Anak Bersih dan Sehat Siap Sekolah
Menanamkan kebiasaan hidup bersih dan sehat pada anak ternyata susah-susah gampang, karena membutuhkan kesabaran dan konsistensi atau rutinitas. “Dan, kadang ini menjadi sulit, karena memang memerlukan kesadaran dan kesungguhan akan pentingnya menjaga kesehatan,” kata Anna Surti Ariani, M.Psi., Psi. (Nina), psikolog anak dan keluarga, dalam Instagram Live Parenting Indonesia bersama SigproCare dan Ayahbunda, bertajuk Cara Efektif Ajarkan Anak Perilaku Hidup Bersih dan Sehat, pada 4 April 2022 lalu.
Instagram Live ini merupakan rangkaian acara KELUARGAKU STAR HUNT – RAMADAN 2022, untuk mencari KELUARGA IDOLA INDONESIA yang akan menginspirasi keluarga muda di Indonesia lainnya, dengan kekompakan dan ikatan kasih sayang dalam keluarga.
Lakukan dengan Cara Menyenangkan
Lebih lanjut, Nina mengungkap bahwa untuk membentuk kebiasaan, secara psikologis dibutuhkan beberapa hal:
- Reinforcement (penguatan). Misal, kalau anak mau mandi, dia akan mendapat belaian sayang.
- Punishment (hukuman). Misal, kalau anak tidak mau cuci tangan, maka dia tidak mendapat kue buatan Mama. Namun, punishment tidak disarankn untuk anak usia dini.
- Shaping (pembentukan kebiasaan). Misal, dengan memberikan contoh kepada anak cara-cara yang paling sederhana dulu, seperti melipat selimut dan membereskan mainannya ke dalam kotak. Makin besar, ajarkan aktivitas-aktivitas yang makin rumit.
Kalau dilakukan dengan menyenangkan, akan lebih mudah membiasakan perilaku hidup bersih dan sehat kepada anak-anak kita. Untuk anak-anak yang lebih kecil, orang tua perlu memberikan contoh terus-menerus dan menggali kreativitas menciptakan aktivitas-aktivitas seputar perilaku hidup bersih dan sehat. Misal, mencuci tangan sambil menyanyi, lomba membereskan mainan, dan sebagainya.
Sejak dini pula, tanamkan kesadaran bahwa menjaga kebersihan dan kesehatan itu bukan semata karena takut kotor, namun karena memang untuk kebaikan diri sendiri. Anak-anak perlu juga diajari bahwa hal tersebut akan membuat mereka terhindar dari penyakit-penyakit yang bisa mengganggu kesehatannya.
Dengan demikian, makin besar, diharapkan anak makin terbiasa dan paham untuk menjalankannya secara mandiri. Walaupun begitu, untuk anak-anak praremaja dan remaja, ada tantangan tersendiri yang mungkin akan dihadapi orang tua. Mereka bisa saja melawan atau membantah, padahal perilaku hidup bersih dan sehat itu sudah diajarkan sejak mereka bayi atau balita. Anak menjadi malas mandi dan gosok gigi, tidak rajin cuci tangan, enggan membereskan kamarnya, dan sebagainya.
“Walapun sudah dilakukan pembiasaan pada anak sejak dini, perlu disadari bahwa ketika anak makin besar, pengaruh yang mereka dapat bukan hanya dari orang tua saja, tapi teman, lingkungan sekitar, tetangga, dan sebagainya. Sehingga, apa yang sudah dibiasakan dari kecil kadang perlu dinegosiasikan lagi dan dilakukan pembelajaran ulang ketika anak masuk masa praremaja dan remaja,” kata Nina.
Sediakan Pendukung Terbaik
Peran orang tua tidak hanya mengajarkan anak cara menjaga kebersihan dan kesehatan diri sendiri, namun juga memberikan pendukungnya. Salah satunya dengan menyediakan produk-produk kebersihan yang dibutuhkan anak, seperti hand sanitizer dan disinfektan yang ramah anak.
Menurut J. Johanes Jr., Apt, Apoteker/Farmasi Klinik @sigprocare, yang hadir juga pada acara Instagram Live itu, ada beberapa beberapa hal yang perlu Anda perhatikan berkaitan dengan produk pembersih untuk anak:
- Komposisinya. Apakah terdiri dari bahan-bahan yang aman? Hindari yang mengandung alkohol atau hidrogen peroksida, karena bisa menimbulkan masalah bagi kesehatan, seperti iritasi kulit, gatal-gatal, dan bahaya jika tertelan. “Pilih produk hand sanitizer yang mengandung HOCl (Hypochlorous Acid) yang sudah teruji tidak menimbulkan iritasi kulit jika digunakan bekali-kali dan tidak membahayakan kesehatan bila terhirup atau tidak sengaja tertelan,” kata J, yang menjelaskan bahwa SigproCare menggunakan bahan HOCl yang ampuh membunuh kuman dan bakteri.
- Hindari yang beraroma menyengat. Terlalu wangi atau terlalu menyengat bau kimia adalah tanda hand sanitizer atau disinfektan itu mengandung bahan-bahan yang kurang aman untuk anak.
- Jangan tergoda harga murah. Jika harga murah namun produk mengandung bahan-bahan yang tidak aman untuk anak dan menimbulkan risiko baru, maka kesehatan anak menjadi terganggu dan akan membutuhkan biaya lebih besar lagi. “Hand sanitizer yang mengandung HOCl lebih tinggi harganya daripada yang mengandung alkohol, namun bahan ini aman bagi anak dan tidak menimbulkan masalah baru bagi kesehatan anak,” jelas J.
Sediakan selalu produk-produk kebersihan untuk anak, dan ajarkan anak untuk memilikinya sebagai barang pribadi yang esensial. Apalagi, anak-anak yang lebih besar atau usia sekolah sudah mulai menjalani sekolah tatap muka. Sehingga, mereka perlu menerapkan protokol kesehatan dan membutuhkan sediaan produk-produk kebersihan yang mudah dijangkau.
Untuk mendukung anak menjalankan protokol kesehatan dengan baik di sekolah:
- Bawakan selalu hand sanitizer yang aman untuk anak, berbahan HOCl (Hypochlorous Acid). Jika memungkinkan, bawakan juga disinfektan berbahan HOCl. Hand sanitizer dan disinfektan SigproCare dengan HOCl adalah pilihan tepat, aman, dan handy untuk dibawa ke sekolah.
- Ajarkan anak untuk rajin mencuci tangan atau menggunakan hand sanitizer tiap habis memegang sesuatu, masuk-keluar kelas, sebelum dan sesudah makan.
- Biasakan anak menyemprotkan disinfektan pada peralatan sekolah atau benda-benda yang sering dipegang.
- Ajarkan cara benar menggunakan hand sanitizer maupun disinfektan. Semprotkan hand sanitizer pada telapak tangan secara merata, tunggu selama 5 detik, gosok-gosokkan tangan. Sama halnya dengan penggunaan disinfektan, semprotkan secara merata pada benda, tunggu setidaknya 5 detik, baru dilap.
(Webtorial)
Foto: Shutterstock, dok. SigproCare
Topic
#usiasekolah #parenting #parentingstyle #kesehatan #sigprocare