Hindari Ucapkan 7 Kalimat Ini pada Anak
Pekerjaan di rumah yang tak kunjung habis, tugas di kantor, konflik dengan suami, atau permasalahan keluarga, tanpa sengaja kadang mengubah mood Mama di rumah. Ditambah lagi harus berhadapan dengan sikap si kecil yang kurang menyenangkan. Hmmm, rasanya kalimat-kalimat yang buruk akan dengan mudah terpeleset keluar dari mulut Mama.
Hati-hati, Ma, tujuh kalimat ini sebaiknya dihindari untuk diucapkan pada anak agar tak menimbulkan luka di hatinya.
1. “Pergi sana!
”Tidak mudah untuk melakoni hari sebagai seorang mama yang punya banyak tuntutan. Tak jarang, semua tuntutan itu membuat mama harus mengerjakan dua tau bahkan tiga tugas sekaligus dalam satu waktu. Mama harus membagi fokus ke sini dan ke situ.
Sayangnya, sering kali anak-anak tidak bisa membiarkan mamanya menyelesaikan tugas tanpa memerhatikan mereka. Akhirnya, mereka pun berusaha mencari perhatian yang sering kali berubah menjadi gangguan bagi Mama.
Kalau sudah demikian, Mama mungkin jadi marah. Meminta anak untuk pergi sama seperti dengan sebuah penolakan bagi anak. Anak jadi merasa tidak diinginkan dan bahkan tidak dicintai.
Baca juga: 8 Dampak Buruk pada Anak Perempuan Bila Merasa Tak Dicintai Orang Tua
Ganti dengan:
“Ada yang harus Mama selesaikan sekarang. Mama ingin kamu main atau menggambar dulu sampai jam 1, ya. Kalau Mama sudah selesai, Mama akan nyusul ikut main atau menggambar.”
2. “Kamu itu….”
Hindari memberikan label kepada anak seperti pemalas atau penakut. Bila Anda harap hal itu akan mengubah sikap yang tidak Anda inginkan pada anak, maka Anda salah. Justru, anak-anak berisiko menerima label negatif tentang dirinya dan meresapinya sebagai bagian dari karakternya.
Baca juga: Kenali Fobia Spesifik pada Balita
Baca juga: Jangan Memanggil Balita Anda “Si Cengeng”
Ganti dengan:
Kamarnya berantakan, ya? Ayo, dirapikan dulu mainannya, jadi nanti nggak susah kalau kamu cari. Lagi pula, Mama jadi betah kalau ikut main di kamar yang rapi.”
3. “Diam! Jangan Menangis”
Ada kalimat lain bernada sama seperti, “Udah, deh, nggak usah sedih.” Semua emosi baik yang negatif atau positif adalah manusiawi. Tiap orang bisa merasakannya.
Melarang anak menangis memang memiliki dampak yang tidak baik. Mereka akan belajar bahwa emosi tersebut salah dan berusaha menekan ekspresi emosionalnya. Hal itu tidak akan mengajarkan anak untuk memvalidasi dan mengelola emosinya.
Baca juga: Menghadapi Anak Sensitif yang Mudah Menangis
Anak Laki-laki yang Menangis Bukan ‘Cemen’, Jangan Dilarang!
Ganti dengan:
“Kamu menangis karena sedih, ya? Mama tunggu sampai kamu tenang, ya. Apa yang bisa Mama lakukan untuk membantumu merasa lebih baik?”
4. “Kenapa kamu tidak seperti dia?”
Ada banyak dampak negatif dari kebiasaan membandingkan anak dengan anak lain. Yang paling buruk, anak yang terbiasa dibanding-bandingkan akan memiliki sifat iri hati yang dapat menggiring mereka jadi pelaku bullying, lho.
Alih-alih membandingkan anak degan teman atau saudaranya, lebih baik bandingkan ia yang sekarang dengan yang sebelumnya.”
Ganti dengan:
"Waaah, sekarang kamu sudah bisa mewarnai tanpa keluar garis lagi. Rapi, lho, ini."
5. “Lho, cuma begini hasilnya?”
Orang tua yang bijak akan melihat segala sesuatu berdasarkan prosesnya, tidak hanya menghakimi hasil yang didapat atau ditunjukkan oleh anak. Kalimat ini alih-alih memotivasi, justru membuat anak merasa tidak layak.
Baca juga: 8 Tanda Orang Tua Perfeksionis
Ganti dengan:
“Kamu sudah berusaha keras. Apa lagi rencanamu berikutnya? Jika butuh bantuan, sampaikan ke Mama dan Papa, ya.”
6. “Berhenti sekarang, atau….”
Lagi-lagi ancaman kosong. Terlalu sering membuat ancaman kosong justru dapat jadi bumerang. Sebab, alih-alih takut dan patuh, justru anak-anak akan jadi bersikap sebaliknya. Mereka akan jadi abai dan tak menganggap serius omongan Anda. Wah, kalau sudah begini ceritanya, maka justru Anda sendiri yang membuat anak tidak patuh.
Ganti dengan:
“Sepuluh menit lagi waktu main game habis, ya. Kita bisa main lompat tali.”
7. “Anak pintar…”
Ini, kan, pujian positif? Apa yang salah dengan ini? Sebetulnya, kalimat ini memang bukan buruk. Akan tetapi, dapat berdampak buruk bila Anda terlalu sering mengucapkannya. Sebab, pujian “anak pintar” ini akan jadi semacam label yang membuat anak merasa melakukan segala sesuatu hanya untuk disebut pintar. Pada akhirnya, pujian ini justru menjadi stressor bagi anak.
Baca juga: 5 Kesalahan Memberi Pujian Pada Anak
10 Pujian Terbaik untuk Anak
Ganti dengan:
“Kamu sudah berlatih mandi sendiri dengan baik, ya. Bersih dan wangi sekali kamu, Nak.”
Baca juga:
Si Kecil Suka Membandingkan Anda Dengan Orang Tua Lain?
6 Pedoman Orang Tua Latih Kecerdasan Emosional Anak Sejak Balita
5 Ciri Toxic Parent
7 Dampak Toxic Parent bagi Anak
4 Ketakutan Orang Tua yang Menyebabkan Anak Jadi Tidak Disiplin
7 Tanda Orang Tua Asyik
LTF
FOTO: FREEPIK
Topic
#balita #pengasuhananak #parenting #parentingstyle