Cegah Penularan HIV dari Ibu ke Anak
Selama ini, penularan virus HIV/AIDS dari ibu hamil kepada janin dalam kandungannya, atau dari ibu menyusui kepada bayinya, dianggap sebagai suatu keniscayaan. Badan kesehatan dunia, WHO, memperkirakan setiap tahun ada 1,4 juta wanita hamil yang mengidap virus HIV, dan berpotensi ‘mewariskan’ virus penyakit mematikan tersebut kepada anak. Tapi belum lama ini, Direktur Jenderal WHO, Margaret Chan, menyatakan bahwa risiko penularan virus HIV dari ibu kepada bayinya bisa ditekan hingga sebesar 1 persen saja.
Caranya adalah dengan memberikan pengobatan antiretroviral kepada wanita hamil dan menyusui yang positif terinfeksi virus HIV. Teknik itu diyakini efektivitasnya setelah diadakan kampanye kesehatan berupa pemberian pengobatan antiretroviral—untuk memutus mata rantai penularan HIV, kepada para wanita hamil di negara-negara Karibia. Di antara sejumlah negara tersebut, Kuba menjadi negara pertama yang berhasil memangkas angka penularan HIV dari ibu hamil kepada janin secara signifi kan. Pada tahun 2013, tercatat hanya ada dua bayi yang terlahir dengan HIV di Kuba.
Menurut data WHO, itu merupakan penurunan drastis dibandingkan kasus bayi yang terlahir dengan HIV pada tahun 2009 di negara tersebut. Tanpa pemberian obat antiretroviral secara teratur, wanita hamil memiliki risiko 15-45 persen untuk menularkan virus HIV kepada bayinya. Di Indonesia, teknik pengobatan antiretroviral juga tengah digalakkan untuk mencegah penularan virus HIV dari ibu kepada bayinya. Sebagai gambaran, pada tahun 2014, Dinas Kesehatan Kota Bandung menyampaikan hasil temuan yang mengejutkan berupa keberadaan 300 bayi yang dinyatakan positif terinfeksi virus HIV di Kota Kembang tersebut. Angka itu masih belum ditambah dengan temuan kasus sejenis di kota-kota lain. Diharapkan, dengan pemberian obat antiretroviral, ‘warisan’ berupa virus HIV tak lagi diteruskan secara turun-temurun antar generasi.
Foto : Fotosearch
Caranya adalah dengan memberikan pengobatan antiretroviral kepada wanita hamil dan menyusui yang positif terinfeksi virus HIV. Teknik itu diyakini efektivitasnya setelah diadakan kampanye kesehatan berupa pemberian pengobatan antiretroviral—untuk memutus mata rantai penularan HIV, kepada para wanita hamil di negara-negara Karibia. Di antara sejumlah negara tersebut, Kuba menjadi negara pertama yang berhasil memangkas angka penularan HIV dari ibu hamil kepada janin secara signifi kan. Pada tahun 2013, tercatat hanya ada dua bayi yang terlahir dengan HIV di Kuba.
Menurut data WHO, itu merupakan penurunan drastis dibandingkan kasus bayi yang terlahir dengan HIV pada tahun 2009 di negara tersebut. Tanpa pemberian obat antiretroviral secara teratur, wanita hamil memiliki risiko 15-45 persen untuk menularkan virus HIV kepada bayinya. Di Indonesia, teknik pengobatan antiretroviral juga tengah digalakkan untuk mencegah penularan virus HIV dari ibu kepada bayinya. Sebagai gambaran, pada tahun 2014, Dinas Kesehatan Kota Bandung menyampaikan hasil temuan yang mengejutkan berupa keberadaan 300 bayi yang dinyatakan positif terinfeksi virus HIV di Kota Kembang tersebut. Angka itu masih belum ditambah dengan temuan kasus sejenis di kota-kota lain. Diharapkan, dengan pemberian obat antiretroviral, ‘warisan’ berupa virus HIV tak lagi diteruskan secara turun-temurun antar generasi.
Foto : Fotosearch