Apa Itu Campak dan Rubella?
Dokter spesialis anak DR. dr. Toto Wisnu Hendrarto, Sp.A(K), DTM&H, yang ditemui pada acara Peringatan Hari Anak Nasional dan Kampanye Program Nasional Imunisasi Measles-Rubella (MR): Together We Can di kantor Ikatan Dokter Anak Indonesia, Salemba, Jakarta, beberapa waktu lalu menjelaskan mengenai penyakit campak dan rubella.
CAMPAK
Penyakit campak disebabkan oleh virus RNA - virus yang materi genetiknya berupa asam nukleat yang berbentuk rantai ganda berpilin - yang termasuk famili Paromyxavirus.
Virus ini hanya bisa menyerang manusia dan masuk ke tubuh manusia melalui saluran napas (penyebarannya lewat udara).
Virus ini mudah hinggap pada orang yang ketahanan tubuhnya sedang lemah, belum pernah terkena campak, dan belum pernah mendapatkan vaksin campak.
Biasanya setelah terpapar, selama 2-3 hari virus akan mengalami viremia primer, atau dari saluran napas, virus menyebar ke seluruh pembuluh darah dan menginfeksi tubuh.
Tanda Khas dari Campak
Gejala awalnya ditandai dengan paska prodromal selama 2-4 setelah paparan, yakni tubuh terasa cepat lelah, sakit dada ringan, sesak napas ringan, dan nyeri ulu hati.
Setelah itu, tubuh akan mengalami beberapa hal di bawah ini:
- Demam tinggi.
Demam memang bisa disebabkan oleh infeksi virus maupun bakteri. Tetapi jika disebabkan oleh virus, maka tidak ada reaksi inflamasi atau radang otot.
Reaksi radang otot sendiri biasanya dikenali dengan kalor (panas), dolor (nyeri), rubor (merah), dan tumor (bengkak).
Nah, jika ini tidak ditemukan berarti penyebabnya bukan virus.
- Panas, tapi tidak bengkak/nyeri.
Mengikuti penjelasan di atas, di saluran napas ada panas, tapi tidak ada merah, tidak bengkak, tidak nyeri. Nah, itu pasti karena virus.
- Ruam yang dimulai di muka dan leher.
Khasnya virus adalah, setelah demam akan keluar ruam, tapi pada campak berbeda.
Ruam pada campak khasnya mengenai semua selaput lendir (matanya berair, belekan, merah, bengkak), saluran napas batuk dan pilek, saluran pengeluaran diare.
Kondisi di atas akan berlangsung selama kurang lebih 14 hari. Setelah dinyatakan sembuh virus tidak akan langsung hilang melainkan menetap selama 5-6 hari ke depan.
Komplikasi
Komplikasi pada campak yang paling parah adalah radang paru (mengganggu pernapasan) dan radang otak. Jika sudah sampai mengalami radang otak, biasanya penderita tidak akan bisa sembuh total dan meninggalkan gejala sisa seperti kecacatan.
Angka kematian yang disebabkan campak pun ada, yakni sekitar 0,2% dari kasus campak yang ada.
Baca juga: Mungkinkah Anak Campak Lebih dari 1 Kali?
RUBELLA
Penyakit rubella juga disebabkan oleh virus RNA beruntai tunggal yang berasal dari genus Rubivirus.
Virus ini juga hanya menyerang manusia yang kebanyakan berusia 3-10 tahun.
Penyebarannya bisa melalui dua hal, yakni saluran napas dan transmisi vertikal (ditularkan dari ibu kepada janinnya).
Saat menginfeksi, virus akan masuk ke sel-sel tubuh dan menetap di sana. Dan suatu waktu, saat tubuh sedang dalam keadaan lemah, akan mungkin terjadi reaktivasi dari virus tadi.
Yang lebih ditakutkan, jika virus itu menyerang anak perempuan, ketika anak itu dewasa, menikah, dan hamil, dan ia tidak sadar memiliki virus rubella, secara otomatis ia akan menulari virus itu kepada si janin dan anaknya lahir dalam kondisi congenital rubella syndrome (sindrom rubella kongenital).
Oleh karenanya, pencegahan dengan memberikan vaksin rubella harus dilakukan sejak dini.
Gejala yang ditimbulkan
Dibandingkan orang dewasa, penderita rubella pada anak-anak cenderung mengalami gejala-gejala yang lebih ringan. Namun ada juga penderita rubella yang tidak mengalami gejala tapi tetap dapat menularkan rubella.
Dari sejak terpapar hingga menimbulkan gejala, penyakit ini membutuhkan waktu sekitar 14-21 hari. Gejala umumnya meliputi:Demam.
- Sakit kepala.
- Hidung tersumbat atau beringus.
- Tidak nafsu makan.
- Iritasi ringan di mata.
- Pembengkakan kelenjar limfa telinga dan leher.
- Ruam berupa bintik kemerahan. Awalnya muncul di wajah lalu menyebar ke badan, tangan, dan kaki. Ruam biasanya berlangsung selama 1-3 hari.
- Nyeri sendi, terutama pada penderita remaja wanita. Masa penularan tertinggi penderita rubella biasanya pada 1-5 hari setelah ruam muncul.
Jika Bayi Menderita Sindrom Rubella Kongenital
Dr. Toto menjelaskan, kalau si bayi hidup dan virus menyerang matanya, lensa matanya harus dioperasi dan diganti dengan kacamata, “Kebayang nggak bayi pakai kacamata? Kasihan sekali, kan?”
Nah, tidak sedikit juga yang mengalami gangguan fungsi hati, pendarahan, kelainan jantung, gangguan saraf (hidrasefalus), tuli, dan lain sebagainya.
Ini yang paling berat, terjadinya penyebaran vertikal dari ibu hamil ke bayinya.
Transmisi vertikal harus dicegah sedini mungkin.
Penyakit yang disebabkan virus hingga hari ini belum ada obat yang efektif untuk mengobatinya. Oleh karena itu, yang bisa kita lakukan adalah dengan mencegahnya menggunakan vaksin. (Ester Sondang)
Baca juga: Campak, Rubela, atau Roseola?