Jeda Makan dan Jadwal Minum Obat Saat Puasa
Saat sedang berpuasa, perkara minum obat tentu perlu kecermatan lebih, lantaran pola makan Anda juga berubah. Nah, mengingat bahwa Anda hanya memiliki waktu untuk makan-minum selama 10,5 jam saja di bulan puasa, maka jadwal makan dan minum obat harus benar-benar diperhatikan. Menurut Direktorat Pelayanan Kefarmasian, Ditjen Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan RI, yang perlu jadi fokus perhatian Anda adalah harus ada jeda antara waktu makan dengan minum obat.
Berikut adalah jeda antara waktu makan dan minum obat yang disarankan:
Obat yang Diminum Sebelum Makan
Jika Anda diresepkan obat yang harus dikonsumsi sebelum makan, maka minumlah obat tersebut 30 menit sebelum makan.
Obat yang Diminum Setelah Makan
Jika Anda diresepkan obat yang harus dikonsumsi sebelum makan, maka minumlah obat tersebut 10 menit setelah makan. Perlu diperhatikan bahwa yang dimaksud di sini adalah makan besar – bukan takjil atau sekadar camilan.
Obat yang Harus Diminum Malam Hari
Bagi yang harus mengonsumsi obat sebanyak tiga kali sehari, maka bagi rentang waktu minum obat menjadi tiap lima jam di antara waktu berbuka sampai sahur. Artinya, ada jadwal di mana Anda harus mengonsumsi obat pada malam hari, yakni sekitar pukul 23.00. Walaupun harus terbangun di malam hari, bukan berarti Anda bisa langsung meminum obat begitu saja. Anda tetap perlu makan dulu sebelum atau sesudah minum obat. Anda diperkenankan memilih makanan seperti roti atau sedikit nasi.
Mengapa sebaiknya ada jeda? Hal ini berkaitan dengan interaksi obat dengan makanan. Proses tubuh mencerna makanan ada yang mendukung kinerja obat, mengurangi efek samping, maupun mengoptimalkan terserapnya obat ke dalam tubuh. Sebaliknya, mengapa obat harus diminum sebelum makan adalah karena obat tersebut kinerjanya akan terhambat efektivitasnya bila ada makanan.
Hindari
Menurut Drug Office, Department of Health, The Government of Hong Kong Special Administrative Region, ada beberapa makanan yang sebaiknya dihindari dikonsumsi bersamaan dengan obat, yakni:
-
Mengandung Kafein: Seperti teh, kopi, minuman ringan, atau minuman berenergi karena dapat merangsang sistem saraf pusat untuk meningkatkan tekanan darah. Di samping itu juga memberikan efek diuretik atau merangsang kehilangan air lebih cepat sehingga menyebabkan dehidrasi.
-
Mengandung Kalsium: Kalsium dalam makanan dapat menurunkan penyerapan obat-obatan, misal pada antibiotik seperti tetrasiklin, siprofloksasin, levofloksasin. Di samping itu, obat-obatan dengan bioavailabilitas rendah seperti bifosfat yaitu alendronate, risedroante, ibandronate juga bermasalah dengan makanan ini. Sementara itu, beberapa obat seperti antasida, hidroklorotiazid, indapamid, metolazon, litium, dan tiroksin dapat meningkatkan kadar kalsium dalam tubuh, sehingga bila dibarengi dengan makanan kaya kalsium dapat menyebabkan mual, muntah, sembelit, sakit, perut, bahkan kejang serta koma.
-
Mengandung Kalium: Misal kacang-kacangan, buah-buahan seperti pisang, jeruk, avokad, sayuran berdaun hijau karena ada beberapa obat yang meningkatkan jumlah kalium dalam tubuh, misalnya angiotensin converting enzyme inhibitor (ACEI) seperti captopril, lisinopril, ramipril yang digunakan dalam menurunkan tekanan darah serta digoxin yang digunakan untuk mengobati gagal jantung. Ketika ada ketidakseimbangan kalium—kelebihan—akan terjadi reaksi mual, muntah, dan bahkan serangan jantung.
-
Jus Buah: Utamanya anggur, apel, dan jeruk karena menghambat enzim dalam usus yang dapat mengurangi metabolisme obat-obatan dan meningkatkan risiko pengembangan efek samping.
Baca juga:
3 Kesalahan yang Sering Dilakukan Orang Tua Saat Memberikan Obat Kepada Anak
LELA LATIFA
FOTO: FREEPIK
Topic
#lebaran #puasa #sahur #ramadhan #ramadan #pranaramadan #ramadanparenting #reseplebaran #resepramadan #resepramadhan #menupuasa