Kontroversi Pengasuhan Bayi
MPASI sebelum bayi berusia 6 bulan
Memberikan MPASI bayi di bawah usia 6 bulan masih menjadi kontroversi. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dalam laman www.idai.co.id menjelaskan, pada enam bulan pertama kehidupan bayi, ASI saja cukup untuk memenuhi kebutuhan nutrisi buah hati. Setelah berusia di atas 6 bulan, bayi boleh dikenalkan pada MPASI karena ASI saja sudah tidak mencukupi kebutuhan energi dan nutrisinya. Sementara jika Anda memberikan MPASI di bawah usia 6 bulan, antara lain bisa berakibat menurunkan frekuensi dan intensitas isap, karena hingga usia 6 bulan, aktivitas mulut bayi adalah mengisap bukan mengunyah. Ini juga bisa memicu diare karena perut bayi di bawah usia itu baru bisa mencerna ASI. Pemberian MPASI terlalu dini juga bisa menimbulkan defluk atau kolik usus pada bayi.
Memberi madu
Madu yang terkenal memiliki khasiat, ternyata berbahaya untuk bayi di bawah usia 1 tahun. The American Academy of Pediatrics menyarankan agar madu tidak diberikan pada anak di bawah usia 1 tahun. Sebab madu dapat menyebabkan penyakit botulisme, yakni keracunan makanan yang sangat serius. Mengapa? Penelitian menyebutkan, madu mengandung bakteri Clostridium botulinum. Bayi di bawah 1 tahun belum cukup kuat untuk menoleransi bakteri tersebut. Karena itulah, madu untuk bayi tidak dianjurkan.
Memberi puyer
Salah satu alasan puyer dibuat adalah karena tidak semua jenis obat untuk bayi tersedia berbentuk sirup. Namun, orang keberatan karena khawatir takaran obat kurang atau lebih juga khawatir alat digunakan untuk menggerus tidak steril. Menurut www.idai.co.id , tak ada salahnya memberikan puyer pada bayi, selama memerhatikan rasionalisasi pemberian obat. Selain itu juga proses pembuatan puyer harus mengikuti strandar karena tak semua obat bisa dibuat puyer dan tak semua obat bisa digabungkan menjadi puyer, Bila Anda masih ragu memberikan puyer untuk bayi, diskuiskan dengan dokter anak.
Vaksin MMR Menimbulkan Autis
Vaksin MMR menyebabkan gangguan sistem percernaan dan penyerapan nutrisi sehingga mengganggu perkembangan otak anak dan mencetus autisme. Pernyataan oleh Dr. Andrew Wakefield dari The Royal Free Hospital and School of Medicine, London, tersebut ditentang banyak pihak, sebab sampel yang digunakan sangat sedikit (12 anak) dan tidak mewakili populasi. Di Indonesia, vaksin MMR yang dipasarkan telah dievaluasi dari segi efektivitas, keamanan dan mutu oleh Komite Nasional Penilai Obat Jadi dan mendapat izin edar. Keamanan vaksin MMR sudah dibuktikan lewat berbagai penelitian di luar negeri, berdasarkan pengamatan 30 tahun terhadap 250 juta dosis vaksin MMR di lebih dari 40 negara. Beri anak vaksinasi MMR, bila masih ragu, diskusikan dengan dokter apa yang menjadi keraguan Anda. Vaksin MMR penting untuk mencegah penyakit campak, gondongan, dan rubella. Ketiganya adalah penyakit berbahaya yang mudah menyerang anak.
Baby Walker
Banyak yang menganggap baby walker bagus untuk melatih anak berjalan. Faktanya, The American Academy of Pediatrics sejak 2005 telah melarang penggunaan baby walker karena banyak bayi yang sering mengalami jatuh. Selain itu, baby walker hanya memperkuat otot kaki bagian bawah, namun tidak pada kaki bagian atas. Padahal, untuk bisa berjalan dengan baik, seluruh bagian kaki harus berkembang baik. Cara terbaik mengajarkan anak berjalan adalah dengan memegang kedua tangannya saat ia belajar melangkah.
