Anak Cerdas Bahasa Ibu dan Bahasa Asing
Apa bahasa yang didengar anak sejak lahir? Bahasa Indonesia? Jawa? Sunda? Batak? Atau malah bahasa Inggris? Berarti, itulah bahasa ibu, atau mother tounge, anak. Umumnya, bahasa ibu memang merupakan bahasa yang digunakan orang tua maupun orang dewasa yang mengasuh
anak selama di rumah. Hal itu berarti, bisa berupa bahasa daerah setempat, bahasa yang biasa digunakan dalam keluarga mama dan papa masing-masing, maupun bahasa yang disepakati digunakan selama di rumah, terutama bila pasangan suami istri memiliki latar belakang identitas bahasa berbeda.
MENDUKUNG BAHASA KEDUA
Kemampuan anak berbahasa ibu bisa memprediksi perkembangan bahasa keduanya kelak. Menurut Jean-Marc Dewaele, profesor linguistik dan komunikasi terapan University of London, Inggris, dalam bukunya Bilingualism: Beyond Basic Principles, anak dengan konsep dasar bahasa ibu solid akan mengembangkan kemampuan literasi kuat di sekolah.
Saat anak mampu berkomunikasi dari dasar bahasa dan kekayaan kosakata dengan baik sejak di rumah, risiko kendala proses transfer informasi dan keterampilan dari bangku sekolah pun dapat diminimalkan. Namun demikian, para ahli pendidikan dini menyarankan agar orang tua mengomunikasikan bahasa ibu yang digunakan anak dengan pihak sekolah sejak awal melibatkan mereka dengan kegiatan sekolah. Bila perlu, guru mampu mengadaptasi bahasa ibu sebagai bahasa pengantar awal dalam pendidikan sehingga anak tak sulit beradaptasi dengan bahasa keduanya (bahasa sekolah).
MASA KRITIS BAHASA IBU
Bahasa ibu dan bahasa kedua merupakan rangkaian perkembangan dan konsekuensi tahapan berbahasa anak. Namun, orang tua dan guru perlu mewaspadai masa kritis perkembangan berbahasa ibu oleh anak. Masa kritis dapat terjadi di awal anak mengembangkan konsep dasar bahasanya, yakni sekitar usia pra-taman kanak-kanak hingga kelas 2 sekolah dasar. Dalam masa itu, anak sangat rentan kehilangan kemampuan berbahasa ibu, bahkan dalam konteks rumah sekalipun.
Para ahli pendidikan menganjurkan agar keluarga hanya berbicara dalam bahasa ibu kepada anak saat di rumah, terutama selama tahun-tahun awal pembelajaran. Kendati di sekolah anak mendapatkan kurikulum berbahasa Inggris atau bahasa asing lain, sepulang sekolah ia sebaiknya kembali menggunakan bahasa sehari-harinya, tanpa dijejali pendidikan bahasa Inggris lagi di luar sekolah.
Hal itu bukan hanya akan mempertahankan keterampilan anak melakukan percakapan dengan kosakata yang kaya, namun juga memperkuat kemampuan mempelajari bahasa Inggris atau bahasa asing lain kelak.
Foto: 123rf
Baca juga : Mengajarkan Anak Bahasa Asing