Anak Positif COVID-19, Ini Panduan Isolasi Mandiri di Rumah
Beberapa negara melaporkan peningkatan kasus rawat inap pada anak akibat COVID-19 selama Omicron merebak. Mengutip dari New York Times, umumnya anak-anak harus menjalani rawat inap lantaran tidak divaksin atau belum menerima vaksin COVID-19 dengan dosis lengkap. Oleh karenanya, tidak sedikit dari kasus tersebut yang merupakan kasus anak balita karena belum ada vaksin COVID-19 untuk kategori usia mereka.
Di Indonesia sendiri, data per 28 Januari 2022, menunjukkan bahwa jumlah anak 0-5 tahun yang positif COVID-19 mencapai 2,9%. Sementara kasus pada anak 6-18 mencapai 10,2%. Kita juga bisa mengamati fenomena penutupan beberapa sekolah dan menghentikan kegiatan PTM sementara lantaran ada siswa dan guru yang terpapar COVID-19.
Lalu, jika anak kita terkonfirmasi positif COVID-19 apa yang harus dilakukan? Terlebih bila mereka masih usia balita yang mana belum bisa mengurus diri sendiri secara mandiri.
Baca juga: Apa yang Terjadi Bila Anak-Anak Terkena Omicron?
Berikut ini Parenting Indonesia merangkum panduan apa saja yang harus dilakukan orang tua saat anak harus menjalani isolasi mandiri akibat COVID-19:
1. Siapkan Ruang Isolasi
Siapkan kamar tidur atau lantai rumah yang terpisah untuk dijadikan ruang isolasi. Pisahkan tempat tinggal anggota keluarga di rumah yang positif atau suspek positif (bergejala) dengan yang tidak. Jika memungkinkan, pisahkan juga kamar mandi yang akan digunakan oleh anak.
2. Lakukan Penelusuran
Segera telusuri siapa saja yang berkontak erat dengan anak, segera lakukan pemeriksaan PCR
3. Tentukan Siapa yang Merawat Anak
Anak-anak tentu masih kesulitan merawat dirinya sendiri, terutama bila mereka masih balita. Menurut dr. Kanya Ayu Paramastri, Sp.A, anak yang positif COVID-19 dirawat atau diasuh oleh anggota keluarga dewasa yang juga positif COVID-19. Akan tetapi, bila tidak ada anggota keluarga dewasa yang juga positif atau bila kondisi kesehatan anggota keluarga yang positif tidak memungkinkan, maka perawatan anak bisa diserahkan kepada anggota keluarga dewasa yang negatif dan dalam keadaan sehat.
Perlu diingat bahwa tugas ini sebaiknya tidak diserahkan kepada anggota keluarga lansia di atas 55 tahun maupun yang memiliki komorbid seperti asma, darah tinggi, diabetes, kanker, autoimun, dan lainnya.
Baca juga: Indonesian Society of Hypertension: Hipertensi adalah Komorbid Tertinggi Pasien COVID-19
4. Perlengkapan yang Harus Ada
Sediakan masker medis untuk anak maupun untuk perawat dan anggota keluarga lain, sarung tangan, tempat sampah yang terpisah, cairan disinfeksi, termometer, oxymeter (pengukur kadar oksigen di dalam tubuh), serta Hand sanitizer berbahan alkohol.
5. Serba Dipisahkan
Pisahkan peralatan makan anak dan tempat sampah anak. Sediakan juga kantong untuk pakaian kotor dan cuci secara terpisah dari pakaian anggota keluarga lain yang sehat.
6. Tertib Jalankan Protokol Isolasi Mandiri
Anak usia 2 tahun ke atas dianjurkan mengenakan masker dengan benar (menutupi hidung dan mulut dengan tepat, tidak melorot). Orang dewasa yang merawat anak di dalam ruangan juga harus menggunakan masker dan pelindung mata jika memungkinkan.
