Ajarkan Anak Menjadi Mandiri
“Wajar jika orang tua ingin selalu memberikan yang terbaik bagi anaknya. Tapi ‘memberi yang terbaik’ kadang disalahartikan dengan memberikan pelayanan berlebihan,” ujar Rudi Cahyono, M.Psi., Psikolog, dan staf pengajar di Fakultas Psikologi Universitas Airlangga Surabaya.
Menyiapkan semua keperluannya, membereskan mainan, membersihkan bungkus makanan, sampai menemani saat ia tidur bukan hal yang terus-menerus dapat Anda lakukan dengan alasan: sangat menyayangi anak.
“Kuncinya adalah percaya pada diri sendiri bahwa Anda mampu untuk membuat anak menjadi anak yang mandiri,“ ujar Jane Nelsen, terapis keluarga dan pengarang buku berseri Positive Discipline. Semakin Mama percaya diri, maka Mama akan semakin menguasai keterampilan yang dibutuhkan untuk membantu anak lebih mandiri.
Kevin Nugent, Ph.D., direktur Brazelton Institute Boston Children’s Hospital di Amerika Serikat, berbagi tipsnya, “Tanyakan beberapa pertanyaan ini pada diri Anda sebelum terburu-buru membantunya melakukan apapun. Pertama: Apakah ini membahayakan baginya?
Jika tidak, lanjutkan dengan: Apa hasil dan manfaat dari apa yang ia lakukan (terbaik dan terburuk). Pertimbangkan juga apakah anak telah cukup memiliki keterampilan (ketangkasan dan keseimbangan) yang diperlukan untuk melakukan suatu hal, atau jumlah waktu tidur dan makan yang cukup. Tahu kan, Ma, anak kecil kadang terjatuh atau terantuk tanpa sebab saat mengantuk.
Sesuaikan setiap aktivitas dengan kemampuan anak. Berikan pujian saat ia berhasil untuk menumbuhkan rasa percaya dirinya dan semangat untuk mengulangi. Jika ia gagal, bantu sesuai kebutuhannya dan berikan dorongan semangat, bukan dengan mengambil alih secara keseluruhan.
“Jangan pula mencela jika anak terlihat dalam kesulitan atau gagal mengerjakannya. Saat gagal, ia akan merasa malu dan tidak percaya diri. Dukungan yang Anda berikan akan membuatnya tidak mudah putus asa dan selalu mencobanya lagi,“ tambahnya.