4 Pelajaran Bergaul agar Anak Terhindar dari Perundungan (Bullying)
Perundungan menjadi salah satu stresor bagi anak-anak. Masalah seperti disingkirkan atau tidak diterima di lingkaran pertemanan menjadi beban bagi mereka.
Psikolog klinis pendiri Sahabat Orang Tua dan Anak sekaligus aktivis anti-perundungan, Hanlie Muliani, M.Psi, menekankan pentingnya kemampuan sosialisasi anak agar terhindari dari perundungan. “Bagi i-generation yang memang dekat dengan internet, mereka sangat fasih berjaringan lewat dunia maya. Akan tetapi, mereka cukup memiliki kesulitan untuk berinteraksi di dunia nyata,” ujarnya.
Nah, apalagi di masa pandemi seperti saat ini, anak-anak tidak leluasa bergaul di dunia nyata. Lebih banyak bermain dan bersosialisasi secara virtual. Apakah ini akan membuat mereka makin sulit bergaul secara nyata? Jangan lupa, perundungan juga bisa terjadi secara online, di grup-grup komunikasi atau chat anak maupun media sosial.
Berikut ini adalah empat hal penting yang harus dipahami dan dipraktikkan langsung oleh anak-anak dalam bergaul secara umum, menurut Hanlie:
1. Proaktif
Menyapa sebelum disapa, tersenyum sebelum disenyumi, atau memulai percakapan basa-basi menjadi hal yang penting untuk dipraktikkan dalam bergaul. “Ini mungkin sepele atau tampak tidak penting ya, padahal sebenarnya penting dalam bersosialisasi,” ujar Hanlie. Ia menambahkan, “Ini ternyata tidak mudah juga, lho, terutama bagi anak-anak yang punya kepribadian introver.”
2. Mendengarkan Teman dengan Empati
Banyak yang bisa bicara, tapi tak banyak yang bisa mendengar, apalagi mendengar dengan empati. Sangat penting bagi anak-anak untuk belajar mendengarkan teman dengan empati. Anak-anak usia SD mungkin sudah mengenal curhat, mereka perlu belajar berempati saat mendengarkan curhatan teman, seperti tidak menghakimi, mengkritik, atau meremehkan masalahnya.
3. Rumus 7-93
Cara berbicara adalah hal yang penting dalam bergaul. Nah, cara berbicara ini ternyata ada rumusnya. “Pemilihan kata-kata itu bernilai 7%, sementara intonasi dan bahasa tubuh bernilai sisanya, yakni 93%. Jadi sangat penting untuk memerhatikan intonasi dan bahasa tubuh saat berbicara, sebab keduanya memainkan peran yang besar,” jelas Hanlie. Ia menerangkan agar anak-anak perlu mempelajari intonasi yang tepat untuk menyampaikan maksudnya. “Bahasa tubuh, sih, biasanya tidak terpisah dari intonasi, ya. Kalau intonasinya bahagia, pasti bahasa tubuhnya ikut menunjukkan kebahagiaan,” imbuhnya.
4. Teknik ‘I message’
Menurut Hanlie, ‘I message’ adalah kunci penting dalam bergaul.Dalam I message, komunikator mengawali komunikasi asertif dengan selalu menyampaikan maksudnya dengan sudut pandang orang pertama, yakni ‘saya’. Misalnya, “Saya sedih karena saya tidak bisa bermain dengan kamu. Saya harap kamu bisa menerima saya bermain bersama.” Kalimat asertif ini akan lebih baik daripada kalimat, “Kamu kenapa, sih, nggak mau ngajak saya main bersama? Kamu jahat.”
Tergabung dalam Kelompok Minat yang Sama
Memiliki teman dengan minat yang sama akan membuat pertemanan lebih kuat. “Ya, secara teori memang persamaan hal yang bisa membuat orang menjadi nyaman dan dekat, misalnya punya minat yang sama,” ujar Hanlie.
Oleh karenanya, sebagai upaya membangun pertemanan yang lebih sehat, orang tua bisa mendorong anak untuk masuk ke pergaulan dengan anak-anak yang memiliki minat yang sama. Salah satu caranya adalah dengan mendaftarkan mereka ke klub ekstrakurikuler atau komunitas hobi. Jangan lupa, di masa pandemi, hal ini tetap bisa diterapkan, karena banyak klub-klub terbuka secara online.
LTF
FOTO: FREEPIK