Hamil Lagi Setelah Baru Melahirkan
Banyak yang bilang bahwa memberikan ASI bisa mencegah kehamilan. Tapi pada kenyataannya, banyak, lho, mama yang justru hamil lagi saat masih menyusui dan usia bayinya belum genap setahun. Ya, karena nyatanya, proses ovulasi pada perempuan yang baru melahirkan bisa terjadi lagi dalam waktu 25 - 27 hari setelah melahirkan.
Jadi, jangan heran jika mendengar ada teman atau saudara yang hamil lagi, padahal baru saja melahirkan sebulan yang lalu. Kenapa bisa kebobolan? Nah, menurut Emily J. Jackson, MD, dari Badan Kesehatan Dunia (WHO), itu karena bagi perempuan yang baru memiliki bayi, kontrasepsi tidak menjadi prioritas dalam daftar keperluannya.
Bagi sebagian pasangan, memiliki anak dengan jarak usia sangat dekat mungkin menyenangkan. “Sekalian capek ngurusnya,” demikian alasan yang sering terucap dari mulut para mama. Bahkan menurut Tsanita Vera, mama 3 anak yang kini bermukim di Colorado, Amerika Serikat, punya anak dengan jarak berdekatan itu lebih hemat. “Semua peralatan dan perlengkapan anak-anak dipakai dalam waktu bersamaan, mulai dari botol susu, pakaian, bak mandi, dan lainnya. Saya cukup membeli satu atau sekali saja untuk dipakai bersama-sama oleh keempat anak saya,” katanya.
Nita sendiri mengaku memang berencana memiliki beberapa anak dengan jarak usia hanya sekitar satu tahun. Jadi, ia bukanlah mama yang mengalami kebobolan. Memang capek, tapi Nita menambahkan, semua rasa capek itu terbayar ketika ketiga anaknya tumbuh besar bersama-sama. Tugasnya sebagai mama semakin ringan, dan ia kembali bisa punya waktu banyak dengan teman-temannya.
Meski begitu, kelahiran dengan jarak terlalu dekat (kebobolan ataupun tidak!), sesungguhnya punya risiko serius. Bukan hanya masalah kesehatan, tapi juga masalah psikologis mama. Mama yang baru saja mengalami kelelahan mental karena tenaga dan emosinya terkuras selama hamil 9 bulan dan melahirkan, kini harus kembali menghadapi kelelahan yang sama dalam jarak waktu dekat. Dikhawatirkan, hal ini akan membuatnya tertekan.
Untuk mencegah kebobolan, dr. Boy Abidin, SpOG, dari RS Mitra Keluarga Kelapa Gading, menyebutkan bahwa kontrasepsi sebaiknya sudah mulai digunakan oleh pasangan pasca 40 hari melahirkan. Hal ini untuk menghindari kehamilan yang tidak direncanakan atau kebobolan. Beberapa alat kontrasepsi yang dapat digunakan di antaranya, pil KB, suntikan, implan, IUD atau spiral, dan kondom.
Tapi, memang tidak semua orang cocok dengan alat atau jenis kontrasepsi tertentu. Itu sebabnya dr. Boy menyarankan agar setiap pasangan yang akan ber-KB harus berkonsultasi lebih dahulu dengan tenaga medis mengenai alat/jenis kontrasepsi yang paling sesuai. Hal ini untuk menghindari kemungkinan gagal kontrasepsi atau kebobolan di depannya.
Bagaimana dengan menyusui? Memang, sih, beberapa literatur menyebutkan bahwa menyusui bisa jadi upaya kontrasepsi alami. Namun menurut dr. Boy, efektivitas menyusui sebagai metode kontrasepsi sangat rendah. Jadi, sebaiknya tidak 100 persen mengandalkan cara ini.