Tentu pengaruh teman-teman atau media sama tidak bisa kita hilangkan. Karena itu, kita perlu membangun karakter anak-anak dengan mengajarkan nilai-nilai yang baik. Sekolah memang punya peranan penting melalui kurikulum dan latihan-latihannya. Tapi yang lebih penting adalah peran orang tua.

Kita bisa meniru apa yang dilakukan Star Learners Group yang dipimpin Tan Meng Wei, Sekolah ini mengajarkan sikap positif seperti saling menghormati, kegigihan, dan rasa bersyukur melalui aktivitas-aktivitas bernyanyi, bermain peran dan dongeng. Anda juga bisa melakukannya bersama anak Anda. Saya mengajarkan Kayla bermain kartu Uno agar ia mau belajar sabar menunggu giliran, mau menerima konsekuensi dari aturan permainan, dan bersedia menerima kekalahan atau tidak ingin menang sendiri.

Percayalah, jika Anda tidak ingin anak Anda tumbuh menjadi anak yang materialistis, penuhi kebutuhan mereka akan cinta dengan hubungan yang bermakna, bukan dengan barang-barang. Tiru juga budaya dan kurikulum di sekolah Character Montessori milik Grace. Ada satu fokus utama di sekolah tersebut: saling mencintai dan peduli satu sama lain. Guru dan anak-anak mengucapkan “I love you” dan saling berpelukan. Bahkan setelah guru mendisiplinkan seorang anak, ia akan berkata “Walau begitu aku tetap menyayangimu…” dan menuliskannya di kertas kecil lalu menempelkannya di papan untuk mengingatkan anak.

Bagi saya dan suami, kami harus lebih banyak berpikir, mempertimbangkan dan memilah apa yang boleh kami berikan dan tidak boleh sebagai hadiah. Kami tidak ingin Kayla selalu berorientasi pada materi. Hari ini mungkin ia hanya meminta gaun Frozen, tapi sebentar lagi bisa jadi ia meminta tablet atau smartphone. Kemudian, apa berikutnya – mobil saat masuk universitas? Atau rumah waktu hendak menikah? Tidak ada kata terlalu cepat untuk mengajarkan nilai-nilai baik. Lagipula, jika kita membesarkan anak yang egois dan materialistis, kita hanya akan menyalahkan diri sendiri di kemudian hari.