Mencegah Stunting Sejak Dini
Dampak dari kekurangan nutrisi pada 1.000 hari pertama anak (sejak janin sampai usia 2 tahun) tidak dapat diperbaiki. Efek ini akan terlihat ketika anak berumur 14 tahun, misal memiliki IQ yang lebih rendah dibandingkan anak yang mendapatkan nutrisi cukup, serta berpotensi menderita stunting (pendek).
Menurut data WHO, kasus stunting di Indonesia semakin meningkat. Pada 2013 lalu, presentasenya mencapai 37,2 persen. Gejala yang diperlihatkan berupa gejala jangka pendek (pada masa anak-anak) dan jangka panjang (saat dewasa). Gejala stunting jangka pendek meliputi hambatan perkembangan, penurunan fungsi kekebalan, penurunan fungsi kognitif, dan gangguan sistem pembakaran. Sedangkan gejala jangka panjang meliputi obesitas, penurunan toleransi glukosa, penyakit jantung koroner, hipertensi, dan osteoporosis.
Bisakah dicegah? Bisa. Penelitian menunjukkan bahwa konsumsi protein berpengaruh pada pertambahan tinggi dan berat badan anak di atas 6 bulan. Anak yang mendapat protein 15 persen dari total asupan kalori ternyata memiliki badan yang lebih tinggi dibandingkan anak yang hanya mendapat protein 7,5 persen dari total asupan kalori. Sumber protein sendiri bisa diperoleh dari nabati (kacang-kacangan, umbi-umbian, biji-bijian, dan sayuran) dan hewani (daging sapi, ayam, ikan, telur, dan susu).
Anak usia 6 sampai 12 bulan dianjurkan mengonsumsi protein harian sebanyak 1,2 g/kg berat badan. Sementara anak usia 1 – 3 tahun membutuhkan protein harian sebesar 1,05 g/kg berat badan. Jadi, pastikan si kecil mendapat asupan protein yang cukup sejak ia pertama kali mencicipi makanan padat pertamanya, ya.