Mengupas Kandungan Gizi Fast Food
Makanan cepat saji dengan proses memasak yang cenderung cepat memang sangat membantu saat kita tidak memiliki cukup banyak waktu.
Namun, bagaimana dengan kandungan gizi makanan yang dimasak dengan cepat, seperti ayam nugget, sereal, atau bubur ayam seduh?
Menurut dr. Fiastuti Wicaksono, Sp.GK, Departemen Ilmu Gizi, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, makanan jenis ini sudah mengalami proses pemasakan terlebih dulu, sehingga banyak kehilangan zat gizi penting, seperti vitamin dan mineral. Zat-zat gizi yang seharusnya dicerna dan diproses dalam saluran cerna tidak lagi dilakukan.
Akibatnya? Sampai di dalam tubuh, zat gizi ini lebih cepat dicerna dan diserap. Metabolisme di dalam tubuh pun menjadi kurang baik. Selain itu, ayam nugget banyak mengandung protein dan lemak, namun minim serat.
Hal serupa saat anak mengonsumsi fast food. Makanan jenis ini cenderung mengandung tinggi lemak dan tinggi gula. Proses yang sudah terlebih dulu digunakan pada fast food, yaitu pemasakan awal dengan suhu tinggi dan dalam waktu yang cukup lama mengakibatkan zat gizi, seperti vitamin dan mineral, lebih sering hilang. Lama kelamaan, asupan zat gizi anak menjadi tidak seimbang.
Bagaimana jika asupan gizi anak tidak seimbang? “Bila sering mengonsumsi fast food, bisa-bisa anak menjadi kegemukan atau obesitas, jika tidak diawasi,” jelas dr. Fiastuti. Kegemukan sendiri bisa timbul sejak anak berusia kurang dari 5 tahun.
Menurut sebuah penelitian yang dilakukan pada tahun 2010, 1 di antara 10 anak usia sekolah tergolong kegemukan. Dengan angka yang terus meningkat dari tahun ke tahun, hal ini tentu sangat menghawatirkan. Kegemukan pada masa kanak-kanak bisa membawa dampak yang buruk, mulai dari kecenderungan kegemukan di usia dewasa, risiko terkena penyakit jantung, hingga merasa rendah diri di kemudian hari.
Akibatnya? Sampai di dalam tubuh, zat gizi ini lebih cepat dicerna dan diserap. Metabolisme di dalam tubuh pun menjadi kurang baik. Selain itu, ayam nugget banyak mengandung protein dan lemak, namun minim serat.
Hal serupa saat anak mengonsumsi fast food. Makanan jenis ini cenderung mengandung tinggi lemak dan tinggi gula. Proses yang sudah terlebih dulu digunakan pada fast food, yaitu pemasakan awal dengan suhu tinggi dan dalam waktu yang cukup lama mengakibatkan zat gizi, seperti vitamin dan mineral, lebih sering hilang. Lama kelamaan, asupan zat gizi anak menjadi tidak seimbang.
Bagaimana jika asupan gizi anak tidak seimbang? “Bila sering mengonsumsi fast food, bisa-bisa anak menjadi kegemukan atau obesitas, jika tidak diawasi,” jelas dr. Fiastuti. Kegemukan sendiri bisa timbul sejak anak berusia kurang dari 5 tahun.
Menurut sebuah penelitian yang dilakukan pada tahun 2010, 1 di antara 10 anak usia sekolah tergolong kegemukan. Dengan angka yang terus meningkat dari tahun ke tahun, hal ini tentu sangat menghawatirkan. Kegemukan pada masa kanak-kanak bisa membawa dampak yang buruk, mulai dari kecenderungan kegemukan di usia dewasa, risiko terkena penyakit jantung, hingga merasa rendah diri di kemudian hari.
Baca juga: Dilema Junk Food