digital Pada Anak-anak
5 Nilai Ini Latih Anak Jadi Pengguna Digital yang Cerdas
LTF
FOTO: SHUTTERSTOCK