Hamil dengan Gangguan Jantung, Mungkinkah Diteruskan?
Kehamilan disertai gangguan jantung memang penuh risiko. Namun, bagaimana jika saat hamil, Anda baru mengetahui bahwa Anda mengalami gangguan jantung?
Menurut DR. dr. Antonia Anna Lukito, SpJP, FIHA, dokter spesialis jantung yang juga Ketua Women Cardiologist dan Wasekjen PERKI (Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia), hal itu tak membuat kehamilan Anda harus diakhiri, kok, Ma. Meski begitu, Anda perlu memerhatikan hal-hal berikut ini:
- Jalani tes echocardiogram dan electrocardiogram sesuai saran dokter, untuk mengevaluasi fungsi jantung Anda.
- Periksa rutin ke dokter kandungan dan spesialis jantung lebih sering dari kondisi normal. Biasanya, tenaga medis akan melakukan pemeriksaan tekanan darah dan pertambahan berat badan setiap kali konsultasi, mengingat pertambahan berat badan berlebih dapat menambah tekanan pada kerja jantung.
- Lakukan tes urine dan darah berkala selama kehamilan, sesuai saran dokter atau bidan.
- Konsumsi obat yang diresepkan dokter secara teratur.
- Lakukan olahraga low impact, seperti jalan dan berenang, karena sangat baik untuk memelihara kebugaran dan sirkulasi darah ke janin maupun ibu. Dan selalu berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter maupun bidan saat akan mencoba olahraga baru.
- Istirahat teratur minimal satu kali tidur siang setiap hari, dan kurangi aktivitas yang berat.
- Rencanakan kelahiran dengan bantuan, misal dengan vacuum, forcep, c-section, jika dokter melihat indikasi melakukannya. Apalagi, obat induksi berbahan aktif prostaglandin dapat meng-overstimulasi rahim, sementara obat menghentikan kontraksi rahim tak bisa diberikan kepada ibu dengan gangguan jantung.
- Kehamilan diakhiri atau terminasi, dengan pertimbangan medis yang benar-benar tak memungkinkan meneruskan kehamilan. Misal, ibu mengalami penyakit jantung bawaan biru (sianotik), hipertensi pulmonal, gagal jantung kongestif, dan sindroma marten, sehingga tak bisa mencukupi pasokan oksigen untuk dirinya sendiri. Kondisi-kondisi tersebut dapat berisiko kematian pada ibu dan janin.