Alasan Bayi Menangis Kencang
Mendengar tangis bayi yang kencang memang bisa membuat mama tak nyaman dan gelisah. Sebagai orang terdekat yang seharusnya bisa meredakan tangis itu, mama justru cemas karena takut tidak bisa menjalankan perannya dengan baik.
Kecemasan juga bisa berubah menjadi kemarahan, rasa putus asa, dan bahkan akhirnya menghalangi mama untuk menjalin kelekatan dengan bayi. Mengapa ada bayi-bayi yang tangisannya begitu keras sementara bayi-bayi yang lain hanya menangis ‘seperlunya’?
Menurut Martha Sears, R.N., perawat yang bersama Dr. William Sears, suaminya juga menulis sejumlah buku tentang pengasuhan anak, ‘gaya’ menangis bayi sebetulnya terbentuk melalui apa yang ia alami dengan lingkungannya. Bila memiliki lingkungan yang cukup responsif, besar kemungkinan ia akan menangis dengan cara yang lebih ‘baik’.
Mungkin ini bisa menjelaskan mengapa bayi-bayi baru lahir yang ditempatkan di ruang yang sama dengan mama (roaming in), tangisannya tidak terlalu mengganggu seperti halnya tangisan bayi yang dirawat di ruang bayi. Mama yang berada satu ruangan dengan bayi bisa langsung menanggapi ketika bayi baru mulai menangis lirih, yang dikenal sebagai fase awal tangisan (attachment promoting). Merasa langsung mendapat tanggapan, bayi jadi ‘belajar’ bahwa dia tidak perlu menangis dengan cara yang mengganggu untuk mendapatkan apa yang dibutuhkan.
Ini tidak terjadi dengan bayi-bayi yang berada di ruang bayi. Saat bayi berada dalam fase awal tangisan, yang mendengar tangisnya adalah perawat di ruang bayi. Bisa jadi perawat tidak akan langsung merespon karena sibuk dengan bayi lain. Respon baru diberikan ketika tangis bayi sudah memasuki fase selanjutnya, yaitu fase avoidance promoting, fase ketika tangis bayi sudah lebih keras, atau bahkan bercampur kemarahan, ketakutan, dan putus asa karena merasa seolah tidak didengar. Akibatnya, bayi belajar, dengan tangis seperti itulah ia akan mendapat respon yang dibutuhkan.
Jadi, jangan tunda merespon tangisnya, Ma. Lagipula, merespon tangis bayi pada fase attachment promoting akan memicu pelepasan hormon laktasi mama sehingga ASI lancar. Sebaliknya, merespon tangis bayi setelah memasuki fase avoidance promoting justru bisa menghambat refleks pengeluaran ASI. Jangan sampai ini terjadi, kan?