Kelebihan dan Kekurangan Homeschooling untuk ABK
Setelah anak memasuki usia sekolah, pertanyaan ini seringkali muncul, “Perlu tidak sih, home schooling buat anak saya? Apa kelebihan dan kekurangannya bila anak hanya home schooling?”
Di artikel sebelumnya saya sudah bicara tentang sekolah mainstream. Andre, anak saya, juga bersekolah di sekolah mainstream, tetapi khusus untuk Andre, mereka memberikan toleransi khusus untuk standar nilai kelulusan, dan IDP (individual Developement Program) yang sesuai dengan kesanggupan Andre yang memang mengalami SMS (Short Memori Syndrom) dan agak lemah dalam logika dan analisis.
Kalau boleh meminjam istilah Depdiknas, sekolah yang mengadopsi kurikulum regular tetapi juga memberikan IDP bagi anak autis disebut sekolah Inklusi. Nah, sekolah seperti inilah yang menurut saya menjadi pilihan pertama ketika kita mencari sekolah buat anak kita.
Inti dari pembelajaran anak autis di sekolah inklusi adalah memberi kesempatan siswa autis untuk mengembangkan dirinya sebagai seorang individu. Siswa menjadi lebih mengenal suasana di sekolah regular yang memiliki siswa normal dengan berbagai karakter sehingga semakin mempersiapkan siswa kepada dunia luas.
Dengan bersekolah di sekolah inklusi bisa saja kebutuhan anak lebih terpenuhi. Mungkin saja anak autis menjadi lebih bisa mandiri, bersosialisasi bahkan mengembangkan minat dan bakatnya. Siswa yang normal pun jadi bisa belajar menghargai dan mengakrabkan diri dengan temannya yang memiliki kebutuhan khusus sehingga perilaku bullying terhadap siswa yang berkebutuhan khusus dapat dicegah.
Kami sendiri sadar, di satu titik nanti, Andre tidak mungkin lagi kami paksakan untuk terus mengikuti sekolah mainstream/inklusi, mengingat terlalu banyak pelajaran yang sebetulnya tidak terlalu dibutuhkan, yang dijejalkan ke kepala Andre, tidak tega melihat dia setiap hari harus belajar keras sampai malam, dan nilainya tetap di bawah nilai rata-rata kelulusan.
Khusus untuk SD kami memilih mainstream/inklusi supaya Andre belajar bersosialisasi, meski teman sekelasnya cuma ber-7, tetapi setidaknya dia belajar mengenal banyak karakter, terutama belajar berinteraksi dengan guru-guru, penjaga sekolah, orangtua murid yang lain yang terkadang menyapa dia atau adik-adik kelasnya.
Tapi memaksakan dia ngikutin pelajaran SMP yang mainstream menurut saya bukan pilihan bijaksana. Makanya khusus untuk SMP, kami akan memberikan pendidikan home shooling buat Andre yang akan lebih fokus pada bakat dan minat andre. Anak autis jika difokuskan pada apa yang paling dia suka, dia akan amat sangat expert di bidangnya. Albert Einstein salah satunya.
Lalu apa kelebihan dan kekurangan Home Schooling buat anak special needs?
Kelebihan:
- Pembelajaran dapat disesuaikan dengan kebutuhan anak dan kondisi keluarga,
- Kegiatan pembelajarannya bisa lebih fokus,
- Lebih memberikan peluang kemandirian dan kreativitas individual yang tidak didapatkan di sekolah.
- Memaksimalkan potensi anak SN sejak usia dini dan mengikuti standar waktu yang ditetapkan oleh home schooling,
- Kesesuaian pertumbuhan nilai-nilai anak dengan keluarga relatif terlindung dari paparan nilai dan pergaulan yang menyimpang,
- Biaya pendidikan disesuaikan dengan keadaan orang tua, home schooling dapat menjadi alternatif bentuk layanan pendidikan bagi anak autis.
Kekurangan:
- Butuh komitmen dan keterlibatan tinggi dari orang tua,
- Sosialisasi dengan teman sebaya menjadi relatif rendah,
- Anak relatif tidak terekspos dengan pergaulan yang heterogen secara sosial,
- Perlindungan orang tua dapat memberikan efek samping ketidakmampuan menyelesaikan situasi sosial dan masalah yang kompleks yang tidak terprediksi sebelumnya.
- Kematangan kepribadian anak otomatis terlambat karena jarang terpapar dengan masalah interaksi sosial.
Sekarang pilihan kembali ke kita, orang tua. Kitalah yang paling tahu apa yang paling dibutuhkan anak kita. Jangan memaksakan anak untuk mengikuti sekolah mainstream jika memang anak kita tidak mampu. Terima mereka apa adanya. Anak merupakan ciptaan Tuhan yang paling indah.
