6 Hal yang Membuat Orang Tua Gagal Mencintai Anaknya Sendiri
Cinta adalah segalanya, terutama cinta orang tua kepada anaknya. Cinta dapat mendukung perkembangan anak-anak. Cinta dapat menguatkan emosi dan kepribadian anak-anak. Cinta juga dapat menumbuhkan kehidupan dan masa depan yang baik.
Namun, ada kalanya, sulit bagi orang tua untuk mencintai anaknya sendiri. Diakui atau tidak, perasaan ini tumbuh di dalam hati. Robert W Firestone Ph.D., psikolog klinis dari California, AS mengatakan bahwa ada beberapa hal yang membuat orang tua gagal mencintai anaknya.
Berikut ini Robert merangkum 6 alasan yang membuat seringkali orang tua gagal mencintai anak-anaknya:
Belum Siap Menjadi Orang Tua
Saat sepasang suami-istri belum siap menjadi orang tua, anak akan menjadi beban bagi mereka. Keberadaan anak bisa menjadi tekanan yang mengintimidasi mereka. Mereka harus memikul tanggung jawab untuk merawat dan membesarkan anaknya.
Pada posisi ini, orang tua cenderung tidak bisa memberikan cinta kepada anaknya. Mereka justru membenci serta menyalahkannya sebagai penyebab kondisinya yang sekarang.
Memandang Negatif Dirinya Sendiri
Banyak orang tua memandang negatif pada diri sendiri, seperti perihal tubuh, karier, keuangan, interaksi sosial, dan lain sebagainya. Mereka tidak dapat mencintai diri sendiri.
Menurut Robert, secara umum, orang yang tidak benar-benar menyukai diri sendiri tidak mampu benar-benar mencintai orang lain, termasuk anak-anak mereka. Bahkan, pandangan negatif tersebut tanpa disadari cenderung akan mereka proyeksikan kepada anak-anak mereka.
Trauma Masa Kecil
Jika orang tua pernah tersakiti di tahun-tahun pertama kehidupannya, sangat mungkin mereka tidak bisa memberikan cinta pada anaknya. Masa anak-anak mungkin adalah hal yang traumatis bagi mereka. Mereka mungkin saja selalu terngiang pada pukulan, bentakan, dan amarah yang dilontarkan oleh orang tuanya. Oleh karenanya, mereka bisa jadi juga tidak bisa menerima ekspresi cinta dari anak-anak mereka.
Tidak Mau Anaknya Seperti Mereka
Beberapa orang tua yang dulunya mendapat perlakuan sangat ketat dan keras dari orang tuanya, sangat mungkin cenderung menerapkan aturan yang tidak konstruktif saat membesarkan seorang anak. Misalnya, seseorang yang selalu mendapatkan kekerasan verbal dan banyak hukuman dari orang tuanya. Orang tua ini tidak mau anak-anaknya mengalami hal yang sama dengan yang ia alami di masa kecil.
Oleh karena itulah, mereka mungkin bersikap sangat longgar dan memberi anaknya banyak kompensasi. Mereka juga bersikap over protective agar anaknya tidak terluka atau tersakiti. Menurut Robert, semakin protektif seseorang, semakin ia akan selalu membela anaknya. Mereka mungkin berpikir bahwa mereka sangat mencintai anaknya dan berdalih menginginkan yang terbaik untuk anaknya.
Namun, mereka justru akan terlibat sebagai orang tua yang gagal melihat dan mencintai anaknya sebagai pribadi yang terus tumbuh dan berkembang sebagai sosok yang harusnya mandiri. Mereka memperlakukan anaknya sebagai objek yang harus dijaga baik-baik agar tidak pecah.
Proyek Keabadian
Beberapa orang tua menggunakan anak sebagai proyek keabadian. Mereka ingin anaknya meneruskan orang tuanya, dalam arti menjadi duplikat atau harus menjadi pribadi yang benar-benar sama dengan orang tuanya. Mereka akan memaksakan pilihan mereka pada anaknya. Mereka selalu berprinsip bahwa orang tua tahu yang terbaik untuk anak-anaknya.
Orang tua jenis ini gagal memberikan cinta yang tulus kepada anaknya. Anak-anak akan tertekan. Mereka menyebabkan anak-anak memiliki perasaan terperangkap. Saat dewasa, mereka mungkin berpikir bahwa cinta adalah rasa sakit.
Baca juga:
4 Tipe Orang Tua Dilihat dari Caranya Merespons Emosi Anak
4 Kesalahan Orang Tua yang Merusak Harga Diri Anak
Hati-Hati, 5 Perilaku Buruk Anak Ini Karena Meniru Orang Tuanya!
LTF
FOTO: SHUTTERSTOCK
Topic
#parenting #tipsparenting #parentingtips #psikologi