Memberikan MPASI bayi di bawah usia 6 bulan masih menjadi kontroversi. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dalam laman www.idai.co.id menjelaskan, pada enam bulan pertama kehidupan bayi, ASI saja cukup untuk memenuhi kebutuhan nutrisi buah hati. Setelah berusia di atas 6 bulan, bayi boleh dikenalkan pada MPASI karena ASI saja sudah tidak mencukupi kebutuhan energi dan nutrisinya. Sementara jika Anda memberikan MPASI di bawah usia 6 bulan, antara lain bisa berakibat menurunkan frekuensi dan intensitas isap, karena hingga usia 6 bulan, aktivitas mulut bayi adalah mengisap bukan mengunyah. Ini juga bisa memicu diare karena perut bayi di bawah usia itu baru bisa mencerna ASI. Pemberian MPASI terlalu dini juga bisa menimbulkan defluk atau kolik usus pada bayi.
Memberi madu
Madu yang terkenal memiliki khasiat, ternyata berbahaya untuk bayi di bawah usia 1 tahun. The American Academy of Pediatrics menyarankan agar madu tidak diberikan pada anak di bawah usia 1 tahun. Sebab madu dapat menyebabkan penyakit botulisme, yakni keracunan makanan yang sangat serius. Mengapa? Penelitian menyebutkan, madu mengandung bakteri Clostridium botulinum. Bayi di bawah 1 tahun belum cukup kuat untuk menoleransi bakteri tersebut. Karena itulah, madu untuk bayi tidak dianjurkan.
Memberi puyer
Salah satu alasan puyer dibuat adalah karena tidak semua jenis obat untuk bayi tersedia berbentuk sirup. Namun, orang keberatan karena khawatir takaran obat kurang atau lebih juga khawatir alat digunakan untuk menggerus tidak steril. Menurut www.idai.co.id , tak ada salahnya memberikan puyer pada bayi, selama memerhatikan rasionalisasi pemberian obat. Selain itu juga proses pembuatan puyer harus mengikuti strandar karena tak semua obat bisa dibuat puyer dan tak semua obat bisa digabungkan menjadi puyer, Bila Anda masih ragu memberikan puyer untuk bayi, diskuiskan dengan dokter anak.
Vaksin MMR Menimbulkan Autis
Vaksin MMR menyebabkan gangguan sistem percernaan dan penyerapan nutrisi sehingga mengganggu perkembangan otak anak dan mencetus autisme. Pernyataan oleh Dr. Andrew Wakefield dari The Royal Free Hospital and School of Medicine, London, tersebut ditentang banyak pihak, sebab sampel yang digunakan sangat sedikit (12 anak) dan tidak mewakili populasi. Di Indonesia, vaksin MMR yang dipasarkan telah dievaluasi dari segi efektivitas, keamanan dan mutu oleh Komite Nasional Penilai Obat Jadi dan mendapat izin edar. Keamanan vaksin MMR sudah dibuktikan lewat berbagai penelitian di luar negeri, berdasarkan pengamatan 30 tahun terhadap 250 juta dosis vaksin MMR di lebih dari 40 negara. Beri anak vaksinasi MMR, bila masih ragu, diskusikan dengan dokter apa yang menjadi keraguan Anda. Vaksin MMR penting untuk mencegah penyakit campak, gondongan, dan rubella. Ketiganya adalah penyakit berbahaya yang mudah menyerang anak.
Baby Walker
Banyak yang menganggap baby walker bagus untuk melatih anak berjalan. Faktanya, The American Academy of Pediatrics sejak 2005 telah melarang penggunaan baby walker karena banyak bayi yang sering mengalami jatuh. Selain itu, baby walker hanya memperkuat otot kaki bagian bawah, namun tidak pada kaki bagian atas. Padahal, untuk bisa berjalan dengan baik, seluruh bagian kaki harus berkembang baik. Cara terbaik mengajarkan anak berjalan adalah dengan memegang kedua tangannya saat ia belajar melangkah.