Artikel Blog Mama
Penulis: Just Silly
Mama 3 dari Aurelia Prinisha, Andre Vivaldi dan Adrian Hroshi Putra ini adalah social activist yang memiliki anak berkebutuhan khusus. Mama bernama lengkap Valencia Mieke Randa ini punya segudang aktivitas sosial, mulai Blood4Life, 3LittleAngels dan #LittleStep
Di artikel sebelumnya saya sudah bicara tentang sekolah mainstream. Andre, anak saya, juga bersekolah di sekolah mainstream, tetapi khusus untuk Andre, mereka memberikan toleransi khusus untuk standar nilai kelulusan, dan IDP (individual Developement Program) yang sesuai dengan kesanggupan Andre yang memang mengalami SMS (Short Memori Syndrom) dan agak lemah dalam logika dan analisis.
Kalau boleh meminjam istilah Depdiknas, sekolah yang mengadopsi kurikulum regular tetapi juga memberikan IDP bagi anak autis disebut sekolah Inklusi. Nah, sekolah seperti inilah yang menurut saya menjadi pilihan pertama ketika kita mencari sekolah buat anak kita.
Inti dari pembelajaran anak autis di sekolah inklusi adalah memberi kesempatan siswa autis untuk mengembangkan dirinya sebagai seorang individu. Siswa menjadi lebih mengenal suasana di sekolah regular yang memiliki siswa normal dengan berbagai karakter sehingga semakin mempersiapkan siswa kepada dunia luas.
Dengan bersekolah di sekolah inklusi bisa saja kebutuhan anak lebih terpenuhi. Mungkin saja anak autis menjadi lebih bisa mandiri, bersosialisasi bahkan mengembangkan minat dan bakatnya. Siswa yang normal pun jadi bisa belajar menghargai dan mengakrabkan diri dengan temannya yang memiliki kebutuhan khusus sehingga perilaku bullying terhadap siswa yang berkebutuhan khusus dapat dicegah.
Kami sendiri sadar, di satu titik nanti, Andre tidak mungkin lagi kami paksakan untuk terus mengikuti sekolah mainstream/inklusi, mengingat terlalu banyak pelajaran yang sebetulnya tidak terlalu dibutuhkan, yang dijejalkan ke kepala Andre, tidak tega melihat dia setiap hari harus belajar keras sampai malam, dan nilainya tetap di bawah nilai rata-rata kelulusan.
Khusus untuk SD kami memilih mainstream/inklusi supaya Andre belajar bersosialisasi, meski teman sekelasnya cuma ber-7, tetapi setidaknya dia belajar mengenal banyak karakter, terutama belajar berinteraksi dengan guru-guru, penjaga sekolah, orangtua murid yang lain yang terkadang menyapa dia atau adik-adik kelasnya.
Tapi memaksakan dia ngikutin pelajaran SMP yang mainstream menurut saya bukan pilihan bijaksana. Makanya khusus untuk SMP, kami akan memberikan pendidikan home shooling buat Andre yang akan lebih fokus pada bakat dan minat andre. Anak autis jika difokuskan pada apa yang paling dia suka, dia akan amat sangat expert di bidangnya. Albert Einstein salah satunya.
Lalu apa kelebihan dan kekurangan Home Schooling buat anak special needs?
Kelebihan:
- Pembelajaran dapat disesuaikan dengan kebutuhan anak dan kondisi keluarga,
- Kegiatan pembelajarannya bisa lebih fokus,
- Lebih memberikan peluang kemandirian dan kreativitas individual yang tidak didapatkan di sekolah.
- Memaksimalkan potensi anak SN sejak usia dini dan mengikuti standar waktu yang ditetapkan oleh home schooling,
- Kesesuaian pertumbuhan nilai-nilai anak dengan keluarga relatif terlindung dari paparan nilai dan pergaulan yang menyimpang,
- Biaya pendidikan disesuaikan dengan keadaan orang tua, home schooling dapat menjadi alternatif bentuk layanan pendidikan bagi anak autis.
Kekurangan:
- Butuh komitmen dan keterlibatan tinggi dari orang tua,
- Sosialisasi dengan teman sebaya menjadi relatif rendah,
- Anak relatif tidak terekspos dengan pergaulan yang heterogen secara sosial,
- Perlindungan orang tua dapat memberikan efek samping ketidakmampuan menyelesaikan situasi sosial dan masalah yang kompleks yang tidak terprediksi sebelumnya.
- Kematangan kepribadian anak otomatis terlambat karena jarang terpapar dengan masalah interaksi sosial.
Sekarang pilihan kembali ke kita, orang tua. Kitalah yang paling tahu apa yang paling dibutuhkan anak kita. Jangan memaksakan anak untuk mengikuti sekolah mainstream jika memang anak kita tidak mampu. Terima mereka apa adanya. Anak merupakan ciptaan Tuhan yang paling indah.
Artikel Blog Mama
Penulis: Just Silly
Mama 3 dari Aurelia Prinisha, Andre Vivaldi dan Adrian Hroshi Putra ini adalah social activist yang memiliki anak berkebutuhan khusus. Mama bernama lengkap Valencia Mieke Randa ini punya segudang aktivitas sosial, mulai Blood4Life, 3LittleAngels dan #LittleStep