Baca juga: 6 Kesalahan Paling Sering Saat Memakai Masker
Dr. dr. Nina Dwi Putri, SpA(K), MSc(TropPaed) - Spesialis Anak Konsultan Infeksi dan Penyakit Tropik dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo mengatakan bahwa anak boleh diberikan waktu ‘istirahat masker’ di dalam ruang isolasinya atau dapat menjaga jarak 2 meter dari perawatnya. Masker juga tidak perlu digunakan oleh anak kecil saat tidur.
Cuci tangan sesering mungkin dan bersihkan area yang sering disentuh seperti gagang pintu, remote control, keran air, gayung secara rutin.
7. Buka Jendela
Buka jendela ruang isolasi anak secara berkala agar ada sirkulasi udara.
8. Pantau Kondisi Anak
Lakukan pengukuran suhu tubuh anak (minimal 2 kali sehari. Bisa dilakukan pada pagi dan sore hari), saturasi oksigen (minimal 1 kali sehari). Lakukan di pagi hari, asupan makanan atau minuman yang bisa diterima anak, diare/muntah, batuk/pilek, serta tanda bahaya seperti sesak napas, penurunan kadar oksigen, dehidrasi, atau penurunan kesadaran
Menurut dr. Kanya, sesak ditandai dengan laju napas yang lebih cepat dari batas normal usianya.
- > 60 x/menit untuk anak usia 0-1 bulan
- > 50 x/menit untuk anak 1-12 bulan
- > 40 x/menit untuk anak 1-5 tahun
9. Perhatikan Asupannya
Berikan nutrisi adekuat untuk anak meliputi:
- Protein hewani. Ketahui 6 Makanan Tinggi Protein untuk Anak-Anak, Lebih Tinggi daripada Telur
- Perbanyak cairan bernutrisi
- Buah atau sayur (yang kaya vitamin C, E, dan zinc)
- Beri tambahan multivitamin yang mengandung vitamin C, D, dan zinc (sesuai anjuran dokter)
10. Ajak Bergerak
Ajak anak melakukan aktivitas fisik ringan.
Baca juga: 18 Ide Permainan Agar Anak Aktif Bergerak
11. Berjemur
Berikan waktu berjemur untuk anak antara pukul 10.00 – 15.00. Cukup lakukan 10-30 menit saja.
12. Berikan Dukungan Psikologis
Menurut Dr. Nina, dukungan psikologis akan sangat membantu proses penyembuhan. Sampaikan sejelas mungkin kepada anak alasan ia harus menjalani isolasi mandiri. Misal, “Agar menjaga keluarga tetap sehat,” atau, “Kamu sedang menjadi ‘Ksatria Isoman’, yang melindungi orang lain supaya tidak tertular COVID-19.” Di samping itu diskusikan kekhawatiran anak yang membuatnya gelisah.
Gendongan dan pelukan orang tua juga bisa menjadi bentuk dukungan psikologis. Akan tetapi, usahakan untuk menghindari paparan cairan tubuh anak, seperti ingus dan air liurnya serta hindari mencium anak. Setelahnya, orang tua harus segera membersihkan diri dengan mengganti baju dan mandi.
Konsultasikan kondisi anak dengan dokter lewat aplikasi telemedisin. Bila ada tanda bahaya, segera bawa anak ke IGD terdekat.
Baca juga:
5 Makanan Sehat Penambah Daya Tahan Tubuh
Tingkatkan Daya Tahan Tubuh Selama Isolasi Mandiri (Isoman)
Cara Melindungi Bayi dan Balita dari COVID-19 Saat Harus Keluar Rumah
8 Tip Tingkatkan Daya Tahan Tubuh Anak Saat Wajib PTM
Orang Tua Wajib Tahu, Ini Gejala Omicron pada Anak
LTF
FOTO: SHUTTERSTOCK
Topic
#keluarga #kesehatan #covid19 #vaksincovid19 #vaksinbooster #omicron #isoman